Ceklek...
"Sudah ku bilang untuk tidak ikut campur Kek.. Daniel benar-benar lelah dengan segalanya. Daniel tidak menginginkan jabatan apapun di Perusahaan induk! Jadi Daniel mohon biarkan Kak Eno yang melakukannya." ucap Daniel dengan nada yang kekeh sambil terus membawa langkah kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya.
Setelah masuk ke dalam ruangan tersebut, Daniel kemudian meletakkan ponselnya di meja dan menekan tombol pengeras suara.
"Kakek menginginkan yang terbaik untuk mu, tidakkah kau menginginkan segalanya kembali seperti semula?" ucap Saga yang tentu saja langsung menghentikan gerakan tangan Daniel yang melepas jas miliknya saat itu.
"..."
"Semuanya telah berlalu Daniel.. Segala hal yang terjadi di masa lalu bukanlah kesalahan mu. Baik kecelakaan waktu itu maupun dengan Eno, semua telah berlalu." ucap Saga kembali yang lantas membuat Daniel kembali gelisah.
Kalaya yang waktu itu tengah bersembunyi di kolong meja, mendengar perkataan Saga barusan langsung menutup mulutnya dengan rapat.
"Sebuah kecelakaan? Eno? Apa hubungan ketiganya sebenarnya? Dan siapa Eno?" ucap Kalaya dalam hati sambil terus berusaha untuk menguping.
"Kakek jangan mempersulit ku dengan membuka luka lama, aku sama sekali tidak berniat untuk bersaing dengan Kak Eno.. Jadi aku harap Kakek mengerti akan hal itu." ucap Daniel kembali membuka suaranya.
"Tapi Kakek hanya ingin...."
Tut tut tut...
Suara panggilan yang diputus begitu saja oleh Eno, lantas membuat Kalaya mendengus dengan kesal karena tidak bisa kembali menguping pembicaraan keduanya.
Brak...
Suara meja yang dipukul dengan keras oleh Daniel karena kesal saat itu, tentu saja mengejutkan Kalaya hingga membuat kepalanya terbentur meja detik itu juga. Beruntung Kalaya masih bisa mengontrol suaranya jika tidak, mungkin Kalaya sudah tertangkap barusan.
"Sial.. Mengapa Kakek berambisi sekali menarik ku ke Perusahaan induk?" ucap Daniel dengan raut wajah yang kesal.
Daniel yang emosi dan mulai gerah, kemudian memutuskan untuk membawa langkah kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Sepertinya berendam mungkin akan sedikit merelaksasi pikirannya yang sedang berantakan saat ini.
Brak
Kalaya yang mendengar suara pintu tertutup cukup keras, lantas memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya. Diusapnya area dadanya beberapa kali sambil menatap ke arah pintu kamar mandi dengan intens.
"Mengapa semua semakin bertambah rumit? Aku benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya? Benang kusut apa lagi yang harus ku urai kali ini?" ucap Kalaya dengan nada yang lirih, sebelum pada akhirnya memilih untuk berlalu pergi dari sana dan keluar dari ruangan kerja Daniel secepat mungkin.
**
Mansion utama
Di sebuah ruangan kamar yang terletak di mansion utama, terlihat Eno tengah menatap cahaya rembulan sambil menikmati segelas wine di tangannya.
Pikiran Eno kali ini benar-benar melayang membayang setiap hal yang terjadi kepada dirinya selama ini.
"Aku tidak akan membiarkan usaha ku untuk sampai ke titik ini berakhir dengan sia-sia, dia kira keberuntungan akan selalu berpihak kepada seseorang anak yang terlahir dengan sendok emas? Tentu saja tidak! Karena aku sendirilah yang akan mengubah takdir itu." ucap Eno dengan nada yang sinis sambil meneguk wine di gelasnya.
Sampai kemudian sebuah deringan ponsel miliknya, lantas terdengar dan memecah kesunyian malam itu.
"Halo" jawab Eno kali ini dengan raut wayah yang lebih serius.
"Saya menemukan sesuatu Tuan!" ucap Aldi di seberang sana, yang lantas membuat Eno tersenyum dengan simpul.
"Bagus, kita selesaikan segalanya esok." ucap Eno kemudian.
"Tentu, sesuai dengan keinginan anda Tuan..." ucap Aldi sebelum panggilan telpon di akhiri begitu saja oleh Eno.
***
Keesokan paginya di Apartment milik Daniel
Daniel yang saat itu bersiap untuk bekerja, lantas dikejutkan dengan Kalaya yang sudah menunggunya di ruang tengah untuk ikut berangkat ke kantor.
"Apa yang kamu lakukan dengan baju seperti itu?" tanya Daniel dengan raut wajah mengernyit.
"Tentu saja bekerja!" jawab Kalaya dengan santainya.
"Tidak ada, lagi pula kamu belum sembuh total.. Aku tidak mengijinkan mu untuk datang ke Perusahaan." ucap Daniel tidak ingin dibantah.
"Yang benar saja, saya sudah sepenuhnya sehat dan tanpa kurang satu apapun. Bukankah anda akan sangat rugi jika membiarkan saya terus bermalas-malasan di tempat ini kecuali anda memang menginginkan saya untuk memakan gaji buta.. Jika seperti itu saya tidak akan menolaknya!" ucap Kalaya sengaja menekan perkataannya barusan.
"Fandi...." panggil Daniel kemudian dengan malas.
"Semua sudah aman Tuan, tidak ada yang perlu anda khawatirkan. Seperti yang baru saja Nona Kalaya katakan jika ia sepenuhnya telah sembuh." ucap Fandi seakan mengiyakan permintaan Kalaya secara tidak langsung.
"Baiklah asalkan..." ucap Daniel namun terpotong akan tingkah Kalaya yang hendak melarikan diri.
"Tunggu sebentar... Mau kemana kamu?" ucap Daniel dengan manik mata membulat.
"Ya pergi bekerja lah Pak, memangnya kemana lagi?" ucap Kalaya yang langsung berbalik badan ketika pertanyaan tersebut terdengar di telinganya.
"Kamu boleh pergi asalkan ikut dengan ku sekarang!" ucap Daniel sambil menarik kerah baju bagian belakang milik Kalaya agar mulai mengikuti langkah kakinya.
"Tapi Pak.. Pak.. Tunggu sebentar... Pak..." ucap Kalaya berulang kali mencoba untuk menghentikan Daniel yang terus menarik kerah bajunya.
"Pemandangan apa lagi ini?" ucap Fandi yang menyaksikan segala kehebohan yang terjadi pagi ini.
.
.
.
.
.
Beberapa meter dari Perusahaan, Kalaya yang ngotot minta di turunkan sebelum masuk area Perusahaan. Lantas membuat Fandi mau tidak mau menghentikan laju mobilnya sekarang juga.
Dengan langkah kaki yang bergegas Kalaya langsung turun dan menutup pintu mobil sambil memberi sedikit hormat kepada Daniel saat itu.
"Terima kasih banyak atas tumpangannya, saya permisi duluan..." ucap Kalaya sebelum pada akhirnya berlalu pergi, hanya saja suara panggilan Daniel yang cukup keras saat itu lantas menghentikan langkah kakinya dengan seketika.
"Setelah pulang kerja tunggu saya di lobi, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan mu!" ucap Daniel dengan nada suara meninggi sebelum pada akhirnya mobil tersebut melaju meninggalkan Kalaya di sana.
"Apa...apaan dia..." ucap Kalaya mendengus dengan kesal.
Tanpa Kalaya sadari setelah ia melangkahkan kakinya pergi dari sana, sepasang mata seseorang yang menyaksikan setiap kejadian di hadapannya, lantas terdiam mematung di tempatnya.
Antara nyata dan tidak nyata, apa yang terjadi kepada Kalaya dan juga Daniel barusan benar-benar membuatnya terkejut.
"Ba...bagaimana bisa Pak Daniel dan juga Kalaya seakrab itu?" ucapnya dengan manik mata tak percaya melihat kepergian keduanya yang kian menjauh dari sana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments