Ayusa melangkah dengan mantap, langkahnya seolah menyiratkan kepercayaan diri yang mendalam. Di koridor yang penuh kelokan, sinar dari ujung jari Ayusa mengubah suasana menjadi layaknya dunia futuristik. Layar 4 Dimensi berkedip-kedip, menciptakan atmosfer yang tidak terduga.
Vio, dengan pandangan heran, mengamati jari Ayusa yang seakan menjadi sumber keajaiban.
"Apa yang terdapat dalam jemarimu itu, Ayusa?" tanya Vio, mencoba memahami fenomena yang terjadi.
"Dalam aliran darah penduduk Elyrian, sudah terdapat chips. Kami bisa mengakses komponen secara nyata di mana saja kami berada," papar Ayusa dengan bangga. Cahaya monitor tembus pandang dari jari Ayusa membuat Vio terpesona, menciptakan kebingungan dan kekaguman dalam dirinya.
Tak disadari oleh Vio, Ayusa bukan hanya seorang mahkluk Elyrian biasa. Di balik penampilan anonim nya, Ayusa adalah seorang CEO perusahaan aplikasi terkenal dengan nama samaran Mr. A. Aplikasi buatnya menjadi sebuah revolusi di dunia manusia, berkembang pesat dan diakui oleh seluruh warga dunia.
Orang-orang terus berspekulasi tentang identitas Mr. A, mencoba mencocokkan namanya dengan tokoh publik, tetapi semua itu hanya berupa hoaks. Ayusa tetap merahasiakan jati dirinya, ingin menunjukkan keunggulan bangsa Elyrian tanpa mencari pujian.
Perjalanan Ayusa dan Vio terhenti di depan kolam air alami yang begitu jernih, menciptakan pantulan cahaya yang memikat. Tanpa ragu, Ayusa membuka jubah hitamnya, hanya menyisakan celana bagian dalam. Otot-otot kekar di perut dan lengannya menonjol, memukau Vio yang terpesona.
"Aku belum pernah melihat pria sesempurna Ayusa," gumam Vio, Ayusa tersenyum miring, merasakan getaran hati Vio yang penuh kekaguman. Baginya, Elyrian melebihi segalanya dibanding pria manusia.
Ayusa melengkungkan kedua tangan berototnya, membuat Vio terpaku. "Kenapa kau memandangiku seperti itu?" tanya Ayusa, suara baritonnya menyadarkan Vio.
"Eh, tidak," jawab Vio, tersenyum kikuk.
"Dasar mahkluk aneh!" cibir Ayusa, tetap gagah berdiri dengan otot-ototnya yang terpampang nyata.
Vio tak bisa menahan decak kagum. "Bukankah di dunia kalian juga ada pria?" tanya Ayusa.
"Tapi, kamu berbeda," kata Vio, jantungnya berdebar kencang tak beraturan.
"Memangnya apa yang membedakan?" tanya Ayusa seakan belum mendapat jawaban yang memuaskan.
"Tidak ada yang sehebat dirimu, kamu seperti dewa dari surga," puji Vio, Ayusa terkekeh geli.
"Apakah itu hanya sebuah lelucon?" Ayusa mendekat, menunduk untuk memperhatikan wajah Vio, membuatnya merasa melayang di langit ketujuh.
"Aku serius," kata Vio. Ayusa menegakkan posisi dan menghela napas. Bahkan ia tak habis pikir, tertawa karena kebahagiaan, sesuatu yang jarang dirasakan sebelumnya oleh Ayusa sebagai bangsa Elyrian yang terkenal dengan sikap angkuhnya.
"Hilang sudah harga diriku berhadapan dengan mahkluk seperti dia!"
Dengan bibir yang mengatup rapat, Ayusa membatin, memutuskan untuk melupakan segalanya dan terjun ke dalam kolam. Gerakannya teratur, menikmati setiap deburan air yang menutupinya, sementara sinar bintang memancar, menerangi tubuhnya tanpa cela.
Vio penasaran dengan sensasi air di dunia lain.
Ia berjongkok di tepi kolam, jemarinya menyentuh lembut air yang sejuk.
"Ini benar-benar berbeda," gumamnya, merasakan keunikan air tersebut.
Ayusa tiba-tiba muncul, menggenggam tangan Vio di dalam air.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ayusa sambil mengusap wajah basahnya, semakin menambah pesonanya.
Vio terpesona, mencoba membela diri. "Aku hanya menyentuh air ini, apakah salah?" Ayusa hanya melempar seringai tipis.
"Pulanglah, portal dimensi telah dibuka! Cepat sebelum terlambat!" perintahnya, tetapi Vio masih bingung.
"Apa maksudmu?" tanya Vio heran.
"Bukankah kamu sudah terjebak di sini, dan kamu ingin pulang ke dunia asalmu, bukan?" tawar Ayusa, Vio terdiam, merasakan dilema yang membelenggunya.
"Jika aku kembali, aku harus memenuhi kewajibanku sebagai manusia. Tetapi jika aku tetap di sini, aku merasa asing," gumam Vio, Ayusa seakan membaca perasaannya.
"Vio, tak usah khawatir. Jika kamu butuh bantuanku, panggil namaku 3 kali di tempat sepi, dan aku akan muncul di hadapanmu," kata Ayusa memberikan sedikit lega pada Vio.
"Benarkah itu?" tanya Vio ragu.
Ayusa mengangguk mantap.
"Ya, setelah aku menganalisis, ternyata kamu memiliki beban hidup yang berat, dan aku akan membantu mengatasi kesulitanmu," tegas Ayusa, memberikan janji yang tak terduga bagi Vio.
Wajah Vio penuh kebingungan saat menghadapi kenyataan bahwa ia harus pulang. Ayusa dengan tenang menunjuk ke sudut belakang, di mana sepeda kesayangan Vio berada. Reflek, Vio menoleh dan mengangguk mengerti.
"Iya, itu sepedaku. Kenapa bisa ada di sini? Siapa yang membawakannya?" tanya Vio, namun Ayusa hanya diam, tak memberikan jawaban.
"Kayuhlah kendaraanmu, tetap fokus ke depan, jangan melihat ke belakang," petunjuk Ayusa memandu Vio menuju pulang ke dunia asalnya tanpa kendala.
"Kenapa tidak boleh menoleh ke belakang?" tanya Vio penasaran, membuat Ayusa berdecak kesal. "Kalau kamu melanggarnya, kamu akan terjebak di dunia lain yang sangat mengerikan!" peringat Ayusa dengan tegas, berharap Vio memahaminya.
"Oh, begitu. Itu benar-benar menyeramkan," ujar Vio membayangkan bahaya yang mungkin dihadapinya di dunia lain yang gelap.
"Cepat, lakukanlah!" desak Ayusa, Vio mengangguk. Dengan langkah hati-hati, gadis itu berbalik, berjalan mendekati sepedanya.
"Ayusa, aku pergi ya," pamitnya. Ayusa yang masih berendam di dalam kolam mengangguk setuju, memberi restu pada langkah Vio yang membawa sepedanya menuju pulang.
Tubuh Vio berada di atas sepeda, kakinya mengayuh dengan fokus yang mendalam, terus melaju dengan cepat.
Namun, suatu saat, hawa aneh menyelimutinya, seperti saat pertama kali memasuki dunia Elyrian. Pandangan matanya kabur, seolah ada embun mengelilinginya di waktu yang tidak lazim.
Atmosfer berubah seketika, Vio kini berada di area perkebunan dengan langit yang gelap, mencerminkan suasana setelah hujan.
Aroma tanah basah menusuk hidungnya, membawa kembali ke kesan dunia manusia yang sesungguhnya.
Vio telah kembali ke dunianya dengan selamat, namun ingatannya masih jelas terhadap interaksinya dengan pria Elyrian yang begitu luar biasa.
"Apakah aku bermimpi?" batin Vio, mengayuh sepeda sambil merenungkan sosok Ayusa yang begitu sempurna.
"Aku rasa ini bukanlah mimpi," tambahnya, tenggelam dalam pikiran yang tak fokus.
Tanpa menyadari, Vio berada di tengah jalan. Tanpa peringatan, sebuah truk besar mendekat dengan kecepatan tak terduga. Kedua mata Vio membelalak, tubuhnya seolah terkunci, kesulitan untuk menghindar dari ancaman yang mendekat dengan cepat.
Teriakan Vio menggema di udara saat truk besar bermuatan pasir menghantam tubuhnya, memisahkannya dari sepedanya. Tubuhnya melayang seperti ringan di udara, mendarat beberapa kilometer dari tempat kejadian.
Namun, yang luar biasa, Vio tidak mengalami cedera atau rasa sakit yang signifikan. Hanya ada perasaan kaget yang mengguncangnya. Saat Vio melihat sekelilingnya, ia menyadari keajaiban kelangsungan hidupnya.
Pengendara truk, penuh penyesalan, segera mengerem untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, mencari keberadaan korban. Orang-orang berhamburan mendekat, penuh kekhawatiran, menyapanya dengan tatapan heran.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang pria paruh baya dengan ekspresi khawatir. Begitu juga yang lainnya, mereka tak menemukan luka pada tubuh Vio.
Pengendara truk mendekat dengan ekspresi sesal, memastikan Vio selamat. "Maafkan saya, saya benar-benar minta maaf," ucapnya dengan penuh penyesalan kepada Vio.
Vio, meskipun masih terkejut, memberikan senyuman kecil sebagai jawaban. "Saya baik-baik saja, tidak terluka," ucapnya dengan tenang, meski dalam hatinya masih terbayang pengalaman di dunia Elyrian.
Beberapa orang di sekitar membantu Vio untuk bangkit. Pria paruh baya itu terus memeriksa keadaannya dengan khawatir. "Beruntung sekali kamu tidak terluka, sungguh kejadian yang luar biasa," ujar pria tersebut tanpa mengurangi tanggung jawabnya.
Warga sekitar menemukan sepeda Vio tersangkut di dahan pohon, membuat mereka berusaha keras untuk menurunkannya. Langit yang gelap setelah hujan memberikan latar belakang dramatis saat mereka berusaha membebaskan sepeda itu dari cengkraman cabang yang tajam.
Dalam kerumunan orang yang berkumpul, ada bisikan-bisikan heran dan pertanyaan yang mengalir. Beberapa warga menganggap insiden ini sebagai mukjizat Tuhan, sebuah kejadian luar biasa yang mengubah tragedi menjadi keajaiban.
"Mungkin Tuhan melindunginya," bisik seorang nenek berkerudung merah, matanya terpancar kekaguman.
Sambil berusaha meraih sepeda yang terjebak, mereka terus bertanya-tanya tentang nasib Vio yang sepertinya telah dijaga oleh kekuatan yang tak terlihat.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments