Dunia Elyrian

Ilustrasi Dunia Futuristik.

Vio yang masih diliputi rasa heran, ketika berhadapan dengan sosok Ayusa, seolah semua keanehan yang ia rasakan buyar, terpesona pada pandangan pertama.

Kedua matanya menatap kagum pada kesempurnaan yang dimiliki oleh Ayusa, dan mencoba menepis fenomena langka yang terjadi padanya.

"Hei, kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Ayusa dengan wajah angkuhnya yang khas, membuat dirinya terkesan cool dan berwibawa.

"Ehe... Maaf, kalau boleh aku tanya, ini tempat apa, ya?" tanya Vio berupaya berbasa-basi sekaligus mencari tahu, dan berharap ia akan menemukan jawabannya dari Ayusa.

"Kamu sedang berada di dunia kami, dan kami adalah bangsa Elyrian," ujarnya, Vio langsung mengerutkan kening atas ketidak pahaman dengan apa yang di tuturkan oleh Ayusa.

"Apa kamu bilang? Bangsa Elyrian? Maksudmu?" tanya Vio, seketika Ayusa menatap penampilan Vio dari atas sampai bawah.

"Dasar manusia kuno!" cibirnya, membuat Vio langsung membelalakan kedua matanya kesal.

"Hei, apa maksudmu mengataiku manusia kuno? Kamu sendiri aneh, pakaianmu serba hitam, terlihat seperti malaikat pencabut nyawa yang sering aku tonton dalam sebuah drama!" cibir Vio, kedua mata Ayusa langsung memicing tajam mendapat kalimat ledekan darinya.

"Memangnya masalah dengan pakaianku, hah? Asal kamu tahu, peradaban kami jauh lebih maju dari kalian! Kami tidak pernah membuang kotoran seperti kalian!" Ayusa tersenyum miring.

Vio terdiam sejenak, mencoba menyusun kata-kata yang tepat untuk merespons angkuhnya Ayusa.

Udara seolah membeku di antara mereka, dan Vio merasakan kehadiran Ayusa begitu intens.

"Peradaban yang lebih maju, huh?" Vio tersenyum sinis, mencoba menyembunyikan keheranannya.

"Tapi apakah kecanggihan teknologi kalian bisa menyembuhkan sikap arogan dan sombongmu?"

Ayusa menatapnya dengan sorot mata tajam, senyumnya semakin menyeringai. "Kamu memang aneh, manusia. Kalian tidak mengerti betapa rendahnya peradaban kalian dibandingkan dengan Elyrian."

Vio mengangkat sebelah alisnya, tidak terpengaruh.

"Mungkin di mata kalian, tapi bagiku, sikapmu yang sombong membuatmu terlihat seperti alien yang merasa paling pintar di antara makhluk luar angkasa."

Ayusa tertawa sebentar, lalu melangkah mendekati Vio.

"Manusia zaman kuno, kalian bahkan belum menyentuh ujung kecanggihan teknologi. Bagi kami, kalian hanya seperti fosil hidup."

Vio mengepalkan tangannya, tetapi mencoba menahan diri.

"Tapi meskipun kami 'manusia kuno', setidaknya kami punya kelebihan: kemampuan untuk menghargai dan belajar dari masa lalu."

Ayusa tersenyum mengejek, "Kemampuan yang tak berarti. Kamu mungkin bisa menulis sepanjang hari, tapi di sini, tulisanmu tidak lebih dari goresan di permukaan waktu."

Vio merasa darahnya mendidih, tapi ia tetap tenang.

"Entah apa yang kalian anggap bernilai, tapi bagi aku, keindahan dunia bukan hanya tentang teknologi canggih. Ada kekayaan di setiap detail kehidupan yang kalian lewatkan."

Ayusa menyipitkan mata, mencoba memahami logika Vio.

"Kalian manusia, selalu saja dengan retorika kalian yang penuh emosi."

"Hei, mungkin kalian butuh sedikit emosi untuk menyadari bahwa kecanggihan tanpa makna adalah kekosongan," ujar Vio dengan tegas, menunjukkan bahwa meskipun terpesona, dia tidak akan membiarkan dirinya diremehkan begitu saja.

Tiba-tiba, beberapa figur berpakaian serba hitam, mirip dengan Ayusa, mendekat dengan sikap angkuh yang sama. Langkah mereka seragam, seakan sebuah barisan pasukan yang tunduk pada perintah sang pemimpin.

"Ada apa, Tuan?" ujar salah satu dari mereka dengan ekspresi serius, membungkukkan tubuh sebagai tanda penghormatan kepada Ayusa. Namun, mata mereka terus mengawasi Vio dengan tatapan tajam yang penuh penilaian.

"Dia berasal dari bangsa manusia. Mengapa bisa berada di sini?" Rion, salah satu pengawal setia Ayusa, bertanya dengan nada tajam. Sorot matanya menusuk ke arah Vio, seolah menghujat keberadaannya.

"Hei, kamu pikir aku sengaja datang kemari!" seru Vio, matanya memancarkan kekesalan atas perlakuan yang ia terima.

"Kamu, manusia, menyingkir lah dari tempat kami! Kalian itu kotor, selalu berbuat ulah, dan bodoh!" Rion melontarkan kata-kata merendahkan, seolah menegaskan pandangan negatifnya terhadap manusia. Tatapan tajam dan sikap angkuh mengiringi perkataannya.

"Apa yang kamu katakan?" desis Vio, amarahnya mulai memuncak.

"Dasar makhluk tak berperasaan! Kalian seperti robot yang dirancang begitu detail dan sempurna, tubuh menawan dan wajah tampan, tetapi kalian tak memiliki ekspresi ramah!"

Rion tersenyum sinis, tidak tergoyahkan oleh kata-kata Vio. Seakan menjaga image tak tertandingi dari keangkuhan mereka.

Konfrontasi antara manusia dan Elyrian semakin memanas, menciptakan ketegangan yang bisa meledak kapan saja.

Vio, seorang diri, berhadapan dengan formasi keangkuhan berlima yang terbentuk di sekelilingnya. Mereka, dengan sikap angkuh dan sikap yang terkoordinasi, menciptakan tekanan tak terelakkan di sekitar Vio. Ayusa berdiri di tengah formasi, seakan menjadi titik pusat dari kekuatan mereka.

"Kalian benar-benar membuatku muak!" seru Vio dengan nada tinggi, geram dan keberanian bergelombang di dalam suaranya.

Ia maju beberapa langkah, menunjukkan ketidaksenangannya, sebelum akhirnya mengambil risiko dengan mencengkram erat kerah pakaian Ayusa. Pakaian itu, meskipun futuristik, memiliki aksen dan sentuhan yang memukau.

"Apa yang akan kamu lakukan?" bentak Ayusa, melepaskan diri dengan kasar, menghempaskan lengan Vio dengan gesit. Gadis itu terhempas ke belakang, tubuhnya bersentuhan dengan tembok jalanan yang begitu keras.

"Aduh," pekik Vio, menggambarkan rasa ngilu di bokongnya akibat bersentuhan dengan tembok yang keras. Namun, ekspresinya penuh dengan kegigihan dan keteguhan.

"Jangan macam-macam kepada Tuan kami!" Rion menunjukkan sikap mengancamnya dengan tatapan tajam, setiap gerakan dan ekspresi wajahnya hanya mencirikan keangkuhan dan kepatuhan tanpa ada sedikit pun senyuman.

Suasana semakin tegang, menciptakan ketidaksetujuan yang mendalam antara Vio dan pengawal Ayusa.

Rion membuka setengah jubahnya, memperlihatkan sebatang tongkat trisula yang ujungnya sangat tajam.

Dengan gerakan ahli, ia berupaya menikam Vio, menciptakan ancaman nyata yang terasa di udara.

"Rasakan ini! Hia...." seru Rion sambil mengangkat tinggi tongkatnya, siap menusuk ke arah Vio.

Gadis itu, terkejut bukan kepalang, berteriak dengan insting yang membuatnya menutup pandangan untuk melindungi diri.

"Aa...."

Namun, beberapa detik berlalu, Vio merasa seperti tidak merasakan apa pun atas tindakan Rion.

Ia berani membuka kedua matanya kembali dan terkejut melihat Ayusa membentangkan lengannya dengan sigap, berdiri di antara mereka, memberikan perlindungan terhadap serangan yang ditujukan pada Vio.

"Hentikan! Jangan sakiti dia!" bentak Ayusa, suaranya mengandung otoritas yang membuat Rion terdiam sejenak, meskipun masih mendengus dengan ekspresi keberatan.

"Tapi, dia sudah berani datang kemari dan menantang kita, Tuan!" protes Rion, mencoba mempertahankan tindakannya. Namun, Ayusa mencoba memahami situasi dengan lebih bijak.

"Sepertinya dia datang kemari tanpa unsur kesengajaan!" papar Ayusa dengan nada yang lebih tenang, mencoba membujuk Rion untuk melihat perspektif yang lebih luas.

Vio bangkit dari posisinya, kebingungan terpampang jelas di wajahnya. Ia merasa seperti terperangkap di dunia yang tak dikenal, di antara makhluk-makhluk Elyrian yang begitu tampan dan asing baginya.

"Tolong, siapapun di antara kalian, tolong antarkan aku keluar dari sini!" rintih Vio, suaranya penuh dengan permohonan, menyiratkan keinginan kuat untuk kembali ke kehidupan yang dikenalinya.

Mereka, para Elyrian, masih diam, mengawasi Vio tanpa ekspresi. Tatapan mereka seperti menilai air mata yang keluar dari mata Vio sebagai pemandangan yang tak lazim dan sulit dimengerti.

"Kenapa dari matanya bisa keluar air?" tanya Kaino kepada rekan-rekannya, terutama kepada Ayusa, mencari pemahaman akan fenomena yang terjadi pada manusia di depan mereka.

"Entahlah!" jawab salah satu rekan Ayusa sambil menaik-turunkan pundaknya dengan acuh tak acuh.

Ekspresi mereka tetap datar, karena bangsa Elyrian hanya memiliki satu ekspresi di wajahnya.

Mereka tak bisa tertawa, merasakan kesedihan dan bahagia, seolah-olah sifat angkuh dan arogan adalah satu-satunya emosi yang mereka miliki, membuat dunia mereka begitu kaku dan dingin.

Pengawal Ayusa meninggalkan tempat itu dengan langkah mantap, merasa bahwa berurusan dengan Vio hanya membuang-buang waktu percuma. Mereka lebih memilih kembali bekerja pada tugas mereka masing-masing, merancang inovasi canggih yang tak terjangkau oleh manusia.

Kini, hanya tersisa Ayusa dan Vio dalam keheningan yang menegangkan, dihiasi oleh nuansa dingin dan kaku dari dunia Elyrian.

Ayusa perlahan hendak meninggalkan tempat itu, tetapi teriakan penuh permohonan dari Vio membuatnya ragu. Gadis itu berteriak, "tunggu!"

Ayusa, meski dengan enggan, berupaya berbalik dan menatap Vio.

"Sudahlah, aku sibuk!" ucap Ayusa, mencoba untuk tidak memedulikan Vio. Namun, Vio tak menghiraukannya, berlari mendekati Ayusa, dan dengan penuh keberanian, memeluk tubuh pria Elyrian tersebut dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan?" bentak Ayusa, berupaya menghempaskan dekapan Vio.

Namun, gadis itu seakan terhanyut dalam pesona kegagahan pria Elyrian yang tak biasa baginya.

"Ya Tuhan, dia begitu sempurna," bisik hati Vio, tanpa menyadari bahwa Ayusa seakan mampu membaca pikirannya.

"Ya, aku memang sempurna, bahkan lebih sempurna dari kalian, manusia!" ucap Ayusa lirih dengan seringai kecil, menyampaikan rasa superioritasnya.

Vio langsung melepas dekapannya, terkejut saat menyadari bahwa Ayusa mampu mendengar ucapan batinnya.

"Dasar makhluk sombong!" cibir Vio sambil memutar kedua matanya dengan ekspresi jengah yang nyata.

"Aku tidak sombong, tapi kamu yang mengakui kalau aku ini tampan dan sempurna, bukan?" Ayusa membungkuk untuk memperhatikan wajah Vio yang tengah cemberut, seolah mengejek ekspresi gadis itu dengan santai.

"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak kuat!" Vio tak sanggup menahan pesona ketampanan yang terpancar dari Ayusa, membuat jantungnya berdebar tidak menentu.

"Apakah ini surga untukku?" batin Vio, merasa seperti terjebak di dunia pria-pria tampan yang begitu mempesona. Wajahnya tak bisa menyembunyikan kekaguman luar biasa yang tak terelakkan.

Episodes
1 Terdampar di alam lain.
2 Dunia Elyrian
3 Tidak Percaya Tuhan
4 Pulanglah ke Duniamu
5 Sosok tak kasat mata
6 Kenapa Jomblo itu salah?
7 Sekte
8 LUCIFER
9 Iblis Tampan
10 Menikahi Raja Iblis?
11 Bertemu mantan durjana
12 Pengantin Lucifer
13 Malam pertama
14 Ritual Pemujaan
15 Jembatan anyaman tubuh manusia
16 Ratu Penguasa Samudra
17 Tumbal Pabrik
18 Rencana Jordan
19 Memasuki alam manusia
20 Para penghuni hotel
21 Incaran siluman Harimau
22 Tanduk Iblis
23 Penghuni Gudang Pabrik
24 Kerasukan
25 Sakit Hati
26 Susuk pengasihan
27 Jebakan Sintia
28 Godaan Sintia
29 Perselingkuhan
30 Amukan Raja Iblis
31 Hubungan gelap
32 Bucin?
33 Mayat hidup
34 Alien
35 Firasat
36 Kematian
37 Malam mencekam
38 Derita seorang pelakor
39 Obsesi
40 Wanita idaman lain
41 Siapa yang datang semalam?
42 Permainan kotor
43 Sift malam
44 Gangguan gaib
45 Melabrak
46 Tempramental
47 Tertangkap basah
48 Wajah mengerikan
49 Namanya SriKunti
50 Karma
51 Arwah
52 Kuntilanak
53 Setan
54 Terusir
55 ODGJ
56 OKB
57 Panas
58 Tumbal berikutnya
59 Meminjam uang
60 Amukan sosok misterius
61 Gentayangan
62 Obrolan Pagi
63 Wajah rusak
64 Kematian sang dukun
65 Bertemu sahabat lama
66 Pembvnuhan
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 Bau bangkai
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Terdampar di alam lain.
2
Dunia Elyrian
3
Tidak Percaya Tuhan
4
Pulanglah ke Duniamu
5
Sosok tak kasat mata
6
Kenapa Jomblo itu salah?
7
Sekte
8
LUCIFER
9
Iblis Tampan
10
Menikahi Raja Iblis?
11
Bertemu mantan durjana
12
Pengantin Lucifer
13
Malam pertama
14
Ritual Pemujaan
15
Jembatan anyaman tubuh manusia
16
Ratu Penguasa Samudra
17
Tumbal Pabrik
18
Rencana Jordan
19
Memasuki alam manusia
20
Para penghuni hotel
21
Incaran siluman Harimau
22
Tanduk Iblis
23
Penghuni Gudang Pabrik
24
Kerasukan
25
Sakit Hati
26
Susuk pengasihan
27
Jebakan Sintia
28
Godaan Sintia
29
Perselingkuhan
30
Amukan Raja Iblis
31
Hubungan gelap
32
Bucin?
33
Mayat hidup
34
Alien
35
Firasat
36
Kematian
37
Malam mencekam
38
Derita seorang pelakor
39
Obsesi
40
Wanita idaman lain
41
Siapa yang datang semalam?
42
Permainan kotor
43
Sift malam
44
Gangguan gaib
45
Melabrak
46
Tempramental
47
Tertangkap basah
48
Wajah mengerikan
49
Namanya SriKunti
50
Karma
51
Arwah
52
Kuntilanak
53
Setan
54
Terusir
55
ODGJ
56
OKB
57
Panas
58
Tumbal berikutnya
59
Meminjam uang
60
Amukan sosok misterius
61
Gentayangan
62
Obrolan Pagi
63
Wajah rusak
64
Kematian sang dukun
65
Bertemu sahabat lama
66
Pembvnuhan
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
Bau bangkai
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!