Bab 13. Big No!

Di dalam mobil, Arion menunggu nona muda yang sedang perawatan di klinik kecantikan. Seumur hidupnya baru pertama kalinya ia merasa jenuh karena menunggu. Untuk membunuh waktunya, ia mengambil ponselnya, membuka galeri dan melihat foto putrinya dari masa kecil hingga masa sekarang. Dulu saat masih bertugas di Militer, Italia, Vicky sering mengirim foto dan video perkembangan Vittoria. Arion mengulas senyum seraya mengusap layar ponselnya yang memperlihatkan Vittoria saat pertama lahir dan masih bayi merah. Tak menyangka jika waktu berjalan dengan begitu cepat, Vittoria sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan menawan.

"Safron 77." Tiba-Tiba terdengar panggilan dari atasnnya melalui earpiece yang ia sematkan di telinga kanan.

"Yes, Sir!" jawab Arion dengan tegas dan mantap. Arion menekan earpiece  tersebut seraya mendengarkan ucapan atasannya sambil membuka kaca jendela dan memperhatikan sekitar. Entah apa yang mereka bicarakan, namun sepertinya mereka membahas hal serius, terlihat jelas dari rait wajah Arion yang mengeras dan tatapan matanya begitu tajam dan waspada saat mengawasi sekitar.

Ataukan atasannya itu memberikan kode kalau di sekitar sana ada musuh yang mengintai? Entahlah, hanya mereka yang tahu. Kita tunggu saja kelanjutannya.

Sementara itu di dalam klinik kecantikan. Luc bertemu dengan temannya yang bernama Amber yang juga tengah melakukan perawatan kecantikan sepertinya.

"Sorry, because aku tidak datang ke acara ulang tahunmu kemarin." Luc berkata penuh menyesal, tapi ia tidak menyebutkan alasannya.

"Why? Sesibuk itukah kau?" Amber--wanita cantik nan elegant yang tak jauh beda dari Luc menatap temannya itu dengan kesal dan juga sinis. "Kami menunggumu, Luc. Tapi, kau tidak datang bahkan tidak konfirmasi sama sekali!" Amber sangat kesal seraya mengusap rambut pirangnya dengan gaya elegant.

"Kau seharusnya sudah paham dengan kesibukanku di dunia bisnis. Maklum, aku mendapatkan mega proyek dari pemerintah." Luc berkata sombong sembari melirik Amber yang terlihat sangat jengkel dan iri padanya.

Sejujurnya dua wanita itu adalah teman dekat, tapi kalau masalah bisnis mereka adalah musuh bebuyutan. Sama halnya dengan Paolo yang bermusuhan dengan Luc. Hanya bedanya, Luc dan Amber bersaing secara sehat.

Amber mendengus kesal seraya mengibaskan salah satu tangannya di depan wajah. Tiba-Tiba ia merasa kepanasan setelah mendengarkan kesombongan Luc.

"Apakah pendingin ruangan tidak bekerja? Kenapa kau terlihat kepanasan? Oh ... ha ha ha, aku paham, bukan tubuhmu yang kepanasan, melainkan hatimu. Hati-Hati nanti terbakara, gosong dan menjadi abu," ledek Luc sambil tertawa cekikikan sambil menutup bibirnya dengan salah satu telapak tanganya.

Amber mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, jika tidak mengingat Luc adalah teman baiknya, mungkin ia sudah menyumpal mulut yang tak berfilter itu dengan sampah. Ah, mungkin lebih tepatnya dengan kotoran busuk.

"Kau terlalu angkuh, Nona!" balas Amber jengkel seraya menatap Luc yang sedang melakukan perawatan penyembuhan luka memar di area lutut. Kini gantian Amber yang akan mengejek Luc, "kenapa dengan lututmu? Apakah karena ini kau tidak datang ke acara ulang tahunku?"

Luc memutar kedua bola matanya dengan malas, "No! ini hanya luka kecil karena ulah bodyguard baruku!" jelas Luc sambil tersenyum sinis pada Amber.

"Kau mempunyai bodyguard? Why?" tanya Amber penasaran, karena ia tahu betul jika temannya ini paling anti dengan yang namanya bodyguard.

"Demi keamananku, Am. Masa begitu saja tidak tahu!" balas Luc ketus.

Amber mendekati Luc yang sedang menjalani perawatan kulit, "apakah bodyguard-mu tampan? Apakah dia gagah? Dan apakah ..." ucapan Amber terhenti saat Luc menyetopnya.

"Stop!" Luc berseru seraya menatap tajam Amber. "Apakah kau tidak bisa bersikap elegant? Please, jangan bersikap seperti wanita murahan!" cibir Luc menatap temannya itu dengan jengkel.

Amber manyun sambil mendumel, karena ucapan Luc begitu pedas di telinganya.

"Sorry, Amber. Kau ini cantik, kaya, dan pengusaha sukses, jadi hentikan omong kosongmu menanyakan bodyguard tua itu!" Luc mengingatkan Amber agar memilih pria yang setara dengan kedudukannya.

Amber berdecak lalu menatap sengit pada temannya itu, "dengarkan aku, Luc. Justru karena kita ini kaya raya, sempurna, namun hal yang tidak kita punya adalah lelaki setia!" giliran Amber yang menceramahi Luc. Soal cinta Amber adalah ahlinya. Ahli patah hati maksudnya, karena ia sudah menikah dua kali tapi selalu gagal, ia bercerai karena alasan sama yaitu kedua suaminya selingkuh.

"Ah, kasihan. Aku harap nasibku tidak sepertimu," balas Luc tersenyum manis pada Amber.

Amber memutar kedua matanya dengan malas membalas ucapan Luc yang terdengar mengejeknya.

"Dan aku berdoa semoga kau berjodoh dengan pria biasa saja!" balas Amber dengan telak, karena ia sangat tahu tipe pria idaman Luc seperti Brad Pitt, Tom Cruise, or David Beckham. Bukankah ketiga pria itu mempunyai visual yang sangat sempurna, dan karir yang sangat cemerlang, untuk kekayaan jangan diragukan lagi.

"Big No!" balas Luc sambil bergidik ngeri. Mana bisa ia yang sempurna bak dewi yunani harus berjodoh dengan pria biasa saja. Itu bukan tipenya.

***

Jangan lupa, like, komentarnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***