bab 4
.
.
Selesai mandi, Aqil buru-buru keluar dari kamar. Arumi yang melihat itu segera menegur suaminya.
"Mas.. mau kemana?? " tegur Arumi.
"Em..itu..eee.. aku teringat Dista tadi dia bilang akan mengirim file yang harus aku periksa. tadi kan aku tidak kekantor.."Bohong Aqil.
"Dista tadi lembur dikantor ya Mas?? "Tanya Arumi.
"Eee...iya.."Balas Aqil ragu-ragu.
"pantas saja tadi aku kerumahnya dia belum pulang.."Lanjut Arumi.
"Begitu ya.. ya sudah, Aku keruangan kerja dulu ya.. tidurlah dulu jangan menungguku.."Pamit Aqil yang segera berlalu dari hadapan Arumi. Arumi hanya mengangguk pelan.
.
.
Aqil meraih ponselnya dan segera menghubungi dista. entah mengapa ia merasa tidak tenang setelah teringat apa yang mereka lakukan kemarin.
dirumah Dista, ia sedikit terkejut sekali saat melihat siapa yang menghubunginya malam-malam. "Halo..ada apa Mas?? "Suara Dista terdengar lemah sekali.
"Apa.kau sudah tidur?? " Tanya Aqil dengan cepat.
"Belum.. Mas.sendiri kenapa menghubungiku?? Apa ada pekerjaan yang harus aku selesaikan?? "Dista berusaha profesional.
"Tidak...itu, em..aku hanya kawatir denganmu.. setelah..-"
"Mas aku mohon jangan dibahas lagi, Anggap saja itu mimpi buruk kita berdua. aku sedang berusaha melupakan itu, agar aku bisa tenang saat bertemu Arumi.."Dista segera menyela perkataan Aqil.
"Tapi aku tidak mau dikatakan pria tidak bertanggung jawab Dista.. aku sudah merampas keperawananmu malam itu.."Balas Aqil dengan serius.
Dista terdiam sekejab, air matanya pun meleleh saat teringat jika memang dirinya sudah ternoda. namun apalah daya Dista, Pria yang tidur dengannya sudah beristri dan istrinya adalah sahabat karib Dista sendiri.
"Dista..-"
"Lalu mas mau apa?? menikahiku?? bagaimana dengan Arumi?? Mas lupa kami ini berteman?? Mas mau menghianati Arumi?? " Cercah Dista.
Aqil mengusap kasar wajahnya. ini benar-benar membingungkan.
"Sudahlah Mas.. aku tidak apa dengan semua ini. Aku tidak mau sampai menyakiti sahabatku sendiri. Sesuai perkataanku tadi, jangan bahas masalah kemarin. lupakan dan kubur sedalam mungkin." setelah berkata demikian, Dista langsung mematikan panggilannya
ia tidak mau sampai Aqil menyadari dirinya tengah menahan sesak akibat menahan tangis.
Seketika Tangis Dista pecah sesaat setelah panggilan ia akhiri. "Ya Tuhan.. kenapa kau uji aku seberat ini???!! Bantu aku kuat Tuhan.. aku mohon.."Rintih Dista dalam tangisannya.
.
.
Dan sesuai keinginan Dista, Aqil pun mulai terbiasa dan tak lagi kefikiran kejadian malam itu. Mereka berdua pun bekerja bersama dengan profesional.
Bahkan dista sendiri sudah tak lagi takut jika bertemu Arumi.
Siang itu tak sengaja saat Dista dan Aqil bertemu klien disebuah restoran, Arumi juga tengah disana bersama Tia.
"Itu kan Dista dan suami kamu Rum?? Kita kesana yuk?? " Ajak Tia.
"Jangan...malu dong, Nanti dikira isti ngintilin suaminya kerja.. tunggu klien suamiku pergi saja.."Cegah Arumi.
"Kau ini istri idaman sekali ya.."Puji Tia dengan memperlihatkan deretan giginya. Arumi pun hanya membalas dengan senyuman saja.
.
.
Arumi dan Tia mendekati Aqil dan Dista setelah terlihat Klien mereka sudah pergi.
"Loh.. mau kemana??" tegur Arumi saat melihat suami dan temannya malah bersiap pergi.
"Sayang.."Aqil terkejut namun ia langsung tersenyum dan menghampiri Arumi tak lupa ia melandaskan ciuman dikening istrinya.
"Mas.. kau ini.. malu lah.."Arumi mendorong tubuh Aqil.
"Biasa saja Arumi.. kita kan teman sudah lama.."Ucap Dista.
"Aku merindukanmu juga.."Dista membuka kedua tangannya dan langsung memeluk Dista.
"Maaf ya, aku sedang banyak kerjaan.."Dista pun membalas pelukan Arumi.
"Apa suamiku membuatmu kesulitan??"Arumi.
"Jangan salahkan suamimu.. ini memang tugasku.."Timpal Dista.
"bagaimana kalau kita ngobrol sambil makan?? sepertinya sudah waktunya makan siang?? " Saran Tia.
"Ide bagus.. ayo..ayo.."Arumi segera duduk dan diikuti Dista serta suaminya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments