Chapter 4- Bertemu Kerabat Suami Di Rumah Sakit Militer

Chapter 4- Bertemu Kerabat Suami Di Rumah Sakit Militer

Saat Lowellyn hendak kembali berjalan, setelah menyeka seluruh keringat di wajahnya. handphone yang ada di genggaman tangannya berdering. Dia dengan cepat melihat ke arah layar handphone dan melihat nama yang menelponnya. Namanya Austin Parviz, sekretaris suaminya, Lionel Valden.

Ekspresi Lowellyn terlihat ragu-ragu sejenak sebelum menggeser layar handphonenya ke atas. Setelah panggilan videonya tersambung, suara Austin Parviz langsung terdengar, dan berkata, "Selamat siang Nyonya, izinkan saya memberitahu anda kabar buruk mengenai kondisi tuan. Saat dalam perjalanan untuk kembali, tuan jenderal mengalami kecelakaan mobil karena jebakan musuh. Dia terluka parah, kami membawa tuan jenderal untuk mendapatkan pertolongan pertama, dan saat ini tuan jenderal telah dirawat di rumah sakit militer. Jika anda berkenan datanglah kemari, nomor kamarnya adalah 015..."

Setelah mendengar beberapa kata-kata dari Austin, tubuh Lowellyn seketika menjadi sangat lemas. Pikiran dan fokusnya hanya tertuju pada kata-kata 'jenderal terluka parah'. Rasa dingin tiba-tiba menyelimuti seluruh dirinya, dan perasan yang bercampur aduk disertai dengan kekhawatiran dan ketakutan tengah melanda dirinya saat ini.

Tampa memikirkan hal lainnya lagi, Lowellyn dengan segera menuju ke rumah sakit militer untuk melihat keadaan Lionel. Dalam perjalanan ke tempat itu, tubuh Lowellyn tiada hentinya terus bergetar ketakutan karena cemas, namun di saat ini juga dia merasakan sangat gelisah dan takut akan penolakannya.

Setelah memakan waktu tiga jam perjalanan, akhirnya Lowellyn sampai di depan gedung rumah sakit militer. Dia dengan cepat bergegas menuju ruangan yang telah disebutkan oleh sekretaris Austin di panggilan tadi. Dengan tubuh mungil dan paras cantiknya, dia berlarian untuk sampai ke tempat itu. Setiap langkahnya selalu mendapatkan perhatian dan sorotan, baik itu bagi para pria maupun wanita, mereka semua terpesona oleh Lowellyn. Hanya butuh waktu setengah menit dan dia telah menjadi pusat perhatian di sana.

Meskipun semua mata tertuju ke arahnya saat ini. Itu bukanlah apa-apa bagi Lowellyn, karena pikiran dan tatapannya itu hanya tertuju pada Lionel Valden seorang saat ini.

Ketika dia tiba tepat di depan ruang rawat militer, Austin Parviz sudah menunggunya di depan pintu. Austin Parviz adalah seorang pria tampan berambut pirang, dan tingginya hampir setara dengan Lionel. Dia berusia sekitar 29 tahun dan kemampuannya hampir setara dengan Lionel, dia juga adalah seorang prajurit muda yang berbakat, karena kecerdasan, kegigihannya, kerja kerasnya. Dan sikapnya yang terlihat dingin namun mudah untuk didekati. Lionel menjadikannya sebagai sekretaris pribadi.

Lowellyn telah bertemu dengannya beberapa kali, dan dia adalah orang yang sangat ramah dan mudah di ajak berkomunikasi. Dan juga Austin Parviz selalu memberi hormat militer padanya saat bertemu atau hanya saat berpapasan. Lalu saat ini juga dia masih melakukan hal yang sama, yang selalu dia lakukan.

Austin Parviz memberi hormat militer padanya. Dan dengan sangat sopan dia berkata:

"Selamat siang nyonya jenderal! Nyonya, saya akan mengantar anda menemui tuan jenderal."

Untuk sejenak Lowellyn mengabaikan etiketnya, yang selama ini dia jaga baik-baik demi reputasinya di kalangan sosialita! dalam hatinya hanya ada perasaan cemas. Tanpa membalas etiketnya, dia hanya bertanya, "Bagaimana keadaannya saat ini? Dan mengapa dia bisa sampai mengalami kecelakaan?"

"Saat ini kami belum bisa memastikan keadaannya, tapi anda tenang saja! tuan jenderal sedang ditangani, oleh dokter handal ". Austin menjawab pertanyaannya, sambil memimpin jalan. Dan kembali berkata lagi, "Setelah menerima sebuah pesan, sikap tuan jenderal terlihat sedikit aneh saat itu. Dia langsung berjalan keluar dan meninggalkan aula rapat, melihat situasi itu. Saya dengan cepat mengejar tuan jenderal! namun saat saya sampai di depan, dia sudah menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dan saat dalam perjalanan pulang. Mobilnya tidak sengaja menyentuh jebakan musuh, lalu menabrak tiang pembatas."

Setelah beberapa langkah, Austin masih melanjutkan perkataannya, "Namun bukan hanya itu saja, jebak musuh itu dilengkapi dengan gas cairan beracun dan sekarang dia masih ditangani oleh sebelas dokter top dan handal di dunia untuk penyelamatannya."

Mendengar penjelasan dari Austin, seluruh tubuh Lowellyn gemetar hebat, dan wajahnya menjadi sangat pucat. Langkahnya begitu terasa berat sehingga dia hampir tidak bisa bergerak dengan benar, dan pikirannya saat ini sangat kabur.

Austin menyadari bahwa Lowellyn tidak mengikutinya. Jadi dia berhenti dan melihat kebelakang untuk menemukan Lowellyn, dan saat matanya tertuju pada Lowellyn. Dia sedikit tertegun melihat ekspresinya, karena rasa simpatinya pada wanita yang ada di hadapannya itu, Austin mencoba untuk menenangkannya dan berkata:

"Tolong tenanglah nyonya. Kata dokter, tingkat kematiannya hanya dua puluh persen dan jenderal sangat dimungkinkan untuk bangun. Dan lagi presentasi operasi menunjukkan adanya keberhasilan. Jadi anda tenang saja, hidup jenderal masih akan berlangsung lama. Tuan jenderal bukanlah seseorang yang lemah, saya yakin di alam sadarnya jenderal juga tengah berusaha untuk bangun."

Namun Lowellyn masih gemetar. Tetapi, wajahnya terlihat sedikit membaik, ketika dia mendengar ini dan dia sedikit merasa tenang, meskipun hanya sebentar.

Lowellyn menengadahkan kepalanya ke depan, dan memandang Austin. Meskipun dalam hatinya dia merasa sedikit susah berkata-kata, namun dia memberanikan dirinya dan bertanya pada Austin, "Apakah ada kemungkinan dia meninggalkan gejala sisa?"

Austin terdiam sejenak, dan ekspresinya menjadi lebih serius. Dia menghela nafas panjang sambil mengerutkan bibirnya. Setelah beberapa saat, dia berkata:

"Seratus persen."

..........

Tak terasa perjalanan mereka berakhir, dan ketika dia tiba di ruangan operasi. Sudah ada banyak orang yang tengah berdiri di sana termasuk beberapa orang penting di militer, para tetua perusahaan, rekan-rekannya, dan bawahannya.

Dan di tengah-tengah kerumunan orang itu, ada seorang wanita tua yang tengah duduk dengan sebuah tongkat di sampingnya. Rambut putih dengan beberapa kerutan di wajahnya, dan juga seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di sampingnya. Lalu dengan ekspresi mereka yang terlihat sangat khawatir. Mereka adalah satu-satunya kerabat Lionel yang masih hidup, adik dari sang ayah dan neneknya.

Kedatangan Lowellyn sangat menarik perhatian, karena bagaimanapun juga, orang-orang yang berdiri di sana bukanlah orang biasa, kecuali beberapa bawahannya. Mereka semua adalah orang-orang yang mengetahui identitas asli Lowellyn.

Melihat sang nenek yang terlihat khawatir, Lowellyn berjalan kecil untuk mendekat ke arahnya, dan dengan niat tulusnya dia ingin menyapa sang nenek yang ada di hadapannya. Namun, sebelum lowellyn jalan lebih dekat, wanita tua yang tengah duduk itu menghela nafas. Tatapan dan suaranya terdengar tidak ramah, setelahnya dia berkata, "Untuk apa kamu datang kesini?"

Lowellyn sontak merasa kaget karena ucapan sang nenek, dan ekspresinya terlihat sedikit getir.

-

^^^Bersambung...^^^

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***