Apa Kabar Bandung?

Sore itu Ali berangkat ke Bandung menaiki pesawat. Setelah terbang kurang lebih selama satu jam, Ali sampai di kota Bandung. Ali menunggu taksi yang sudah di pesan nya secara daring.

Ali menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit dari bandara menuju rumah Abi dan Ummi nya. Sesampainya di halaman rumah mereka, Ali menurunkan koper yang di bawanya dari bagasi taksi. Dilihatnya rumah kayu dan elok dengan ukiran khas jogja di setiap tiang rumahnya, di sebelah kiri ada jalan kecil menuju pondok pesantren milik keluarganya yang di bangun oleh Abi nya sendiri dengan bantuan dari pamannya yang tinggal di Turki.

Ali berjalan perlahan sambil menarik pelan koper yang di bawanya di bawah rindangnya pepohonan yang tumbuh subur di halaman rumah mereka.

"Assalamualaikum, Ummi...Abi...Ali pulang. " Ali mengetok pintu rumah yang tertutup rapat. Tidak ada satu suara pun yang menanggapi panggilan Ali.

Perlahan Ali mendorong pintu kayu yang berwarna coklat dengan ukiran khas jogja memenuhi setiap sudut pintu.

Ali melepaskan sepatu yang ia kenakan, lalu meletakkannya di rak sepatu yang ada disisi kanan pintu masuk.

"Assalamualaikum." Ali kembali memberi salam sambil celingak celinguk mencari kedua orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullah, siapa ya?" Suara seorang wanita yang paruh baya menjawab salam Ali.

Keluarlah seorang wanita paruh baya dari tirai dapur rumah mereka sambil memperbaiki posisi kerudung yang baru saja ia kenakan, karena mendengar suara seorang laki-laki memberikan salam.

"Ya Allah le, akhirnya kamu pulang. Sudah lama sekali kamu tidak pulang ke rumah. Sudah hampir dua tahun le." Wanita paruh baya itu memeluk tubuh jakung Ali, sambil nepuk-nepuk punggung Ali.

"Maaf Ummi, Ali baru bisa pulang. Ada banyak hal yang harus Ali kerjakan dua tahun terakhir ini." Jelas Ali kepada Ummi nya.

"Ya Allah, anak Ummi makin kurus. Kamu sering melewatkan jadwal makan ya le. Lihat ini tulang-tulang kamu kerasa semua kalau Ummi pegangi." Ummi Ali memegangi tubuh anaknya yang terlihat semakin kurus dan jakung.

"Ali tidak pernah meninggalkan jadwal makan Ali, Ummi. Hanya saja pekerjaan Ali yang banyak membuat Ali lebih sering begadang."

"Ummi tau kamu tidak akan meninggalkan jadwal makan. Toh, ada Hanna yang selalu ngingatin kamu makan sama masakin makanan buat kamu. Mana mungkin kamu tidak makan." Ummi tersenyum hangat menyambut kedatangan Ali. Sudut matanya yang berair karena tak kuasa menahan rindu kepada putra sulungnya itu masih tertahan di ujung matanya.

"Oh iya, mana Hanna, Al? Hanna tidak ikut denganmu?" Tanya Ummi nya yang tidak melihat keberadaan Hanna. Karena biasanya Hanna tidak pernah ketinggalan jika pulang ke Jogja, bahkan beberapa kali Hanna pulang ke Jogja untuk menjenguk mertua dan orang tua nya.

"Abi dimana ummi?" Ali mengalihkan pertanyaan dari ummi nya

"Abi masih di rumah sakit. Ada Arkan dan Syifa yang menjaganya. Ummi sedang memasak untuk di bawa ke rumah sakit dan untuk di stok di rumah. Nanti kita ke rumah sakit ya menggantikan Arkan dan Syifa."

"Baik Ummi, Ali mau mandi dan mengemas pakaian ke dalam lemari dulu. Kamar Ali masih kosongkan Ummi?" Tanya Ali memastikan.

"Masih nduk, kalau Arkan dan Syifa sudah punya anak, baru kamar kamu kami gunakan untuk kamar anak-anak mereka." Gurau Ummi nya.

"Tega sekali Ummi melakukan itu kepada Ali. Jika kamar Ali digunakan untuk anak-anak Arkan dan syifa, lalu dimana Ali tidur jika pulang ke Jogja? hmmm."

"Ummi hanya bergurau Ali, tapi kamu boleh loh tidur sama anak-anak Arkan dan Syifa."

"Badan panjang begini mana muat tidur di ranjang anak-anak, mi." protes Ali.

"Sudah dulu kesalnya, mending kamu cepetan mandi dan berkemas. Masakan Ummi sudah mau masak."

Ummi Ali kembali ke dapur, sementara Ali masuk ke dalam kamarnya. Di kamarnya pun masih ada banyak sekali foto-fotonya bersama Hanna. Baik itu di atas meja, maupun yang terpajang di dinding.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***