20

Tanggal....21...hari Sabtu.. Mei..jam 05.09..

"Sudah dua hari Felix berada di sana... apa keadaan disana baik baik saja? di tambah... dia pergi sendirian.... Roboto sampai sekarang belum menunjukkan tanda tanda dan terus tertidur... itu arti nya dia masih hidup..." Batin Herdi yang khawatir.

"Ayah ayah.... apa paman masih lama?" tanya Bulan yang baru saja bangun tidur.

Herdi melirik ke arah Bulan, Herdi diam tidak menjawab saat Bulan perlahan lahan mendekati nya dan diam di samping Herdi sambil melihat ke jalanan yang kacau.

"Ayah akhir akhir ini selalu saja diam saat Bulan bertanya.... "

"Apa Bulan melakukan kesalahan?...." tanya Bulan.

Herdi tetap tidak menjawab.

"Ayah ayah....apa ayah marah pada Bulan?" tanya Bulan sambil menoleh ke arah Herdi, mata Bulan berwarna merah cerah dan memiliki senyum yang sangat manis.

"Apa lebih baik aku beritahukan saja ya... kalau ibu mereka sudah meninggal.... kurasa lebih baik kalau Bulan mengetahui nya daripada Naura..." batin Herdi yang ragu.

"Tapi.. jika aku memberi tahu nya... aku takut kalau ekspresi senang yang ia munculkan setiap hari itu menghilang...." Batin Herdi.

Bulan yang melihat wajah Herdi, ia diam sejenak "Ayah terlihat sangat cemas....ayah sedang mencemaskan apa?" tanya Bulan.

"Anak ini... sejak kecil sangat peka pada suatu hal.... apa pun itu pasti ia tanyakan...." Batin Herdi melirik ke arah Bulan.

"Aku tidak tahu kalau terlalu fokus bisa meningkatkan kepekaan..... mungkin ini lebih ke anak nya Felix ketimbang anak ku sendiri... Bulan hampir mirip dengan Felix, mereka sama sama peka... sama sama memiliki sifat tenang lalu masalah Konsentrasi dan Fokus benar benar mirip dengan Felix, mungkin kedepan nya dia bisa menjadi penembak jitu... kok rasa nya dia bukan anak ku ya?...." batin Herdi yang heran.

"Yah.. aku menyerahkan Bulan kepada Felix untuk merawat nya.. jadi tidak heran kalau sifat mirip.... apa aku beri tahu saja ya...."

Herdi menghela nafas panjang, walau sedikit gugup tapi ia berusaha untuk setenang mungkin.

"Bulan..."

"Hmm??"

"I...itu... sebenar nya... ibu....sudah..."

Sebelum Herdi menyelesaikan perkataan nya, Bulan memotong perkataan Herdi.

"Bulan tahu kok! ibu sudah pergi ke suatu tempat dan tidak akan pernah kembali...." ucap Bulan sambil tersenyum.

Herdi tersentak dan menoleh ke arah Bulan "Begitu ya... seperti nya kau faham..."

"YA! mau bagaimana lagi! kita adalah Manusia... suatu saat kita pasti akan pergi ke suatu tempat dan tidak pernah kembali... "

"Apa Bulan Sedih?..." tanya Herdi.

"Ya... awal nya Bulan Sedih.... tapi Bulan sadar kalau tidak ada guna nya bersedih kepada orang yang sudah pergi..."

Herdi tersenyum sambil menghela nafas "Bagus lah kalau begitu..."

****

Sekitar.. enam tahun yang lalu.....

"Hah? mengurus bayi?" tanya ku yang heran

"Aku sudah mengatakan ini lebih dari dua kali... kau tidak budeg kan?" tanya Herdi yang kesal.

Aku diam sejenak mendengar itu dan menjawab "Tidak mau..."

"KENAPA TIDAK MAU? tenang saja! akan kubayar...."

"Tetap tidak mau...."

"Kenapa kau tidak mau? Aku dan istri ku sibuk jadi susah untuk merawat nya.." ucap Herdi yang berusaha membujuk ku.

"Merawat bayi itu... merepotkan.... mereka suka buang air besar tanpa ada aba aba, suara tangisan mereka memecahkan gendang telinga, belum lagi kalau bayi memberontak... makin ogah aku..."

"Ayo lah... bayaran yang ku berikan kan cukup besar, daripada kau menganggur di rumah tidak ada kerjaan, bukankah lebih baik isi waktu luang mu untuk bekerja?" tanya Herdi yang bingung.

"Tidak mau... aku lebih suka Stay in home and sleep every time, lagian... kalau masalah mengurus anak.. bukan kah lebih baik kau meminta orang lain?"

Herdi menghela nafas "Aku sudah mencoba nya... dan itu benar benar kacau.."

"SEE? kalau orang lain tidak bisa... apa lagi aku!!!" ucap ku dengan bangga.

"TAPI DULU KAU PERNAH JADI BABYSITTER!!"

Aku yang mendengar itu tersentak kaget dan menatap tajam ke arah Herdi

"Darimana kau mendapatkan informasi itu?!"

Herdi diam sejenak dan berkata "Dari...Amel..."

"AMEL SIALAN!!!" teriak ku yang kesal dan merasa malu.

"Mau ya? mau ya?? Amel bilang kalau kau sangat menyukai bayi sampai menganggap nya sebagai adik mu sendiri lalu..."

"BERHENTI! BERHENTI!! JANGAN DI LANJUTKAN!! AKU MALU!!!" teriak ku yang dipenuhi rasa malu yang amat tinggi.

"Kalau begitu.. apa kau mau menerima nya?" tanya Herdi yang memohon.

"Sayang sekali tidak...."

Herdi menghela nafas "Sialan terpaksa aku memakai cara ini...." Herdi mulai membuka Handphone nya dan menelepon seseorang.

"Halo... sayang..."

"Oalah.. ku kira menelepon siapa... ternyata Linda toh.." batin ku yang menghela nafas lega sambil menyeruput teh hangat.

"Iya... Felix tidak mau.. bagaimana ini?..."

"....."

"Baiklah baiklah akan ku tanyakan sekarang..." Herdi menutup telepon lalu menoleh ke arah ku yang sedang meminum teh.

"Apa liat liat? bukan nya sudah ku bilang kalau aku tidak mau?"

Herdi menunjuk ke arah ku sambil berkata dengan semangat "Kau boleh makan di rumah ku, boleh berlatih menembak di halaman rumah dan KAU BOLEH MEMANDIKAN BAYI!!"

Aku yang mendengar itu tersentak kaget dan menyemprotkan teh yang kuminum lalu memukul meja sembari berkata dengan semangat "GAS!! MANA KONTRAK NYA!!"

"W..wah... Amel benar.... ini efektif...." batin Herdi sambil menyerahkan sebuah kertas berisi kontrak dan sebuah pulpen.

"Hehe lumayan makan gratis... udah gitu di gaji lagi, Nikmat mana lagi yang kau dustakan hehehe" batin ku yang senang sambil menulis di kertas itu.

Keesokan hari nya di rumah milik Herdi...

"YOHA!! FELIX DISINI!!" ucap ku yang senang, aku terlihat membawa senapan runduk di bahu ku dan aku bisa mendengar suara bayi yang menangis keras.

Linda membuka pintu dan ia terlihat lesu dan cape, saat ia melihat ku Linda hanya bisa menghela nafas

"Hadeh.... dia benar benar membawa senapan nya... aku khawatir kalau Bulan bakal di jadikan target tembak..." batin Linda yang curiga pada ku.

"Ya.. Fel.. silahkan masuk...." ucap Linda sambil menawari ku masuk ke dalam.

"MAAF MENGGANGGU~~" ucap ku sambil memasuki rumah Herdi dengan santai lalu menaruh senapan ku.

"Loh? Herdi kemana?" tanya ku yang melihat kesana dan kemari.

"Dia sudah berangkat duluan...di tambah... Fel... bukankah kau bilang kau akan berhenti menjadi babysitter lagi?" tanya

"HAHA! itu tidak berlaku kalau ada makanan GRATIS~~"

"Ugh... seperti nya selama dua tahun kedepan aku harus mengatur kembali pengeluaran....." ucap Linda yang terlihat kecapean dan lesu.

"Ngomong ngomong dimana bayi nya? aku hanya bisa mendengar suara tangisan nya..."

"Oh... dia ada di kamar..." ucap Linda sambil menunjuk ke arah kamar suara itu berasal.

Aku menghampiri pintu kamar itu lalu membuka nya dan disana benar benar kacau, aku bisa melihat bayi yang berada di kasur nya sambil terus menerus menangis.

"W..wah... benar benar kacau..." ucap ku yang terkejut.

"Mau bagaimana lagi... bayi itu benar benar nakal... dan sekarang ia menangis dari tadi, aku sudah berusaha untuk menenangkan nya tapi tidak berhasil..."

"Wahaha... pantas kau sekarang lemas sekali..."

Aku berjalan dengan santai ke arah kamar bayi itu dan melihat bayi yang sedang menangis.

"Yare yare..." aku perlahan menggendong bayi itu sambil menghibur nya sedikit.

"Cup cup... jangan nangis lagi ya... cup cup..." ucap ku dengan lembut sambil mengelus kepala nya, tangisan bayi itu perlahan lahan mereda dan ia pun tertidur, aku tersenyum manis saat melihat nya tertidur.

Linda terkejut saat melihat ku mengurus bayi dengan baik, Linda hanya bisa tersenyum melihat ku senang mengurus bayi itu..

"Padahal dia bisa jadi suami yang sempurna...." batin Linda sambil membayangkan diri nya sedang mengurus bayi bersama ku....

"Aku sudah lama mengejar nya... jadi seperti ini ending nya? seperti nya aku tidak ditakdirkan bersama nya..." batin Linda.

"Kalau begitu aku pergi bekerja dulu ya..." ucap Linda sambil berjalan keluar dari.

"EH? kau mau bekerja? bukankah lebih baik kalau kau beristirahat?" tanya ku sambil keluar dari kamar dan sedang menggendong bayi itu.

"Haha.. kau terlalu mengkhawatirkan ku, kalau bayi itu butuh susu.. aku sudah menyiapkan nya di kulkas.. dan jika kau ingin sarapan, kau hanya perlu pergi ke meja makan.. aku sudah menyiapkan nya juga..."

"O...oke oke..." ucap ku sambil mengangguk.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya..." ucap Linda dan ingin berjalan keluar.

"OKE! HATI HATI DIJALAN JANGAN SAMPAI KETABRAK OKE?"

Linda berhenti sejenak dan melirik ke arah ku yang melambaikan tangan, Linda tersenyum kecil.

"Aku benar benar ingin menjadi istri nya..." batin Linda..

"Semoga dia tidak mati di jalan...." batin ku yang khawatir...

Bersambung

akowakoawko

a

apwapo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!