Kenapa Jomblo itu salah?

Keesokan harinya...

Sore itu, Vio memilih dress sebatas lutut, rambut pendek yang di tata sederhana tanpa menggunakan aksesoris.

Tindikan di atas daun telinga menegaskan sifatnya yang tomboy.

Make-up ringan menyempurnakan penampilannya sebelum berangkat ke acara reuni SMA.

Ketika menarik handle pintu, langkah anggunnya terhenti oleh tatapan intimidasi sang Ibu.

"Mau kemana kamu?" tanya Bu Alina.

Vio menjawab penuh percaya diri, "Mau menghadiri acara reuni SMA, Ma." sambil tersenyum.

Namun, senyumnya mendapat reaksi berbeda.

"Apa kamu gak malu? Teman-temanmu semua pasti sudah sukses dan berkeluarga, sedangkan kamu?" cibir Bu Alina.

Awalnya Vio menanggapi santai, "Kenapa musti malu dengan status ku yang masih sendiri? Bagi ku, hal itu bukan sesuatu yang memalukan, kecuali kalau kita berbuat kriminal, dan kesalahan pada orang lain!" ujar Vio dengan penekanan di setiap kata.

Bu Alina melotot dengan tajam, "Kamu itu gak sadar apa? Kamu sudah bikin malu Ibu dan Ayahmu, karena orang-orang bilang, kamu perawan tua, gak laku-laku!" lanjutnya, sambil menunjuk kepalanya sendiri, dan berkata, "punya otak itu gunakan untuk berpikir!"

Vio menanggapi dengan merunduk dan menekuk wajahnya.

"Oh, jadi karena statusku ini, Mama malu? Ya, memang seharusnya aku menghilang dari dunia ini supaya Mama dan Papa tidak malu punya anak yang masih jomblo sepertiku!" ucap Vio sambil melenggang pergi, amarahnya meluap-luap atas tutur kata sang Ibu.

Vio, dengan tas kecil di bahunya, melewati sang Ayah yang tampak acuh tak acuh. "Pah, Vio mau pergi dulu!" pamitnya.

Sang Ayah menyindir, "Pulang bawa calon pendampingmu kemari!"

Vio menghela napas kasar, sambil menyeka air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya.

Ia keluar dari rumah, lalu berjalan seorang diri menelusuri gang pemukiman padat penduduk, Vio berpapasan dengan para tetangga.

Ia bertemu dengan seorang ibu yang seusia Bu Alina, tengah menggendong bayi kecil yang merupakan cucunya. "Permisi Bu," Vio menunduk dan tersenyum sopan kepada Bu Sinta saat hendak melewatinya, begitu pula sebaliknya.

"Mau kemana, Vio?" tanya Bu Sinta sambil menimang bayi yang menangis di pangkuannya itu.

"Cup, cup, cup, cucu Nenek yang cantik," kata Bu Sinta mencoba menenangkan bayi tersebut.

"Mau ke acara teman-teman, Bu," jawab Vio, menghentikan langkah sejenak untuk menghargai Bu Sinta yang ingin berbicara sejenak.

"Vio, kapan kamu sebar undangan?" tanya Bu Sinta yang secara mengejutkan di saat suasana hati Vio tengah rapuh. Gadis berambut pendek itu tersenyum sambil menyelipkan anak rambut ke daun telinganya.

Tiba-tiba, muncul Bu Yuni, seorang tetangga lainnya.

"Eh, Vio jangan kelamaan, nanti keburu tua, takut gak laku!" ujarnya sinis.

Vio tersenyum meski hatinya terluka oleh ucapan beliau.

"Betul kata Bu Yuni. Riana saja yang usianya di bawah kamu sudah kasih saya 2 orang cucu, kamu jangan mau kalah!" kata Bu Sinta, sambil memperlihatkan wajah cucu perempuannya yang tengah digendong.

Vio terkesan pada bayi perempuan itu, tak bisa menahan diri untuk mengusap lembut pipinya.

"Kamu mau juga, kan? Makannya segera cari pasangan," desak Bu Sinta.

Vio mengangguk, "Ya, Bu, doakan saja." Ia berpura-pura melirik jam tangan, mencoba menghindari obrolan lanjutan.

"Maaf ya Bu, saya harus segera berangkat," pamit Vio, diangguki oleh kedua Ibu tersebut.

"Ya sudah, kamu hati-hati," ucap Bu Sinta penuh perhatian.

"Mudah-mudahan ada yang nyantol," seru Bu Yuni dengan kekehan yang memuakan. Vio hanya tersenyum kemudian berlalu dari hadapan keduanya.

Seperginya Vio, Bu Yuni langsung bergosip tentangnya kepada Bu Sinta. "Tuh anak gak normal kayaknya, Bu, masa sampai sekarang belum punya pasangan," ujar Bu Yuni.

Bu Sinta tersenyum, "Jangan begitu, Bu, mungkin belum waktunya, atau belum nemu yang cocok barangkali," ia memberikan pandangan yang lebih menghargai perasaan Vio.

"Kata ibunya sendiri, dia itu terlalu pemilih, pantas saja jomblo terus. Ih, kalau saya sih mending terima saja yang ada dari pada sendiri, jadi bahan omongan," bisik Bu Yuni, dan obrolan pun masih berlanjut.

Bu Sinta mengangguk, "Setiap orang punya takdirnya masing-masing, Bu Yuni. Kita gak bisa menghakimi hidup orang lain berdasarkan pandangan kita sendiri." Bu Yuni hanya menggelengkan kepala dengan nada sinis.

Dengan keterbatasan keuangan, Vio menaiki angkot menuju tempat reuni.

Di perjalanan, ia merenung, seakan perkataan mereka menjadi beban berat. "Kenapa jadi jomblo itu seakan sesuatu yang kejam?" batinnya, tak habis pikir hidup di negri +62 yang memandang sebelah mata status wanita di usia 30+ tanpa pasangan.

Seolah-olah mereka seperti penjahat yang harus tahan menerima gunjingan tanpa memikirkan hati dan perasaan, serta dampak psikologis.

"Ah, sudahlah, ngapain juga aku pikirin," sambungnya.

Tak lama kemudian, sampai di tempat tujuan, Vio turun dari angkot, kehadirannya mendapat lirikan penuh cibiran dari teman-teman.

Mereka yang berada di sekitar langsung menyoroti, memperlihatkan sikap merendahkan, membuat Vio merasa semakin terpojok di antara sorotan sinis rekan-rekannya semasa SMA.

"Hei, Vio, sudah menikah belum?" tanya Indira tanpa pertimbangan, membuat wajah Vio memerah, dan ia langsung tertunduk lesu.

"Hahaha, loh, kok gak jawab?" sambung Kimi.

Sementara Rendy mencibir dengan kekehan sinis, "Hu! Sudah tua, gak laku-laku!"

Vio mencoba tahan, "Maaf, bisakah kalian menanyakan hal lain?" Ia mendaratkan bokongnya di atas kursi, melihat penampilan teman-temannya yang sangat wah dan glamor.

Beberapa dari mereka hadir dengan pasangan dan anak-anak mereka masing-masing.

"Eh, Diana, kamu hebat banget punya suami seorang pengusaha," ucap Tia membanggakan teman dekatnya sejak SMA.

Mereka selalu menjalin komunikasi dengan baik. "Kamu juga tak kalah hebat, suamimu kan seorang pejabat," balas Diana.

Rendy menggenggam tangan istrinya yang cantik, sementara Wini berkomentar, "Wah, ini kan Giselle, selebriti terkenal itu kan?" Hal ini membuat Rendy tersenyum bangga.

"Yeh, kamu kemana aja baru tahu istriku," sahut Rendy sambil melingkarkan lengannya di pinggang ramping Giselle.

Mereka tampak asyik bercengkrama satu sama lain, namun Vio seakan terasing. Tidak ada sesuatu yang bisa ia banggakan di hadapan teman-teman lamanya, membuatnya merasa semakin terpojok di antara sorotan sinis mereka.

Tetapi entah mengapa, di balik keceriaan mereka, Vio merasakan seakan di perlihatkan behind the scene tentang kehidupan mereka yang jauh dari kata bahagia.

Ia melihat sekujur tubuh Diana dipenuhi luka-luka seperti bekas pukulan, dan erangan mengeringkan.

Begitu juga dengan Tia, ia melihat jarum-jarum emas muncul di wajahnya, menandakan Tia memakai cara magis untuk menunjang penampilannya.

Vio melihat adegan persetubuhan antara Giselle dan beberapa pria tanpa diketahui oleh Rendy.

Seketika, tubuh Vio melemah, merasa ngeri dengan semua itu. Ia tertunduk, memejamkan kedua mata dan menutup telinganya, membuat orang-orang menatapnya dengan aneh.

"Hei, kenapa kamu?" tanya Wini heran.

Vio ternganga dan menggeleng. "Eh, enggak apa-apa, kok Win!"

"Dasar si jomblo akut, ada-ada saja kelakuannya!" cibir Tedi, pria betubuh gempal yang selalu memamerkan kekayaannya.

"Hore, pesanan kita sudah tiba!" seru Daniel ketika beberapa pramusaji mengantarkan hidangan makanan dan minuman ke meja mereka.

Namun, tidak dengan Vio. Sejak pulang dari dunia Elyrian, ia kehilangan minat untuk makan atau minum.

"Kok gak pesan makanan?" tanya Tia dengan tatapan mencibir, sementara yang lainnya sibuk dengan gadget masing-masing sambil mengabadikan moment bersama ke sosial media.

Vio menggeleng saat menanggapi pertanyaan kawannya tersebut.

"Ehm... Sedang tidak ingin," jawabnya.

"Halah, bilang aja low budget, pakai alasan segala, lagi!" sambar Diana dengan cemoohan.

Vio hanya terdiam, merenung dalam keheningan yang memilukan di tengah riuhnya reuni.

"Makannya jangan betah menjomblo!" sambung Vivian, dan Sandy tertawa sinis dengan nada merendahkan.

"Aku punya pembokat yang masih jomblo, kali aja kamu minat sama dia?" tawar Tedi kepada Vio seperti kalimat ejekan yang mengalun di telinganya.

Vio menatap tegas wajah Tedi, barulah ia tahu, ternyata Tedi berprofesi sebagai seorang rentenir dan penipu, korbannya ada dimana-mana, tetapi ia seakan bangga dengan hal itu.

Mereka terus melempar kalimat caci maki terhadap Vio. Alih-alih ingin melepas kerinduan, Vio dihadapkan pada momen yang tidak menyenangkan dan menguras emosi. Tetapi, ia tetap sabar, duduk manis sampai acara itu selesai.

Ia berpikir, kehidupan mereka tidak semulus yang terlihat di permukaan.

...

Bersambung...

Episodes
1 Terdampar di alam lain.
2 Dunia Elyrian
3 Tidak Percaya Tuhan
4 Pulanglah ke Duniamu
5 Sosok tak kasat mata
6 Kenapa Jomblo itu salah?
7 Sekte
8 LUCIFER
9 Iblis Tampan
10 Menikahi Raja Iblis?
11 Bertemu mantan durjana
12 Pengantin Lucifer
13 Malam pertama
14 Ritual Pemujaan
15 Jembatan anyaman tubuh manusia
16 Ratu Penguasa Samudra
17 Tumbal Pabrik
18 Rencana Jordan
19 Memasuki alam manusia
20 Para penghuni hotel
21 Incaran siluman Harimau
22 Tanduk Iblis
23 Penghuni Gudang Pabrik
24 Kerasukan
25 Sakit Hati
26 Susuk pengasihan
27 Jebakan Sintia
28 Godaan Sintia
29 Perselingkuhan
30 Amukan Raja Iblis
31 Hubungan gelap
32 Bucin?
33 Mayat hidup
34 Alien
35 Firasat
36 Kematian
37 Malam mencekam
38 Derita seorang pelakor
39 Obsesi
40 Wanita idaman lain
41 Siapa yang datang semalam?
42 Permainan kotor
43 Sift malam
44 Gangguan gaib
45 Melabrak
46 Tempramental
47 Tertangkap basah
48 Wajah mengerikan
49 Namanya SriKunti
50 Karma
51 Arwah
52 Kuntilanak
53 Setan
54 Terusir
55 ODGJ
56 OKB
57 Panas
58 Tumbal berikutnya
59 Meminjam uang
60 Amukan sosok misterius
61 Gentayangan
62 Obrolan Pagi
63 Wajah rusak
64 Kematian sang dukun
65 Bertemu sahabat lama
66 Pembvnuhan
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 Bau bangkai
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Terdampar di alam lain.
2
Dunia Elyrian
3
Tidak Percaya Tuhan
4
Pulanglah ke Duniamu
5
Sosok tak kasat mata
6
Kenapa Jomblo itu salah?
7
Sekte
8
LUCIFER
9
Iblis Tampan
10
Menikahi Raja Iblis?
11
Bertemu mantan durjana
12
Pengantin Lucifer
13
Malam pertama
14
Ritual Pemujaan
15
Jembatan anyaman tubuh manusia
16
Ratu Penguasa Samudra
17
Tumbal Pabrik
18
Rencana Jordan
19
Memasuki alam manusia
20
Para penghuni hotel
21
Incaran siluman Harimau
22
Tanduk Iblis
23
Penghuni Gudang Pabrik
24
Kerasukan
25
Sakit Hati
26
Susuk pengasihan
27
Jebakan Sintia
28
Godaan Sintia
29
Perselingkuhan
30
Amukan Raja Iblis
31
Hubungan gelap
32
Bucin?
33
Mayat hidup
34
Alien
35
Firasat
36
Kematian
37
Malam mencekam
38
Derita seorang pelakor
39
Obsesi
40
Wanita idaman lain
41
Siapa yang datang semalam?
42
Permainan kotor
43
Sift malam
44
Gangguan gaib
45
Melabrak
46
Tempramental
47
Tertangkap basah
48
Wajah mengerikan
49
Namanya SriKunti
50
Karma
51
Arwah
52
Kuntilanak
53
Setan
54
Terusir
55
ODGJ
56
OKB
57
Panas
58
Tumbal berikutnya
59
Meminjam uang
60
Amukan sosok misterius
61
Gentayangan
62
Obrolan Pagi
63
Wajah rusak
64
Kematian sang dukun
65
Bertemu sahabat lama
66
Pembvnuhan
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
Bau bangkai
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!