Bab 15

Beberapa waktu yang lalu

Keadaan perusahaan yang benar-benar kacau, membuat Haris kesulitan mencari donatur untuk menyelamatkan Perusahaannya.

Pikiran Haris benar-benar tidak bisa bekerja dengan baik. Entah apa yang terjadi kepada Perusahaannya, jika ia tidak mampu membalikkan keadaan menjadi lebih stabil lagi.

Langkah kaki Haris terhenti sejenak di sebuah Mansion besar milik seorang pengusaha terkenal di Indonesia. Ini adalah harapan terakhirnya bertemu dengan salah seorang pebisnis ternama, berharap belas kasihan dari mereka untuk mau membantu keadaan Perusahaannya yang tengah kacau balau.

"Bisakah saya bertemu dengan..." ucap Haris ketika melihat seorang Pria berjas mendekat ke arahnya.

"Anda sudah di tunggu sedari tadi oleh Kakek besar, silahkan ikuti langkah kaki saya..." ucap Fahri sambil menunjukkan jalannya.

Dengan langkah kaki yang perlahan Haris terus mengikuti kemanapun Fahri membawanya. Sampai beberapa saat kemudian, langkah kaki keduanya lantas terhenti di sebuah area taman yang terletak di area samping mansion tersebut.

"Silahkan..." ucap Fahri sambil mempersilahkan Haris untuk melanjutkan langkahnya menemui Saga.

Faris yang mendapati hal tersebut hanya mengangguk dengan pelan, kemudian berjalan mendekat ke arah dimana Saga berada.

"Saya minta maaf jika kehadiran saya mengganggu waktu bersantai anda. Kedatangan saya kemari bermaksud untuk..." ucap Haris namun langsung terpotong akan perkataan dari Saga.

"Berapa yang kau butuhkan?" ucap Saga secara langsung, membuat manik mata Haris membulat dengan seketika.

Entah apa maksud dari perkataan Saga sebenarnya, namun yang jelas Haris memiliki perasaan tidak enak akan hal ini.

"Apa anda yakin Tuan? Apa anda benar-benar akan memberikan pertolongan kepada saya?" ucap Haris masih mencoba untuk berpikir positif.

"Tentu saja aku akan membantu mu, asal kau bersedia menjual perusahaan itu untuk ku!" ucap Saga dengan nada datar, yang lantas membuat raut wajah Haris berubah dengan seketika.

"Apa? Bagaimana itu mungkin Tuan? Saya bahkan datang kesini dengan niatan menyelamatkan Perusahaan saya. Bagaimana bisa anda malah menyuruh saya untuk menjualnya kepada anda!" ucap Haris yang tidak tahu lagi harus berkata apa tentang hal ini.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, aku membantu mu tidak percuma.. Jadi aku harap pikirkan baik-baik segalanya. Lagi pula Perusahaan kecil seperti itu, kau masih bisa merintisnya dari awal bukan? Mengapa kau heboh sekali? Benar-benar menggelikan!" ucap Saga acuh tak acuh.

Mendengar perkataan Saga barusan benar-benar membuat Haris marah karenanya. Tangan Haris mengepal erat dengan manik mata tajam bak elang, mengarah tepat ke arah Saga saat itu.

Hanya saja, entah semarah apapun Haris saat ini nyatanya ia tidak bisa melakukan apapun karena semua perkataan Saga adalah benar.

*****

Di sebuah mobil yang dikendarai oleh Fandi saat itu, keheningan nampak terjadi di area sana. Kalaya yang memang mencuri dengar pembicaraan Daniel dan juga Haris sebelumnya, sama sekali tidak tahu harus menempatkan posisinya dimana.

Helaan napas terdengar berhembus kasar dari mulut Kalaya saat itu, membuat kecanggungan semakin terasa di sana.

"Anehnya baru kali ini aku sangat ingin mendengar suara hati seseorang? Apa aku sudah tidak waras?" ucap Kalaya dengan nada suara yang lirih.

"Turun!" ucap Daniel dengan tiba-tiba yang lantas membuat Kalaya mendongak dengan raut wajah yang bingung.

"Apa?" pekik Kalaya dengan tanda tanya besar di kepalanya.

"Ku bilang turun sekarang juga! Apa kau tidak mengerti bahasa manusia?" ucap Daniel dengan ketus, yang tentu saja membuat Kalaya memutar bola matanya dengan jengah.

"Baiklah aku akan turun, lagi pula aku tidak pernah memaksa untuk ikut, bukan? Mengapa anda kasar sekali pada wanita!" ucap Kalaya dengan nada menggerutu membuat ia langsung mendapat tatapan tajam dari Daniel saat ini.

"Kau juga turun Fan! Pastikan dia untuk tidak keluar kamar dalam kondisi yang seperti itu." ucap Daniel sambil menunjuk ke arah perban di kepala Kalaya yang nampak ada noda darah merembes di sana.

"Baik Tuan..." ucap Fandi tanpa banyak bicara dan langsung turun dari sana.

Sedangkan Kalaya yang melihat setiap gerak gerik Fandi dan juga tatapan tajam dari Daniel hanya bisa terdiam tak mengerti.

"Cepat turun dan jangan lakukan hal yang gegabah, masalah Haris biar aku yang mengambil alih. Ini perintah dan bagian dari tugas!" ucap Daniel dengan nada yang datar.

Mendengar hal tersebut membuat Kalaya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi Kalaya turun dari mobil dan mengikuti kepergian Fandi sebelumnya.

***

Area Apartment

Seorang Dokter nampak tengah memberikan pertolongan pada luka Kalaya yang terbuka akibat kejadian sebelumnya.

"Aku sudah memperbaiki jahitannya, jangan melakukan sesuatu yang terlalu berat. Secepatnya aku akan menjadwalkan mu untuk CT-scan dan melihat apakah segalanya dalam keadaan yang baik." ucap Alkan sambil memperbaiki beberapa peralatan miliknya.

"Aku rasa tidak perlu, aku sungguh baik-baik saja." ucap Kalaya dengan nada yang malas.

Entah mengapa semua orang di sekitar Daniel benar-benar terkesan membesar-besarkan masalah. Lagi pula luka yang di timbulkan oleh Doni hanyalah luka goresan biasa dan tidak sampai menimbulkan gegar otak atau semacamnya.

"Bagaimana menurut mu Fan?" ucap Alkan yang seakan tahu jika Fandi akan berpendapat lain.

"Kita lakukan besak, aku yakin Tuan muda akan menyetujuinya." ucap Fandi dengan tegas.

"Bagus"

"Tunggu sebentar, bukankah kalian berdua terlalu berlebihan? Aku hanya terkena pukulan vas bunga, bukan stik golf atau semacamnya." ucap Kalaya dengan nada yang kesal.

"Baiklah kalau begitu, apa kau merasa pusing?" ucap Alkan memberi pertanyaan pada Kalaya dengan tiba-tiba.

"I...ya"

"Apa terkadang kamu mual pasca kamu terbangun dari pingsan atau setelahnya?" tanya Alkan sekali lagi.

"Iya sepertinya tadi pagi aku merasakan hal tersebut." jawab Kalaya lagi sambil mengingat-ingat.

"Baiklah kalau begitu mari kita lakukan tes itu besok!" jawab Alkan sambil bangkit dari posisinya.

"Apa? Tapi.. Aku..." ucap Kalaya tak mengerti.

"Aku akan mengantar mu keluar.." ucap Fandi yang dibalas anggukan kepala oleh Alkan saat itu, dimana Fandi yang terkesan tidak ingin mendengar sanggahan apapun dari Kalaya.

"Baiklah mari" ucap Alkan sebelum mengambil langkah kaki pergi dari tempat tersebut.

"Tunggu sebentar... Apa kalian mendengar ku? Hei..." pekik Kalaya yang kesal melihat kepergian keduanya.

"Benar-benar menyebalkan mereka berdua? Tidak adakah seseorang yang mau mendengar ku?" ucap Kalaya dengan nada yang kesal.

***

Mansion utama

Mobil yang dikendarai oleh Daniel terlihat berhenti di area parkir mansion utama. Manik mata Daniel bahkan memerah menahan rasa amarah yang memuncak di dadanya.

Saga terlalu ikut campur dalam setiap langkah yang ia ambil, membuat Daniel benar-benar kecewa dengan Kakeknya saat ini.

"Hari ini aku akan membuat segalanya jelas!"

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!