Menghitung detik berdetak, ada tombol disini bersimbol tapi bukan kode rahasia. Waspada akan sekitar ruangan, sampai saat disitulah permulaan terjebak. Ada gadis muda melihat hanya melihat dingin. Tersentak kaget dan berhasil melarikan diri...
"Di kamar... " berpaling dan berlagak biasa.
***
Abrisam datang setelah meminta istrinya untuk menunggu. Ditempat itu yang sedang Ila ingin intip. "Kalo boleh tak repotin... Malam ini kita menginap di rumah sesepuh" melipat bibir menciutkan pandangan kikuk, bergeser memandangi pundak sang suami lantas berbalik "Bawakan mukenahku sekalian!" Abrisam tak pernah lupa menjalankan sholat berjamaah "Iya... Yang lain gak mau? "
Ila sebenarnya sadar dan tak suka merepotkan. Suaminya saja yang suka memperlakukannya secara special apalagi otaknya Ila yang encer kebangeten. "Kelamaan kah? " maksudnya Abrisam baik mungkin kalo istrinya diajak keluar lebih senang meski bolak balik "Sebentar kok" memegangi tangan sang istri dan mencium keningnya.
"Kamu lapar" curhatan Abrisam pada Ila "Tidak... Alhamdulillah" katanya setiap dapat rizki jangan ditolak "Ada jualan tahu bulat diluar, kamu mau? " Ila pun tersenyum dan terhibur. Membuktikan cinta mereka yang semata-mata pada jalan Allah membuat hidup berasa lucu. Tidak berlebihan sesederhana itu saja...
Meskipun baru saja dari rumah mertua Ila masih tetap patuh pada Abrisam. Satu lagi Abrisam bukan tipe perfeksionis yang terlalu menuntut ini itu. Ila bertanya "Bayar sendiri?" hal yang cukup menohok. Sedangkan Abrisam menghindarinya dengan memanggil anak-anak sekitar asrama untuk menjaga rumah dengan imbalan uang jajan.
Ila tak mengingat detel siapa saja yang dipasrahi merasa berbeda status, itu bukan masalah menurutnya. Membawa tas agak besar Ila lebih dulu masuk mobil dan barulah disusul oleh Abrisam berpesan "Jangan terlalu mengatur, sepertinya aku tidak begitu padamu".
Dengan canggung Ila mengangguk "I will do anything must I do" tapi Abrisam mulai tidak suka jika Ila tak ikuti kehendaknya. Sedangkan Ila bukan tipe orang yang mudah penasaran meskipun belum pernah "Sebatas kemampuanku".
Manusia bisa saja lalai keduanya sibuk berbincang sendiri dan pergi berlalu. Hari ini kesempatan terahir, besok belum tentu karena sudah waktunya dikirim tugaskan kembali. Menanamkan niat yang baik dan tidak bermaksiat supaya bisa selamat dijalan.
***
Sampai untuk tujuan quality time bersama keluarga, pendapat Ila tentang Abrisam "Kamu cukup bisa membagi waktu" caranya adalah "Selamat bersenang senang😁" hidup ala orang terhormat , lagi-lagi menatap Abrisam bengong.
Sejak pertama kali kesini sepasang kekasih itu belum pernah menginap bak pengantin baru. Belum ngapa-ngapain sudah kasih sinyal terserah "Iya gak papa" senyuman bak bunga merekah yang melelehkan. Tanpa harus menyapu bersih-bersih halaman anggaplah sama dengan kebiasan sebelumnya. Mau apa ambil saja kalau dirumah sepuh... Hehehe. Tinggal dandan yang cantik penampilannya...
"Assalammualaikum... " dan langsung menunaikan jama'ah isyak.
Disambut layaknya tamu, duduk disebelah mas Abrisam "Pada masak enak... " menikmati suguhan makan malam bersama dan mengutarakan maksud, namun sebagian yang lain sudah makan sejak sore. "Ya kan udah dari dulu beritanya" sama asik mengobrol dan ada Silvi menghampiri dan mengusik kemesraan.
Mengajak dan mengantar ke kamar yang akan Ila tiduri dengan lelap. "Disini rame-rame lagi apa? " Ila sudah kenyang dan menyukai cumi dan somay tadi namun kalo sudah diantar disini mungkin tidak akan kemana-mana lagi. "Lucu amat kamu... " pegang-pegang jilbab, gamis, jam tangan, cincin sampai gelang kaki yang dipake. "Weeww... Habis acara ulang tahunku Kak Ila".
"Gimana dengan kandunganmu?" dengan tidak melakukan banyak aktifitas itu akan membuat Silvi baik-baik saja. Dilain tempat kaum lelaki bapak ataupun yang muda sedang berbincang santai menikmati kopi dipekarangan teras rumah dengan semilir angin malam terbuka.
Ila memandangi lemari berukuran besar disepanjang lorong menuju kamar yang berisikan deretan buku juga kitab klasik. Misalkan dihitung ada berapa jumlahnya, pasti tak terjawab "Aw... Sendi pelana sekitar paha agak nyeri" membuatnya susah berotasi.
Satu persatu jari Ila menyentuh sudut kotak dengan mengulas memori "Besok aja Sil". Padahal nyerinya belum hilang menggenggam tangan Ila "Heh.. " dia tahu tapi tak mengerti "Yang mana?" saat menoleh " Jangan tidur saja ndek dalem nanti malah gak dapet faedah loh... "
"Ila... Silvi... Kesini nak... " nah kebetulan ibu mertua memanggil, dengan demikian kisah akan semakin menarik untuk diceritakan "Ibu lagi repot nyiapin buat perjalanan Mas Bri yang akan datang" mengarah ke beberapa paket yang tergeletak di meja "Itu ada milky sacet" kemudian Silvi mengambil beberapa buah di lemari es. "Kita saling bertemu seperti kawan jadi jangan dimasukkan kehati kalau ada bahasa yang campur aduk".
Sepertinya biasa... namun Silvi malah membalikannya "Pernah nge-judge? Aku dulu gitu sih sama asatidz yang mengajar alif bak tak hijaiyah" dan tak bosan-bosannya. Silvi juga menyarankan agar dua hari kedepan menginap disini saja, untuk seru seruan bareng. Menjadi anggota keluarga Mas Abrisam tentu kebanggaan tersendiri, meskipun Silvinya agak kolot.
Kemudian Ila melirik ke jendela melihat Mas Abrisam mengomando seseorang untuk membenahi mobil yang akan dibawa pergi jauh. "La kog bisa ndak tahu kalo tadinya Mas Bri adalah calon suami Kak Ila? " mengatai sebelum ibu mertua mendengar "Sempat jadi mantan, mungkin ada banyak tujuan."
Didekat ibu, kami sama merayunya dan bersikap manis seperti buah-buahan yang siap dikupas dan dimasukan ke wadah kotak yang cukup banyak. Termasuk favorite di keluarga, tidak ada kegiatan yang penuh makna dibandingkan dengan berbakti. Terenyuh benar-benar membuat hati berdebar "Nanti... Juga sering tak critain masa laluku supaya kamu tahu aku berusaha menjadi ibu yang setia".
Sekali berkunjung dan setiap kali menjenguk, ibu akan mengantarkan pada perhatian dan tanggungan. Tapi paling... masih ada hilaf yang turut terucap oleh menantu seperti Ila, dengan rendah hati ibu menanggapi "Ahe.. Lupa diri... memang melebihi sampai apa?" seolah bercanda tapi itu adalah peringatan. Ila pun terharu...
Mas Abrisam mau datang mendekat antara menengahiku dan ibuk, untungnya tak melihat apa yang barusan bisa saja dia kepikiran dan sewot malam ini. Ila dan suaminya tentu meminta doa restu... Sampai merasa lega dengan mengangguk angguk menunjukkan faham akan harapan ibuk pada putranya.
"Iya ... Semua keamanan sudah disiapkan, aku dan yang lainnya akan jaga jarak jika sedang ada musibah". Ibu mertua yang terlihat sungkan pun membiarkan kami berdua untuk beristirahat ke kamar. Dengan agak sebel Ila malah berbisik "Maksud anda apa sih? " Abrisam sedikit menyenggolnya manja "Temen ya temen aja..jangan melebihi perhatian mu ke mas...😏" menyindir soal Silvi yang terlihat akrab.
Padahal dia juga banyak membantu di acara pernikahan kami, "Menjauh sana! " kenapa tiba-tiba malah runyam? "Keburu ngambek nih... Bukannya adik Ila yang ninggalin Mas.." manyun dan melotot "Huftt" Abrisam langsung saja sambar cium bibir mengodanya.
Sungguh sabar meladenin kerewelan seorang Ila. Tanpa harus mendengarkan penjelasan yang lebar bertele-tele Abrisam tahu Ila telah menepati janjinya di beberapa waktu. Ila yang terbangun dari gulinganya "Agak dipercepat gitulo Mas" . Dengan membelai rambut istrinya yang agak semerawut "Jangan gitu... Sudah...sudah... Tidur ya.. "
PENASARAN DAN KAGUM BUKAN. KALO BEGITU JANGAN SAMPAI DISINI SAJA BACANYA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments