"Cowok itu kakak pertama dan aku anak ke tiga jadi kakak, mbak, aku dan adik" begitu jelasnya Ila pada Pak Supir. Sedangkan disana seperti pada sibuk kumpul-kumpul bersama anak desa "Ila sini lo... Oh ada adik ipar, pak-pak " saat melambai dan eh disuguhkan pula ke meja Ila ditempat yang berbeda, " Baik juga sih mbak hehe"
"Cangcutnya ponakan di jinjing-jinjing nyari emaknya" pas Pak Supir nunjukin Ila baru nyadar terbelalak sambil noleh. Lantas segera menggendong dan membawanya masuk ke dalam sekalian deh nyari ortu pada dimana.
Pake yang lainya pada bubar ada yang menyapa salam ke Ila tapi ada juga yang abai. "Kog udah bubar" sungut Ila. "Udah dari tadi, hataman juga udah selesai" Jawab salah seorang disana. Gak ada urusanya juga sama Ila..
Rendra-rendra memenuhi suasana ruang tamu, "Tumben di hias" Ila langsung memanggil suaminya "Sini aja mas" bersalaman dengan saudara yang ada, atau mungkin langsung istirahat. Tatapan mbaknya Ila seperti sorot kebencian.
"Lagi pada sibuk, maaf ya dek" ujarnya meninggalkan. Ila juga sudah mengatur tempat-tempat tapi masih ada kakak cowok yang menemani mengobrol. "Anggaplah biasa, kalau kamu sudah masuk dari bagian keluarga ini kesadaran diri lebih ditekankan" ujar kakak yang angkuh.
"Kangen ibuknya kata Ila, jadi aku antar kesini" Abrisam beralasan dan membuat kakaknya menahan senyum. "Tapi... Oh ya silahkan diminum" Abrisam mengambil satu dari 6 atau 8 cup yang tersaji.
"Siapa yang setiap hari suka emosi di rumah ini" pertanyaan Mas Abrisam agak mengagetkan "Gak juga" jawab kakak. Selalu sama mengingatkan namun ahir-ahir ini Ila agak aneh semacam ada ketakutan "Seperti Phobia?" tanya kakaknya memilihkan sebuah istilah.
Hanya saja kakaknya kurang tahu soal itu yang dia tahu "Ila is the best sister" begitu ujar sang kakak. Sedangkan mbak nya memang lagi sibuk buat office baru bersama anak-anak sekitar sini. "Kalau sudah yakin dia harus tetap melakukannya" kata Abrisam menyimpulkan.
Demi melewati hal yang menurut Ila mencekam datang dengan minuman sirup. "Loh kakak disini, tadi yang barusan ngobrol dengan ku dekat jendela itu siapa? " tanya Ila mulai aneh. Barulah kakaknya tahu apa yang dikatakan Abrisam mungkin ada benarnya.
Bisa-bisanya Abrisam menggenggam tangan Ila didepan kakak bikin kikuk saja "Aku pergi dulu, santai saja! Oh ya hati-hati kalau mau kemana-mana" ujar kakaknya meninggalkan juga. "Lewat do'amu mas aku yakin semua baik-baik saja" kata Ila pada suaminya.
Bertahan ortu mertua bersedia menemui tapi hanya melewati saja. Sampai Abrisam membuntuti mau meminta izin waktunya sebentar sebelum ke kamar istirahat. "Ya Tuhan... Aku cuma mau ambil agar-agar" kata ibu mertua.
"Akupun berasa konyol, buk" kata Abrisam membuat ibu mertuanya tertawa. "Tetaplah di sana" kata Ibunya Ila. Siang hari yang berisi dengan obrolan yang membangun apalagi membahas soal para remaja jaman sekarang.
Rela saja kalau soal ekonomi maksudnya awal-awal berdakwah sempet gak dibayar meskipun penyampaian sebentar lumayanlah "Kembali lagi ke niat mau bekerja, passion atau syiar" ujar Abrisam.
"Dikecewakan?" tanya Ibu yang menjebak, Abrisam pun juga menjelaskan "Bukan begitu maksudnya" Ila bahkan ikut-ikut berkomentar "Ada standarnya, kalau setahuku Mas Brisam lanjut saja" terang Ila.
***
Di Kamar
"Percuma gimana?" tanya suami kepada istri "Hehe enggak kamu salah denger kali" ujar Ila sambil tersenyum mengajak tidur. Lagi-lagi Ila mengigau mendengar musik mellow dan sengaja membuka pintu keluar "La... " Abrisam tersadar pula mengikuti dan menyalakan lampu.
"Aaa... Cakep" kata Ila terkaget bergumam sedikit bernyanyi menyembunyikan perasaannya. Saudaranya yang tengah terbangun juga berjalan disekitar lemari dari ruang keluarga. "Mungkin aku hanya rindu dengan masa kanak-kanak" ujar Ila letih.
Kalo sudah dalam pelukan Abrisam ya mesti tenang menyentuh kulit suami sendiri yang lembut. Ila ikut saja saat ditarik kembali ke kamar tidurnya, ada-ada saja keinginannya istri. "Aku serius" ujar Ila membiarkan presepsi Abrisam "Sssttt... Solat saja yah" ujar suaminya mengambilkan mukenah untuk dipasangkan dengan senyum belasnya.
"Sumpah itu yang bikin aku gak betah" entah kenapa Ila jadi berontak. "Tapi itu yang membuat aku bertahan denganmu" kata Abrisam yang membuat Ila bingung, mau apa lagi juga ya sudah tidur saja.
***
//Paginya
"Gue-gue orang mana sih" Ila sudah ribut sama adik perempuannya yang sempat menakuti. "Sama luh, mbak kira kuntilanak ya" adik yang menertawakan halusinasi Ila disaat sarapan bareng. Mungkin iya sejak kapan rumah ini berasa horor... Ila agak terhibur dengan celotehan adiknya.
"Insecure juga gak baik, atau pengaruh dari tugas kuliah kamu saat ini nak" Ibu yang sibuk menyajikan ikut berpendapat, memang Ila bikin geger saja. Makin dewasa masak Ila mau kalah dengan adiknya yang masih SMA.
"Liat faktornya juga, oh ya buk rencananya aku mau ajak Ila berbulan madu ditanah suci" ujar Abrisam memotong pembahasan "Umroh gitu ta nak, bagus" makin keliatan sayangnya, orang tua juga tenang jadinya ada yang merawat anak perempuannya dengan baik.
Orang tulus juga akan menerima hikmahnya, "Mungkin ada oleh-oleh yang mau dipesan sama ibu, mbak dan adik" maksudnya Ila begitu. Dulu sih pas Ibu haji anak-anak masih pada kecil, seneng saja dibawain oleh-oleh.
Yang nyambut pulang dari sana jadi ya anak-anak, ramenya pada rewel dan cerewet sampai berangan-angan pingin jadi ini, pingin jadi itu. "Terus aku nasehati begini : kalau pingin kesana harus hormat sama gurunya supaya apa tau ilmu dari teori dan caranya, harus selalu jaga kesehatan udah begitu saya menyayangi mereka" ujar ibu menceritakan.
"Bisa saja ibuk aku salut dengan kedekatan orang tua ke anak, yang mendidik dengan hati-hati" kata Abrisam senang. "Nah nanti kalau kamu sudah terbang, gak usah tergesa biarkan petugas mengaturnya dengan cara mereka, pelayanan yang diberikan insyaallah baik" lanjut si ibuk menggemaskan.
Public speaking ibunya membuat abrisam memberikan aplous bangga "Dan lagi buk, saya dan Ila itu berangkatnya dari sini" kata Abrisam membumbui "Terus? " ibu bertanya ke Ila "Iya buk aku kan kangen sama kalian semua jadi mau menginap tujuh hari, iya begitu Mas ya" kata Ila sok menghitung hari.
"Cowok mahgampang, aku nya ini lo" Ila memunculkan sifat manjanya saat sang suami sedang beranjak bersama kakak. "Ya mbak pilihnya yang sempurna ribet sendirikan" goda adiknya menertawai, memang pahamlah kan ABG termasuk yang akrab sama Ila.
"Yang bisa buat kamu jatuh cinta memang seperti apa? " Ila menanyai meledek dan penasaran pasti sudah ada cowoknya. "Yaelah hanya itu mah apaan" mengaku tidak punya pacar adiknya sedang mencoba memilih universitas kelanjutan agar seperti kakak-kakaknya.
"Agamanya baik, dan bisa membuatku merasa lebih dan cukup" jawaban yang menarik dari adik. Sedangkan versi Ila "Kuat agamanya, Good looking dan sukses" begitu Ila tertawa mencocokan diri dengan suaminya yang tampan dan satu lagi adik mau menambahi "Gak Fakboy" tersenyum juga deh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments