Tak ada yang menghalangi perjalanan seolah lancar bebas. Jangan panik atau hanya akan tertinggal jauh kehilangan kesempatan dan jangan putar balik sebaiknya menghindar saja, setelah belok kanan lurus terus nanti akan sampai, hingga ada komando tiba dan istirahatlah disana untuk sementara waktu. Maksudnya "Ke rumah saja! " Abrisam mengulang menjelaskan kembali karena Fadhol nampak bertanya. Sudah hampir tiga tahunan tapi nyatanya belum begitu merakyat, sudahlah bukan keharusan.
Tiada tempat yang lebih nyaman dibandingkan rumah sendiri, tempat ini sudah dibeli semenjak sebelum ada Ila. Dengan mengarahkan mobil yang akan diparkir mencari posisi yang bagus Ila mengamati karisma kelegaan dimimik suaminya, sekalipun meninggalkan dan mengecek pintu rumah "Mas kunci pintu siapa yang bawa" baru ingat lupa. Lantainya agak basah dan licin begitu lembab disisi lain Mas Abrisam berteriak ke lingkup asrama dan anak itu sendiri yang menyerahkan kuncinya ke Ila. "Siapa namamu? dengan wajah cantik berseri namun Ila bukan pamer. "Ya sudah... Tina boleh balik kami bisa sendiri" Abrisam tak sengaja sok mengusir cemas.
Dengan melampar kunci yang dimainkan digenggamannya "Alhamdulillahh " Ila jadi ikutan takut. Rumah ini terlalu berhadapan "Lain kali disimpan atau dibawa aja kali ya..." menggerutu sendiri. "Selamat datang... " dan saat Abrisam mau melangkah tiba-tiba terpeleset "Jeduk... Akh" sedikit memalukan hanya saja tertutup pager tangannya yang agak berdarah terkena paku, tersayat di jari tengah.
"Mas brisam... " Saat itu Fadhol hanya melirik pura-pura tidak tahu karena baru keluar dari kendaraan, bersifat tenang lebih baik daripada gegabah. Pernikahan baru ini benar-benar menguji mental satu sama lain. Ila segera masuk mencoba menemukan hal-hal yang bisa membantu.
Fadhol mendekati "Persis suasana di kediaman Bibik Aura" Abrisam yang tengah berdiri sendiri dan tertatih agak emosi "Anak-anak gak bersihin sih... " membiarkan suara itu menggema agar sekitarnya mendengar.
Melihat tanah halaman yang agak becek, Fadhol meraih dan membopong kakaknya itu "Kamu juga salah Mas kalau marahinya sekarang" dan mendudukan di kursi panjang, hanya saja Tina membuntuti dan hadir disana dengan kaget dan salut akan ketanggapan dia mempertanggungjawabkan tugas yang belum terselesaikan. Ila belum muncul-muncul, Abrisam memanggil "La Ila ambilin air hangat dan kopi untuk adikmu ini".
Ila datang dengan segala yang perlu dibereskan melayani suaminya meski agak lambat dibandingkan si Tina "Loh... Kog ada... " kedua lelaki yang sama sekongkol pun bilang "Biarin saja, Gak usah dibahas lagi" Ila juga menawarkan untuk segera mengantikan baju dengan yang bersih setelah merawat dan membalut lukanya. Fadhol hanya diam mengawasi bocah dan bergumam "Dia siapa... Heh... " Licik.
***
"Gimana si Mas kog bisa jatuh" Ila agak cemberut sedih. "Jangan susah-susah seperti itu namanya musibah kog, mood ku yang hancur sudah pergi karena ada kamu" dengan mengusap wajah halus istrinya yang seakan menerangi dada panas tokoh muda seperti Abrisam. "Aku mau temenin Fadhol nongkrong dulu" mumpung masih disini, "kamu sayangku tidak boleh kecapean".
Keluar dan menyambut jantan saudaranya tidak ada alasan mendesak tapi mau menyamarkan gerakan yang memalukan tadi, sambil memulihkan kaki dengan ramah tamah "Semakin dewasa serasa remuk redam badan, Dhol balik ba'da Ashar saja yah..." dengan menunjuk oleh-oleh tadi yang mungkin bisa menjadi pemanis atau pengganjal.
"Kenapa pilih konsep rumah kayu? " adik yang terlihat santai menyendarkan punggungnya sembari menikmati kacang asin yang dikunyahnya. Duduk agak berjauhan Abrisam tak langsung menjawab "Mereka sudah menghilang" menengok jendela yang terbuka tapi lumayanlah untuk bagian teras dan darah yang bercecer tadi. "Soal rumah ini aku kira ada hubungannya" bawaan merinding ungkap Fadhol.
"Ooh.. Ho.. Dari dulu sudah begini, Astagfirullah gak ada hak aku ceritakan yang semenjak jadi belum dihuni siapapun". Mendengar penjelasan ini, membuat Fadhol agak cemburu buta tapi iya ketawa bareng. "Aku bangga punya kakak seperti kamu" mengangguk terpaksa harus menantang. Abrisam tak pernah mendengar kata itu sebelumnya "Sama-sama" menyunggingkan senyum sinis berwibawanya. "Aku masuk kamar dulu... " meninggalkan saudaranya agar bisa tidur, sebaliknya Ila sudah nyenyak banget diranjangnya menggoda gairah suami saja, cakep.
Tadinya Abrisam menyandingi Ila, males banget dan memang sudah tidak ada hal yang penting lagi untuk dikerjakan setiba perjalanan, memejamkan mata tak terasa ada sepuluh menit kelopaknya terbelalak membuatnya mondar mandir maksud ingin memenangkan hatinya. Apa yang dilakukan adalah secara diam-diam menuntaskan sifat pribadinya sebagai suami terbaik.
Tak disangka Fadhol yang beranjak dari tempatnya kedatangan tamu bersalaman dan mempersilahkannya Pula, Abrisam yang menyadarinya ikut menyimak "Assalamualaikum Boss Bris" beitulah ia menyapa seorang supir andalan yang sengaja dipesan untuk menjemput dan mengantarkan pulang adik iparnya tersebut. Bergaya menata kopiyah "Yawis... Ayo Pak" dan berpamitan dengan menggunakan mobil sekaligus hendak mencucikan, semua tugas selesai sesuai yang diharapkan.
Ini mungkin agak lucu Abrisam bahagia dengan hidupnya, kembali ke kamarnya dan menggugah istrinya yang terlentang sama sekali tak bergerak "Ila...Ila... Apa kamu tidur? " memeriksa sekitar bantal, "Aku mau mandi..." barulah tersandar meski dengan sembab kantuk "Iya mas, anda sudah bisa..." Ila abrisam mengambil handuk putih yang biasa digunakan "Aku bisa sendiri" tapi Ila tetap membuntutinya melihat kondisi rumah yang sudah kinclong pun merubah ketakjuban Ila. Memejamkan dan membukanya "Ini beneran...?" menarik nafas hangat dan penuh makna. Juga mengecek barang belanjaannya yang perlu ditata atau ditaruh di lemari kamar.
Hari mulai gerimis kembali dan setelah menegakkan ibadah dengan paras harum juga bersih layaknya istri suami yang memperbaiki hubungannya dengan komunikasi. Ila yang masih didapur mencuci piring sisa makanan di sindir Abrisam. "Jangan dipecahkan lagi La... " serunya dikala santai di sore hari.
"Enggak kog Mas... Kemaren itu ada biawak besar masuk rumah terus gak sengaja kelempar" lalu menghampiri "Mas.." membahas anak-anak yang diasrama supaya tidak terlalu merepotkan terlebih dahulu, rumahnya yang tak terlalu besar dan belum ada momongan tentu membuat Ila merasa sanggup mengatasinya sendiri namun Abrisam lebih senang memanjakan Ila.
"Mas aku hanya cemas mereka keluar masuk dengan sewenang wenang" mungkin bagi Abrisam permintaan itu agak lebay " Daripada kamu yang mengunjungi asrama mereka... Mereka kan pelajar biar sekalian belajar attitude dari kamu sebaliknya ada keteladanan. Siapa juga yang berani..." sebenarnya Ila tidak ingin menjelaskan tapi itu perlu " Misalkan Tina Anda lihatkan bagaimana tatapannya tadi... Husus rumah bagian dalam tidak... Ini supaya tidak terjadi kesalah pahaman diantara kita", sudah jengkel Abrisam malah menggodanya "Enggak-enggak" mengenggam jemari lentik kekasihnya.
"Aku suka kamu jujur" saat menyampaikan itu Ila jadi tersipu malu menjadi kepercayaan seorang Abrisam kesayangannya bahkan tersedak "Uhuk-uhuk" dan meludahkan dengan tissue yang tersedia "Aduuh... Merah" Ila pun meminta izin untuk pergi ke kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments