Pagi yang cerah, indahnya Cakra wala memberi semangat tersendiri bagi seorang gadis yang melangkah keluar dari rumah kontrakannya.
"Pagi Bu dokter?" sapa riang seorang pemuda tampan yang menunggunya. Gadis itu tersenyum manis pada pemuda yang ada di depannya.
"Pagi juga bang ojol"
Pemuda itu memberikan helm, dengan sigap gadis itu menerima dan langsung memakainya. Snelli tak lupa dia sampirkan ke bahu, lalu bergegas naik ke sepeda.
"Sudah siap Bu dokter" tanya pemuda itu.
"Siap bang" jawab gadis itu.
Sesampai di rumah sakit, gadis itu turun dari motor seraya melepas helm yang dia pakai, pemuda tampan itu melepas helm dan mantelnya, mereka berderap memasuki lobi rumah sakit.
"Kamu nanti pulang jam berapa?" tanya pemuda tampan yang memakai seragam perawat.
"Belum pasti bang, lihat nanti saja" jawab gadis itu.
"Nanti kalau pulang hubungi aku, Okey!" seru pemuda tampan itu.
"Siap" jawab gadis itu mengacungkan jempol. Mereka berpisah arah, gadis itu menuju ruangannya sedangkan pemuda itu menuju ruang pergantian perawat.
Di depan pintu sudah ada perawat yang menungguh.
"Selamat pagi dokter Diandra" sapa perawat.
"Pagi sus," Diandra meletakkan tas ke meja lalu memakai snelli.
"Dok, ini daftar pasien hari ini" kata perawat itu menyodorkan berkas. Dengan sigap Diandra menerima lalu membuka berkas tersebut. Perawat itu masih berdiri di sebelah Diandra.
"Baiklah, kita pergi sekarang" ajak Diandra tak lupa dia mengalungkan stetoskop di lehernya.
Di sebuah hotel berbintang, seorang lelaki berusia 30 tahun duduk bersila menatap file yang di terima dari asistennya.
"Kamu sudah menemukan dia?" tanya lelaki itu pada asistennya.
"Rumahnya yang di desa itu kosong semenjak ibunya meninggal gadis itu pindah ke kota"
"Hanya itu yang kau tahu?" geram lelaki itu pada asistennya.
"Dia sudah bekerja di rumah sakit menjadi seorang dokter" terang asistennya.
"Siapkan mobil, aku akan pergi ke rumah sakit itu" perintah lelaki itu
"Baik tuan" dengan sigap asisten itu segera memenuhi perintah sang tuan.
Sampai di rumah sakit mobil hitam mewah telah terparkir di area depan rumah sakit, rumah sakit di kota itu tak begitu besar seperti di kotanya. Lelaki itu tidak turun dari mobil, dia mengintai di dalam mobil. Tatapan lelaki itu tertuju pada ambulan yang membawa pasien seperti habis kecelakaan. Pasien itu di dorong menuju UGD. Lelaki itu terus mengintai dari dalam mobil, dia melihat seorang dokter mudah berlari dengan seorang perawat memasuki ruang UGD tersebut. Lelaki itu turun dari mobil dia melangkah ke lobi rumah sakit tersebut. Lelaki itu duduk di ruang tungguh di depan UGD. Tak berapa lama pintu ruangan tersebut di buka. Terlihat seorang perawat pria keluar mencari keluarga pasien. Tak ujung lama dokter yang itu keluar. Tatapan mata dokter itu mengarah pada seorang lelaki yang duduk di bangku tunggu.
"Permisi, maaf apa anda wali korban?" tanyanya lembut. Lelaki itu menelisik dokter yang ada di depannya. Gadis yang sederhana, tubuh yang mungil, wajah yang di bilang jelek juga gak, cantik apalagi, wajah pas-pasan, pakaian tertutup, berhijab seorang dokter muda, dan tag namanya, dr. Diandra Marwa Kirana.
"Maaf, apa anda wali dari pasien?" tanyanya lagi. Lelaki itu menggeleng.
"Oh, maaf, saya kira anda walinya" maaf Diandra pada lelaki itu.
"Dok, ini keluarga pasien" perawat datang bersama seorang bapak-bapak.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya bapak itu cemas.
"Anak bapak mengalami patah tulang di kakinya, jadi harus segera di operasi" papar Diandra.
"Anda harus tanda tangan dulu pak" terang perawat.
"Tapi dok saya tidak punya biayanya" terang bapak itu senduh.
"Anda tanda tangani saja pak, setelah ini saya bantu bapak untuk mengurus BPJS. Anak anda sekarang yang lebih penting pak" terang Diandra. Bapak itu mengangguk.
"Baik dok, terima kasih anda bersedia membantu" ucap tulus bapak itu. Selesai menandatangani Diandra membantu bapak itu mengurus BPJS. Lelaki yang tadi masih mengamati Diandra yang mondar mandir mengurus BPJS. Seorang pemuda yang memakai seragam perawat terlihat menghampiri Diandra.
"Kamu gak pulang?" tanya pemuda itu.
"Maaf, ini aku lagi ngurus BPJS buat bapak itu. Kamu pulang dulu saja" jawab Diandra. pemuda itu menghela nafas dalam.
"Yang bertugas mengurus keperluan BPJS itu perawat bukan kamu dokter" papar pemuda itu.
"Abang mending pulang dulu saja. Nanti aku pulang naik angkot aja" seru Diandra. Pemuda itu menghela nafas dalam.
"Kalau gitu aku pulang dulu, nanti kalau kamu mau pulang hubungin aku saja!" tukas pemuda itu. Diandra mengangguk.
"Terima kasih bang Riki" ungkap Diandra pada Riki. Riki adalah kakak kelas Diandra waktu SMA. Riki dan Diandra berteman semenjak mereka duduk di bangku SMA, Riki dan Diandra sama-sama mendapat beasiswa, Riki memilih jurusan perawat sedangkan Diandra memilih jurusan kedokteran. Mereka bekerja di rumah sakit yang sama kebetulan rumah sakit tempat Diandra magang adalah tempat Riki bekerja jadi mereka sering bertemu, Diandra di tarik untuk mengisi bagian dokter umum di rumah sakit tersebut. Karena dokter yang dulu di mutasi ke pusat. Kebetulan nilai dan kinerja Diandra sangat bagus sehingga direktur rumah sakit menarik Diandra saat dia lulus.
"Aku pulang dulu" pamit Riki.
"Hati-hati"
Lelaki itu masih terus memperhatikan Diandra bersama dengan pemuda tampan tersebut sampai pemuda itu meninggalkan Diandra. Diandra berjalan menuju bapak yang menungguh di bangku tungguh.
"Pak, sebaiknya bapak mengambil KK bapak dulu, anak bapak sudah saya daftarkan untuk BPJS, maaf pak apa keluarga bapak mempunyai KIS?" tanya Diandra. Bapak itu menimang.
"Ada dok di rumah"
"Kalau gitu bapak ambil dulu, biar aku yang jaga anak bapak" saran Diandra.
"Tapi, apa dokter tidak sibuk?" tanya bapak itu segan. Diandra mengulas senyum.
"Saya tidak sibuk pak, kebetulan jam tugas saya sudah selesai"
"Oh, terima kasih banyak dok, saya akan ambil berkas yang di butuhkan dulu, dok, titip anakku" kata bapak itu pamit untuk pulang. Diandra mengangguk.
"Pak, hati-hati!" saran Diandra. Bapak itu mengangguk lalu bergegas pergi dari rumah sakit. Diandra menatap pintu ruang operasi yang masih tertutup. Bunyi adzan magrib terdengar di toa masjid rumah sakit. Sudah magrib tapi bapak itu juga belum kembali, apalagi pintu ruang operasi juga masih tertutup sudah 2 jam operasi berlangsung. Diandra melihat jam di pergelangan tangannya sudah setengah jam waktu magrib berlangsung sedangkan Diandra belum melaksanakan sholat magrib terlihat Diandra nampak gusar pikirannya, bapak itu tak kunjung kembali pintu ruang operasi juga belum terbuka.
"La Hawla walaquwwata illah Billah"
Ceklek..
Pintu ruang operasi terbuka, nampak dokter yang keluar dari dalam. Bertepatan bapak pasien itu kembali dari rumah.
"Dok, bagaimana keadaan pasien?" tanya Diandra.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, tinggal menungguh pasien sadar"
"Alhamdulillah," Ucap syukur bapak pasien. Diandra menghela nafas lega, dia pamit untuk melaksanakan sholat magrib dulu. Diandra melangkah menuju masjid di rumah sakit tersebut. Selesai sholat Diandra kembali menemui bapak pasien untuk mengantar bapak itu menuju resepsionis mengurus administrasi dan menyodorkan KIS yang bapak itu bawah.
Diandra pulang setelah selesai mengurus semua. Ponsel yang ada di tas dia ambil hendak menghubungi Riki, tapi niatnya dia urungkan mengingat Riki pasti sibuk Diandra memilih naik angkot saja. Sayangnya sudah jam 9 malam tidak ada angkot lagi. Diandra memilih berjalan karena jarak rumahnya tidak jauh paling hanya 1 kg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
sepertinya typo nih, harusnya 1 km, bukan 1 kg yah😁✌
2025-01-27
0
Soraya
mampir thor
2024-05-09
1
☆White Cygnus☆
bagus kak.
2024-03-07
1