Cinta semalam yang membuat membuay orang sehingga bisa aja yang tadinya tak dibutuhkan segera mengikat jarak. Walau pandangan tertutup gelap gulita tapi masih mau menemani keputusan yang tak bisa ditolak. "Supaya apa? " tanya Abrisam menggoda istrinya..
"Boleh tapi..." kikuk Ila "Tapi apa" Abrisam sudah keburu menyergap ilmu tenaga dalamnya. Menyalurkan aura cakra tak terasa lebih akrab bahkan meski Ila kuwalahan. Nafas yang panjangpun menunjukkan Ila jago dalam beberapa hal. "Hanya beberapa? " tanya Ila cemberut. "Lah minta berapa, maunya? " Abrisam meladeni istrinya malam itu.
"Tapi aduh banget" ujar Ila berkaca-kaca seolah mau menangis. "Apanya sih sayang?" dengan mengusap eluhan mata Ila. Bahkan mungkin kalau ada suara terdengar dari luar kamar "ccccttt... Glodak" Ila pasti teriak takut "Hatiku... " Ila yang cemberut bersembunyi dibalik tubuh suaminya.
Maksa bermain Abrisam dengan senyum sinisnya melantangkan suara "Besok lagi ya..." . Awalnya Ila diam namun kemudian mengatakan sesuatu yang memang mengganjal dihatinya "Mas aku kangen Mama" padahal Abrisam sudah tertidur.
Gak direspon sepertinya lumayan letih dan mungkin Ila masih tetap semangat untuk menjalani hari esok. Apakah arwah telah memasang siasat baru yang sengaja maupun tidak tapi Ila melihat sosok orang lebih terfokus ke tangan yang menampar pipinya keras. "Apakah itu kamu mas? " Ila yang sudah dalam keadaan terjaga mengelus-elus pipinya sendiri merasa aneh.
"Boleh Nak ajak pacarmu sekalian" Abrisam menunjukkan pesan yang diterima dari Mama sepagi itu. "Kamu... " Ila menatap dalam dan menggigit lengan suaminya geregetan "Aakhh" dan Ila kabur katanya mau mandi persiapan subuh.
"Kupikir tidak akan kemana-mana lagi hari ini" ujar Ila yang memancing Abrisam melontarkan kata "Malas itu jangan dibiasakan" meski tau Ila sedang ribet menata apa-apa "Siapa yang males? " Ila pun tak berkata lagi. "Sebagai istri sudah sepantasnya mememani suami berjuang" tutur Abrisam.
"Bangun" Ila menarik tangan Abrisam yang fokus dengan kitab kajiannya. "Ambilkan aku minum yang hangat" suruh Abrisam, tentunya Ila menuruti dan meninggalkan untuk waktu sebentar empat sampai lima menit sudah dihaturkan secangkir teh melati.
"Tidurku semalam terganggu" Ila bermaksud ngelanggar sesuatu yang tidak disukai suaminya dan tidak akan digubris selagi definisi terganggu itu belum jelas semacam apa dilihatnya menurut kacamata Abrisam tak ada sesuatu yang terjadi.
"Udah tergesa menyeruput" Abrisam menyembukan kelu lidahnya kepanasan, sial sekali memang ingin hiburan mumpung masih sepi job. "Tadi pas belanja tetangga juga bilang gak ada undanganyah" ujar Ila mengabari.
Pindah-pindah tempat untuk berdakwah atau memimpin suatu hubungan majlis dalam satu hari menurut Abrisam masih belum sanggup, "Itu mungkin soal koordinasi" ujar Abrisam yang tak asal.
Keluar ke depan rumah menemui supir pribadinya "Itu apa?" barulah kali itu Abrisam melihat ada jari-jari tangan yang menempel menyentuh pundak dari Pak Supir, setelah menelitipun lebih cepat hilangnya dan pura-pura mengebaskan debu bergaya akrab santai.
"Negeri ini masih asri juga kental adat istiadat nenek moyang" goda Pak Supir menertawai ekspresi Abrisam. Kegelisahan yang tak bisa tertutup meski menyambut ramah "Selamat pagi" juga memberikan kunci mobil untuk dipanasi.
Ternyata termasuk hal yang masih membuat Ila bersabar dengan suaminya adalah bentuk tubuh yang ideal. Tegap posturnya tidak terlalu gemuk memperlihatkan ada yang lebih istimewa melebihi sebuah ketampanan. Sungguh cocok untuk mendampingi paras Ila bersama suami yang maco.
"Masih ada nenek juga si mas aku" Ila yang tiba-tiba menengahi percakapan sok tahu "Teh lagi buat Pak Supir La" seru Abrisam gak nyambunglah dengan yang sedang disampaikan Ila memang istrinya ngarang mungkin saja maksudnya mau menawarkam sesuatu.
Di Ruang Tamu//
"Di Indoneasia itu lengkap" kata Pak Supir saat sudah mau berangkat, mau ini itu Abrisam bisa saja menuruti. Sebenarnya untuk diwilayah sekitar Abrisam masih ke pulau atau provinsi terdekat sejak pertama kalinya berdakwah sampai setelah menikah.
"Yang ini mungkin sekitar empat jaman, sudah pernah kuajak kan Pak ya.. " ujar Abrisam pada Pak Supir sebab nuansa senyum sumringahnya seperti mengenang sesuatu maksudnya adalah ketertarikan atau sebut saja "Cinta lokasi" sungut Ila. Cuman ya agak kesel apalagi rumah orang tua Ila yang gede kayak gedong.
Makin seru juga padahal asal jeplak, pernahnya sih pernah tapi baru sekali dua kali pas lamaran sama resepsi pernikahan. Disana malah lebih rame ada satu kakak cowok juga tiga adik perempuan. "Bapak mau minum apa tinggal bilang, gak usah sungkan" tawar Ila daripada kering senyum terus.
"Sakit tenggorokan, dahagaku" Abrisam mengetes candaan Ila tapi yang diberikan adalah air putih saja "Gak enak rasanya" setelah Abrisam meneguknya. "Hehe maksud aku bilang ke Mas Bri biar nanti dicarikan kalau lihat" padahal yang sedang ingin juga Ila, sungguh Abrisam yang cerdas dari perlakuanya itu.
Dan Abrisam juga hobi menerangkan pada istrinya dari apa saja yang dilihat sepanjang jalan bangunan apa, moment apa banyaklah. "Itu apa mas tadi?" tanya Ila "Kecelakan trek rodanya terlepas itu jelas sebab kelebihan muatan, beban yang terlalu sehingga poros roda patah" terang Abrisam.
Tak karuan berantakan muatan yang berserekan sedang dipinggirkan "Udah ndak usah hawatir saya akan mengantarkan mas ma non dengan hati-hati" mantap Pak Supir. Jujur Ila menelan ludah merinding, mana tangguh kalo peristiwa memperhatikan jelas ada didepan mata.
"Wajar saja itu sudah tugas bapak" ujar Abrisam menegaskan, jelas-jelas yang membawa setir seyogyanya tidak ugal-ugalan atau melakukan hal sekira itu bisa membahayakan. "Gimana mas?" Ila yang tak jelas pendengarannya meminta agar penjelasan diulang.
"Gak ada, udah kamu itu gak akan pergi kemana-mana pasti aman" Abrisam yang hati-hati menjaga Ila. "Mobil tipe SS ada yang baru lo Pak" ujar Abrisam ke supir "Ah kalau Mas Bri tak mau punya ya sama saja" canda Pak Supir. "Maunya sih mau, belinya itu... uangnya masih belum ngumpulin" jawab Abrisam. "Gebet aja mas kalau sudah cocok, yang ini jual ndak papa" lagi-lagi Pak Supir bercanda.
"Sih..Bapak, " ujar Ila padahal yang didepan pada ngobrol tapi nyuekin. "Ila itu Pak jarang bergaul, keluar apa lagi" nah baru disebut-sebut sama suaminya "Nah, pake mobil baru aja buat rumahnya yang bisa pindah-pind.ah" lelucon apalagi dari Pak Supir memangnya keong apa?
Kalau nyatanya Ila malah menutup mata di perjalanan gegara gak ada yang mengajak ngobrol bahkan sampai rumah dan langsung masuk saja gitu diruang tamu orang tuanya duduk bersandar di sofa. Sedang Mas Bri sama Pak Supir masih ribet membahas mobil, "Susah banget sih gebet yang diincer" Ujar Abrisam "Aaah untuk didapatkan saja, itu berarti belum serius" Pak Supir bisa aja nyelanya haha.
EDISI JADI ANAK RUMAHAN...
Tinggal dirumah gedong yang banyak lampunya bercahaya terang juga tak menjamin terbebasnya dari hantu. Hayoh yang penasaran ikuti terus >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments