Peringatan : (Episode kali ini mengandung kekerasan. Diharapkan kebijakan pembaca!)
Episode ini meggunakan sudut pandang orang ketiga
***
Si bocah masih tidak menerima fakta, bahwa dirinya dan si gila telah terdampar di atas pohon mangrove raksasa di tengah lautan. Dia sedikit khawatir akibat telah menggunakan kekuatannya. Untungnya dia ingat sebelum perjalanan mereka hari ini, dia membawa banyak camilan salah satunya klepon yang sudah dibungkusnya didalam toples kecil. Sebenarnya jika kejadian di dalam pesawat itu tidak terjadi, pastinya dia sudah memakannya hingga tak tersisa sama sekali.
Mungkin harapannya untuk mencoba makanan tersebut harus pupus. Ketika melihat ke sekitarnya untuk mencari keberadaan makanan yang dia maksud, nihil... tidak ada tanda tanda sama sekali tentang makanan ataupun semua barang bawaannya.
Akibat amarah dan kecerobohannya dalam berpikir saat itu membuatnya melakukan hal konyol dan malah berujung menjatuhkan mereka berdua dan meninggalkan semua barang barangnya termasuk makanan di dalam pesawat yang mungkin saja sudah meledak. Saat itu wajahnya sangat lesu, dia terlihat menyesal melakukan semua hal tersebut. Dialah yang membuat mereka terjebak di dalam situasi ini.
Tidak cukup sampai disana, sekarang perutnya malah meronta ronta kesakitan. Dia sangat kelaparan. Maklum, tadi pagi dia belum makan sama sekali, sehingga ketika menggunakan kekuatannya dengan waktu yang singkat saja sudah membuatnya kelelahan.
Dia hanya tersungkur di atas sana, hampir pasrah dengan keadaan. Namun, sebagian perasaan pasrahnya hilang ketik melihat Lunim masih merangkul tasnya di pundak, dia mencoba bertanya kepadanya karena rasa lapar yang sudah tidak tertahankan sama sekali
"Hei..."
" Apakah di dalam tas itu ada makanan ?" tanyanya kepada Lunim, terlihat sangat lapar
Lunim yang mendengarnya bertanya, langsung berbalik badan dan menjawabnya
" Makanan apa?"
"Klepon, makanan bulat kecil yang kuletakkan di dalam toples ituloh..." kata anak tersebut sembari menjelaskan
" Oh.... klepon ya... tadi ketika terjadi penembakan di pesawat sudah kumakan, rasanya enak si, jadi sayang saja kalo ikut ketembak...."
.
"Lalu... sisanya dimana?"
" Ya.... Kurang beruntung lu....udah habislah semuanya! Makanya lain kali jika bikin kue jangan manis, aku paling suka makanan manis.." katanya terlihat santai
.
.
" Br*ngs*k kau..."
"Jika kau berakhir kumakan, jangan salahkan aku.." ejek sang bocah
"Kalau begitu aku sangat terhormat jika kau benar benar ingin memakanku ..." balasnya tersenyum menghina
...
Dia kembali pasrah ketika mendengar semua persediaan makanan sudah habis tidak tersisa. Akhirnya, dia terpaksa menerima kenyataan bahwa sekarang dia terdampar di tengah laut tanpa makanan, sinyal ataupun pertolongan terdekat sama sekali. Dan untuk memperparahnya, dia terjebak dengan si gila yang dari tadi tidak bisa diam sama sekali.
" Hmm... sepertinya sejauh ini perlu bla bla bla"
.
.
"Heh bisa berhenti bicara?"
" Lebih baik carikan aku makan, jika tidak mau membuatku mati nih.."
Lunim tidak menghiraukannya sama sekali, dia terlalu sibuk dengan rencananya sekarang.
.
.
Mereka berdua terdiam lama sekali, hingga akhirnya Lunim kembali membuka percakapan diantara mereka.
"Aku ada ide..., tenang ini tidak melibatkan korban jiwa lagi..." katanya santai memastikan sang bocah tenang
...
" Cepat katakan apapun idemu itu, sebelum energiku habis untuk meladenimu!" gerutunya masih kesal
" Nah seperti kataku tadi, tujuan utama kita masih sekitar 10 kilometer lagi... kan...
" Kita bisa merakit kapal menggunakan batang dari pohon ini " katanya sambil menunjuk ke arah pohon raksasa tersebut
" Baiklah, aku hanya perlu memotong sebagian batang pohon tersebut kan?" kata anak itu memastikan
" Yap benar, lalu setelah kamu memotongnya sesuai dengan ukuran yang sudah kutentukan akan kuurus sisanya"
.
.
.
"Yasudah kuserahkan semua padamu, aku hanya akan memperhatikan dari jauh.." kata anak tersebut pasrah
Tidak berselang lama, dengan mudahnya Lunim merakit semua batang tersebut hingga membentuk sebuah kapal yang bisa ditumpangi mereka berdua.
Akhirnya mereka menaiki kapal itu, dan betapa terkejutnya mereka berdua ketika mengingat fakta bahwa ...... mereka lupa sebuah kapal membutuhkan layar agar bisa bergerak.
Mereka tidak mungkin menemukan kain di tengah lautan. Dan begitulah, mereka berdua kembali pasrah. Membayangkannya saja tidak mungkin, mereka terdampar di tengah lautan tanpa ada makanan, sinyal, tanda tanda pertolongan, bahkan tidak bisa menggunakan kemampuan mereka akibat digunakan berlebihan ketika penembakan yang terjadi di atas pesawat tadi.
Di tengah keputusaan yang mereka alami, tiba tiba Lunim mendapatkan sebuah ide lagi untuk mencari dimana mendapatkan sebuah kain.
"Hei.." katanya memanggil sang bocah yang sudah benar benar terkapar hampir tidak sadarkan diri
"Apa... Hah.. Hah..? tanya anak tersebut terengah engah
" Aku tahu ini akan terdengar gila..."
...
"Bagimu saja si.." katanya melanjutkan
" Tapi.. bisakah kau lepaskan semua pakaianmu?"
Tidak percaya apa yang dikatakannya, sang bocah meminta Lunim mengulang kata katanya kembali.
"Hah... Hah... APA BUKA!?"
" IYA, BUKA PAKAIANMU AKU BISA MERAKIT LAYAR MENGGUNAKAN PAKAIAN KITA!" balasnya ikut berteriak
"GILA LU !"
"TERIMAKASIH" katanya terlihat bangga
.
.
.
.
Singkatnya, dia berhasil mengambil baju sang bocah dan bersamaan dengan pakaiannya dia merakit sebuah layar. Mengikuti arah mata angin, kapal mereka berlayar menuju titik koordinat. Ketika sampai, titik tersebut berada tepat pada suatu pulau berbentuk bulat sempurna dengan ukuran yang terbilang sangat kecil untuk dikatakan sebuah pulau.
Namun seperti sudah tahu apa yang harus dilakukan, Lunim berjalan ke tengah pulau itu. Sang anak pun ikut beranjak dari kapal mengikutinya. Sampai di tengah pulau tersebut, ia mulai mencabuti rumput liat disekitarnya. Ketika selesai mencabuti sebagiannya, terlihatlah sebuah pintu masuk. Ia segera membukanya dan mengajak sang bocah ikut masuk jika ingin mendapatkan makanan.
Tidak memiliki pilihan lain, sang bocah ikut masuk karena rasa laparnya yang semakin waktu semakin membesar.
Ketika masuk ia dikejutkan karena tidak ada tangga disana, ia terpeleset masuk kedalam dengan matanya dalam keadaan tertutup.
.
.
Ketika membuka matanya kembali betapa terkejutnya karena tidaknya jatuh, ia sekarang sedang meluncur di sebuah perosotan panjang ketika menengok ke arah kanan dan kiri yang ia lihat merupakan sebuah pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan hewan hewan laut yang beragam nampak jelas terlihat semuanya.
Terlalu terkesiap, ia tidak melihat akhir dari perosotan tersebut menerbangkannya jauh dan mendarat di sebuah pulau. Tepatnya pulau dibawah inti bumi. Disana ia sudah disambut Lunim yang memberikannya sebuah makanan.
...
Sibuk mengunyah, dia baru ingat selain tidak menemukan keberadaan barang barangnya. Mereka terpisah juga dengan Cyan dan Limi.
Seperti membaca pikirannya, Lunim berbalik dan mengatakan kepadanya bahwa dia bisa mencari mereka berdua melalui alat yang ditemukannya di tempat itu. Ia meminta sang bocah untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu lalu mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka.
Setelah ia selesai makan, hal itu bertepatan dengan Lunim yang menekan sebuah tombol dan mengaktifkan sebuah pelindung untuk menutup tempat tersebut dengan rapat dan menghancurkan tombol tersebut hingga tak berbentuk lagi. Hal itu membuat sang bocah kaget dengan perbuatannya, itu sama saja seperti mengunci mereka di dalam sini.
"HEI..!"
"KENAPA KAU MENUTUP TEMPAT INI, KITA AKAN TERJEBAK! BAGAIMANA DENGAN RENCANA UNTUK MENCARI MEREKA BERDUA?!" tanyanya panik
...
Lunim melirik kearahnya, nampak dengan jelas wajahnya menunjukan ekspresi tersenyum yang mengerikan. Sang bocah, yang sudah terbiasa melihat lunim tertawa sendiri bisa merasakan ada yang berbeda dari senyumnya yang sekarang.
Terlihat seperti bukan dirinya sama sekali.
"Perubahan rencana, nak..."
" Meski aku menikmati petualangan menyenangkan hari ini, aku tetap harus memusnahkan makhluk itu"
" Makhluk ?...."
Setelah sang anak mengatakan hal tersebut, Lunim memanipulasi sebuah tanaman yang dengan sangat cepat menyabetnya hingga terpental sangat jauh mengenai sebuah batu yang membuat tubuhnya kesakitan seketika.
.
.
"Ke... napa kau... (uhuk) .. tiba...(uhuk).. tiba..menyerangku.."
kata anak itu masih tidak percaya, bahwa Lunim benar benar akan menyerangnya
" Ah... maaf maaf, harusnya aku lebih kuat lagi..." sedikit kecewa karena pukulannya kurang kuat
Setelah mengatakan hal tersebut ia memanipulasi tanaman rambat dan mengikat tubuh sang bocah lalu membantingnya berkali kali, membuatnya babak belur seketika.
"Jan...ngan lagi!" mohon anak tersebut kesakitan
...
Lunim tidak peduli ia tetap menyerang anak tersebut, meski ia sudah meronta ronta kesakitan dan sepertinya hampir di ambang kematiannya.
.
.
.
"Sudahlah, aku kan sudah menghancurkan pengkhianat ini, cepat keluar wahai makhluk yang mendiami tubuh ini!"
Terungkaplah, bahwa ternyata makhluk tersebut bersemayam di dalam sang bocah. Itu sebabnya Lunim memisahkan Cyan dan adiknya agar dia bisa berhadapan dengannya disini. Dia rela menjebak dirinya sendiri demi penelitiannya terhadap sang makhluk.
Namun meskipun sudah hampir membunuh anak tersebut, tidak ada tanda tanda sama sekali dari sang makhluk untuk keluar.
...
("Sepertinya aku benar benar harus membunuhnya, haha yasudahlah toh demi penelitianku, tidak apa apa kehilangan satu subjek demi subjek yang lebih berharga") batinnya terlihat tidak memiliki belas kasihan sama sekali
"Hei nak..."
" Ada kata kata terakhir?"
Sepertinya akibat luka parah di kepalanya, membuat sang bocah terkena gegar otak sehingga ia tidak bisa membalas sang pembunuhnya.
" Ah... benar juga aku melukai kepalanya sehingga hampir tidak berbentuk"
" Baiklah, aku akan membunuhmu dengan cepat sehingga kamu tidak perlu khawatir akan rasa sakit ini "
...Agar ia mati dengan cepat, Lunim merogoh sesuatu dari tasnya. Sebuah pistol yang sepertinya selalu disimpannya di dalam kantung itu dari awal keberangkatan. Sebenarnya liburan ini hanyalah sebuah wacana untuk mengalihkan perhatian yang lain dari rencana sebenarnya....
"Sayonara... teman baru"
Tanpa berpikir dua kali, dia menembakkan tepat di kepala sang bocah.
.
.
.
Namun ketika peluru tersebut hampir menembus kulit kepala sang bocah, tiba tiba peluru tersebut hancur. Tubuh sang bocah tiba tiba diremukkan secara brutal layaknya sebuah mainan.
Seperti yang sudah dinanti nanti oleh Lunim, sebuah tubuh yang diremukan tersebut membentuk menjadi sebuah tubuh baru. Sebuah entitas baru mengambil alih tubuh tersebut, ia melirik ke arah Lunim sambil mengeluarkan senyum.
Sang makhluk segera menyerang lunim dengan cakarnya, namun Lunim mengelak tepat waktu dan menjauh darinya. Ia memasang posisi kuda kuda, siap untuk menyerang.
Tanpa terduga sang makhluk juga mengikuti posisi kuda kuda Lunim untuk menyerang. Pertumpahan darah akan segera terjadi.
.
.
.
.
.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ymopi noriu
klepon makanan ternak di dunia^^
2024-01-13
1