Bab 5 Tersadar

Jam 6.00 pagi...

Hari mulai menjelang pagi, sinar cahaya matahari mulai menyeruak masuk ke dalam ruangan kamar.

Udara terasa sejuk disekitar area kamar, hangatnya sinar matahari merambat perlahan-lahan memasuki celah-celah jendela.

Joanna menggeliat pelan seraya merapatkan selimut agar menutupi sebagian tubuhnya yang terbuka.

Sinar matahari menyinari kedua matanya yang terasa berat, rasa letih serta kaku membebani tubuh Joanna yang remuk redam setelah semalam bergelut mesra bersama Javiero.

"Uhk !?", gumamnya lirih.

Joanna berusaha beranjak dari ranjang dan mencoba duduk.

Namun, tubuhnya yang terasa lelah, hampir sulit dilakukan oleh Joanna saat dirinya berusaha untuk bersandar.

Joanna menoleh ke arah samping ranjang, tak terlihat Javiero di sana.

"Kemana dia ?", ucap Joanna.

KRING... !

KRING... !

KRING... !

Jam weker diatas meja tidur berbunyi nyaring hingga mengejutkan Joanna.

Joanna memalingkan muka ke arah jam weker yang berdering keras, waktu menunjukkan angka 6, artinya hari telah beranjak pagi.

"Apa ini ?", ucap Joanna seraya mengambil secarik kertas yang tertinggal di sisi ranjang tidur.

Joanna terdiam tertegun lalu menyandarkan tubuhnya ke bahu ranjang seraya menghela nafas panjang.

"Fuih... !?", desahnya letih. "Surat ? Dia meninggalkan sepucuk surat setelah bercinta ?"

Joanna membuka surat yang ada di tangannya lalu membaca isi surat.

"Aku akan kembali setelah mengurus sesuatu hal penting, jadi tunggu aku sebentar lagi karena aku akan segera datang beberapa jam lagi"

Joanna meremas surat di tangannya dengan rasa kesal.

"Apa maksud dia !? Pergi lalu kembali dan hanya meninggalkan sepucuk surat !?", keluh Joanna.

Joanna terlihat kesal lalu bergumam pelan.

"Dia anggap apa aku ini !?", ucapnya.

KLAK !

Sebuah kartu kredit terjatuh dari remasan surat yang ada di tangannya.

Joanna lalu melirik kartu kredit yang tergeletak di atas ranjang kemudian mengambilnya.

"Kartu kredit !?", ucapnya tertegun.

Joanna mencoba untuk berpikir dengan kejadian yang baru saja dia alami semalam lalu perhatiannya kembali tertuju pada kartu kredit warna hitam.

"Apa dia sengaja meninggalkan kartu ini untukku ?", kata Joanna.

Joanna langsung tersadar dengan kejadian semalam yang baru saja terjadi, pikirannya tertuju pada Javiero.

Kartu kredit warna hitam yang ada digenggaman tangannya menyadarkan Joanna tentang hal semalam bersama Javiero, seakan-akan kartu itu berhubungan dengan kejadian semalam.

"Apakah kartu kredit ini merupakan bayaran ku karena melayaninya semalam ?", ucap Joanna.

Raut wajah Joanna mendadak berubah pias, rasa kesal mulai menghampiri dirinya, kehormatannya sebagai seorang perempuan seperti terinjak-injak.

Joanna melilitkan selimut di tubuhnya lalu mencoba turun dari atas ranjang.

Tetapi, tubuhnya benar-benar terasa kaku dan sulit untuk digerakkan.

"Uwh !?", keluhnya sambil memegangi punggungnya yang nyeri.

Saat Joanna menolehkan kepalanya ke arah ranjang, terlihat bekas noda darah di atas kain sprei.

Wajah Joanna mendadak berubah merah padam saat melihat bekas sisa-sisa percintaan semalam bersama Javiero.

Bergegas Joanna menarik kain sprei dari atas ranjang, dia berlari cepat menuju ke arah kamar mandi.

BRAK !

Pintu tertutup keras, Joanna terburu-buru meletakkan kain sprei di dalam keranjang yang tersedia di dalam kamar mandi.

Berdiri bimbang seraya mengusap rambutnya yang kusut masai.

"Apa yang telah aku lakukan semalam !?", ucapnya panik.

Joanna hanya berdiri terdiam dengan raut wajah mulai cemas.

"Bukankah tugasku hanyalah menikahi Javiero supaya misi rahasia ku dari Organisasi pengendalian siluman dapat aku selesaikan dengan mudah !?", ucapnya.

Joanna kembali menyisir rambutnya yang acak-acakan.

Ekspresi wajah Joanna berubah dingin serta memucat hingga dia tidak mampu menggerakkan tubuhnya.

Rasa nyeri serta letih mulai dia rasakan kembali, tubuh Joanna yang terasa remuk redam memaksanya untuk bergerak meski berat dia lakukan.

Joanna berjalan tertatih-tatih mendekat ke arah bathtub di dalam kamar mandi.

Menghidupkan kran yang ada di bathtub agar air mengalir mengisi bak mandi, Joanna mulai merendamkan badannya ke dalam genangan air hangat.

Di pejamkannya kedua matanya yang terasa berat.

"Apa yang telah aku lakukan semalam !?", bisiknya lelah.

Joanna terdiam kemudian menghela nafas panjangnya kembali.

"Seharusnya aku tidak membuat semua menjadi bermasalah. Dan aku tidak membiarkan dia menguasai diriku sehingga aku harus kehilangan kesucianku !?", ucapnya.

Joanna tidak menampik jika dia terlena dengan belaian Javiero serta cumbu rayu pria penuh pesona itu.

Membiarkan kegadisannya hilang dalam waktu semalam.

"Haruskah aku berpura-pura tak peduli dengan kejadian semalam lalu berkata pada diriku sendiri "Ini cuma keperawanan saja !? Jadi apa yang harus aku cemaskan !?", ucap Joanna.

Joanna mendongakkan kepalanya ke atas sembari menarik nafas dalam-dalam.

Kembali mengacak-acak rambutnya yang basah dengan kedua tangannya lalu mendengus kesal.

Menenggelamkan sebagian tubuhnya ke dalam air di bak mandi kemudian terdiam lama.

BLURP... !

BLURP... !

BLURP... !

Terlihat gelembung-gelembung kecil dari dalam bak mandi saat Joanna merendamkan tubuhnya ke dalam air.

Hening...,

Suasana berubah menjadi hening saat Joanna di dalam kamar mandi.

Tiga puluh menit berlalu...

Satu jam berlalu...

Dua jam berlalu...

Masih tidak ada reaksi dari Joanna.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka lebar, seseorang masuk dengan paksa ke dalam kamar mandi.

TAP... !

TAP... !

TAP... !

Suara langkah kaki memasuki area kamar mandi.

"Apa kau ingin celaka ?", ucap seorang pria.

Joanna langsung tersentak kaget saat mendengar suara yang datang.

SREEET... !

Javiero menarik tangan Joanna dari dalam air di bak mandi sehingga gadis itu terpaksa berdiri.

"Apa yang kamu lakukan di dalam bak mandi hingga berjam-jam lamanya ?", kata Javiero.

Javiero menatap Joanna yang berdiri dengan tubuh basah kuyub oleh air dari bak mandi.

"Tu--tunggu... !?", ucap Joanna gugup.

Joanna terperangah kaget saat mengetahui pria yang ada di hadapannya sekarang ini.

"Lepaskan aku ! Kamu menyakitiku, Javiero !", sahut Joanna.

Javiero tidak mendengarkan ucapan Joanna yang memintanya untuk melepaskan tangannya tetapi dia langsung menggendong tubuh Joanna.

SREEET... !

Javiero mengangkat tubuh Joanna seraya berjalan dengan langkah panjang menuju keluar kamar mandi.

TAP... TAP... TAP... !

Suara langkah kaki Javiero terdengar keras saat dia berjalan ke arah ranjang.

Berhenti sejenak sembari melirik ke arah Joanna yang ada digendongan tangannya lalu menghempaskan tubuh istrinya ke atas ranjang.

BRUK... !

"Cobalah untuk berpikir jernih ! Dan dengarkan lah setiap pesanku ! Untuk apa kamu mencoba menenggelamkan dirimu berjam-jam di dalam kamar mandi !?", ucap Javiero.

Javiero menatap dingin ke arah Joanna yang terbaring di atas ranjang dengan tubuh masih basah.

Pria berwajah tampan itu kemudian melanjutkan kembali ucapannya.

"Berusaha menghilangkan diri sendiri merupakan tindakan kejahatan yang tak termaafkan ! Hukumannya mungkin bukan saja hukuman pidana melainkan hukuman berupa dosa besar yang tak terampuni, Joanna !", lanjut Javiero.

Javiero hanya memandangi Joanna dengan sorot mata tajam sedangkan Joanna hanya diam termenung sembari berusaha menutupi tubuhnya dengan sebuah bantal.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***