Sebuah deringan ponsel milik Kalaya saat itu terdengar begitu jelas. Kalaya yang sibuk menggerutu di depan cermin, lantas terlihat mulai membawa langkah kakinya menuju ke arah sumber suara.
"Halo dengan Kalaya di sini." ucap Kalaya ketika mengetahui panggilan telpon tersebut berasal dari salah satu supplier perusahaannya.
"Saya benar-benar tidak tahu lagi harus mengatakan apa kepada pihak perusahaan. Saya harap mbak Kalaya mengerti jika kami ingin menghentikan kerjasama ini, citra perusahaan yang sudah tidak baik membuat kami sering mendapat keluhan dari beberapa pihak. Belum lagi harga pasokan barang yang kian melambung namun pihak perusahaan sama sekali tidak mau mendengarkan. Saya bermitra untuk memperoleh keuntungan bukan malah membuat saya bangkrut!" ucap sebuah suara diseberang sana, membuat Kalaya mengernyit dengan raut wajah yang bingung.
"Tu...tunggu sebentar apa maksud anda sebenarnya?" ucap Kalaya tidak mengerti.
"Jangan bercanda, bukankah kondisi HA Company saat ini sudah menyebar luas dimana-mana? Mengapa kamu masih bertanya kepada saya!" ucapnya lagi sebelum pada akhirnya memutuskan panggilan telpon tersebut secara sepihak.
"Halo... Halo... Katakan yang lebih jelas lagi... Halo..." ucap Kalaya namun sayangnya panggilan telpon tersebut sudah berakhir begitu saja.
"Masalah apa lagi sekarang?" ucap Kalaya sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut saat ini.
***
Bogor
Butuh waktu beberapa jam berkendara bagi Kalaya untuk bisa sampai ke kota ini.
Setelah mendapat telpon dari pihak supplier yang ingin memutus kontrak kerjasama tanpa alasan yang jelas, Kalaya lantas langsung meluncur sambil mencari tahu apa yang tengah terjadi sebenarnya.
Segala sesuatunya benar-benar gaduh tanpa sepengetahuan Kalaya. Entah bagaimana Haris berhasil menyembunyikannya dari Kalaya, namun yang jelas perkataan Daniel tentang perusahaan yang akan kolaps, nyatanya bukanlah hanya bualan semata.
Bruk..
Suara pintu mobil sewaan yang di tumpangi Kalaya terdengar begitu keras saat itu. Dengan langkah kaki yang perlahan, Kalaya mulai membawa langkah kakinya menuju kediaman seseorang untuk memperjelas segalanya.
"Permisi, apakah Ibu Karimata ada? Saya perwakilan dari HA Company ingin bertemu dengan beliau." ucap Kalaya ketika berpapasan dengan seseorang sat itu.
"Sepertinya tadi dia ada di sana... Coba anda pergi ke ujung bangunan ini, saya yakin anda akan menemukannya." ucap Pria tersebut sambil menunjuk area sudut tempat itu.
"Terima kasih banyak Pak saya permisi..." ucap Kalaya kemudian sebelum pada akhirnya berlalu pergi dari tempat tersebut.
Setelah kepergian Kalaya dari sana, raut wajah Pria itu mendadak berubah menjadi tegang. Pria itu nampak mengambil ponselnya dan terlihat menelpon seseorang di sana.
"Halo..." ucap sebuah suara di seberang sana.
"Gawat Bu, perwakilan dari HA Company ada di sini saat ini dan sekarang dia tengah menuju ke sudut bangunan kita. Apa yang harus saya lakukan?" ucap Pria itu dengan raut wajah yang khawatir.
"Apa kau sudah gila Agus? Harusnya kau berpikir dahulu sebelum bertindak! Jangan kira aku tidak tahu, kau yang mengarahkannya ke tempat ini, kan?" pekik Karimata dengan nada suara yang meninggi.
"Saya benar-benar minta maaf Bu..."
Tut... Tut.....
Sambungan telpon terputus begitu saja, sepertinya Karimata benar-benar kesal akan perbuatan Agus hingga langsung mematikan panggilan telponnya begitu saja.
"Masa bodoh dengan nasib wanita itu, siapa suruh dia begitu serakah dan meraup segala keuntungan sendiri." ucap Agus sambil berjalan dengan santainya menuju ke area dalam bangunan tersebut.
***
Sesuai dengan arahan Pria yang ia temui, Kalaya nampak membawa langkah kakinya kian menuju ke arah sudut bangunan tersebut. Suasananya saat itu benar-benar terlihat sepi dan juga hening, membuat Kalaya yang menyadari akan hal tersebut lantas mulai menelan salivanya dengan kasar.
"Aku mengambil langkah yang benar bukan? Tapi bukankah aku sedang libur saat ini? Mengapa aku jadi mengurusi hal-hal beginian?" gerutu Kalaya namun masih tetap fokus ke arah sudut bangunan.
Disaat setiap kata-kata mutiara keluar dari mulutnya, langkah kaki Kalaya lantas terhenti dengan seketika tepat ketika ia mendengar suara hati seseorang yang tak asing baginya.
"Sial bagaimana bisa dia ada di sini?"
"Tunggu sebentar, bukankah itu suara.... Pak Haris!" pekik Kalaya yang baru menyadari pemilik suara hati tersebut.
Diedarkannya pandangan ke area sekitaran saat itu, Kalaya jelas yakin jika suaranya berada tak jauh dari tempatnya berada.
Sampai kemudian siluet bayangan seorang Pria yang berlari menjauh darinya, lantas membuat Kalaya mulai berteriak dengan keras.
"Pak Haris berhenti.... Pak...." teriak Kalaya yang langsung membuat Haris menoleh sekilas, sebelum pada akhirnya kembali mengambil langkah kaki seribu.
"Sial....." ucap Haris sambil terus berlari.
Kejar-kejaran antara Haris dan juga Kalaya tak lagi terhindarkan. Kalaya yang menyimpan berbagai pertanyaan penting di kepalanya, tentu saja tak ingin menyianyiakan kesempatan yang ada.
Kalaya terus mempercepat langkah kakinya untuk mengejar Haris, membuat Haris bahkan mulai kewalahan menghindari kejaran Kalaya saat itu.
"Pak Haris berhenti... Biarkan saya bertanya sesuatu kepada anda... Pak Haris... Pak....." teriak Kalaya dengan keras.
"Jangan mengejar ku, kau bahkan bukan lagi sekertaris ku.. Pergi sana.... Jangan mengejar ku!" teriak Haris sambil terus berlari tanpa henti.
"Beri saya penjelasan terlebih dahulu Pak! Bukankah Bapak berhutang penjelasan kepada saya? Berhenti Pak..." teriak Kalaya yang tak ingin menyerah.
"Tidak akannnn! Hubungan kita sudah selesai tepat setelah kita tidak lagi bekerja sama....." teriak Haris sambil membelokkan langkah kakinya ke arah kanan dan masuk ke dalam gang.
Kalaya yang mendapati hal tersebut langsung berhenti sejenak di tempatnya. Diusapnya rambutnya dengan kasar, sambil menatap ke arah sekitar dengan napas yang ngos-ngosan.
"Kemana dia pergi? Mengapa cepat sekali larinya!" ucap Kalaya dengan raut wajah yang kesal.
Kalaya yang merasa kehilangan jejak langkah kaki Haris, mulai melipir ke arah kiri secara perlahan dan mundur dengan pelan. Tenaganya benar-benar sudah terkuras habis saat ini, namun nyatanya rasa penasaran dalam dirinya belum terobati sama sekali.
Kalaya mundur dan terus mengambil langkah kaki mundur. Sampai kemudian sebuah tabrakan yang terjadi secara mendadak, membuat Kalaya langsung berbalik badan karena merasa sedikit ngilu akibat tabrakan tersebut.
Bruk...
Aw....
"Pak Haris!" pekik Kalaya yang baru menyadari jika seseorang yang menabraknya adalah Haris.
"Sial!" pekik Haris sambil hendak bangkit dengan segera.
Kalaya yang mengetahui jika Haris hendak kembali kabur, lantas langsung memegang kakinya dengan erat saat itu. Membuat langkah kaki Haris terhenti dengan seketika.
"Lepaskan tangan mu sekarang!" ucap Haris sambil berusaha menarik kakinya.
"Tidak akan sebelum Bapak menjelaskan segalanya!" ucap Kalaya dengan kekeh.
Haris yang mulai jengkel akan sikap Kalaya yang begitu ngotot, lantas mulai berdecak dengan kesal.
"Ku bilang lepaskan sekarang juga!" pekik Haris sambil mengangkat tangannya hendak memukul Kalaya saat itu.
Akh..
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments