Bab 12

"Jangan!" pekik sebuah suara dengan tiba-tiba.

"Sial, sepertinya aku ketahuan..." ucap Kalaya dalam hati sambil berhenti secara mendadak di tempatnya.

Kalaya terdiam dengan raut wajah yang tegang, menunggu ocehan Daniel kembali mengetuk telinganya.

Hanya saja cukup lama Kalaya menunggu, suara bariton yang khas milik Daniel tak kunjung terdengar di telinganya. Hal tersebut tentu saja membuat Kalaya penasaran dan dengan perlahan membuat Kalaya berbalik badan mencoba mencari tahu keberadaan Pria tersebut.

"Apa dia hanya mengigau?" ucap Kalaya dengan raut wajah yang mengernyit.

Kalaya yang penasaran akan apa yang terjadi saat itu, memutuskan untuk mendekat ke arah Daniel yang saat ini tengah tertidur di sofa.

"Apa yang dia lakukan di luar seperti ini? Bukankah ia mengatakan akan pergi tidur di kamar sebelumnya?" ucap Kalaya dengan raut wajah yang bingung menatap Daniel yang tengah tertidur di sofa.

Deru napas naik turun milik Daniel benar-benar terlihat tidak teratur. Keringat dingin bahkan tengah membanjiri dahinya saat ini, membuat Kalaya yang menyadari akan hal itu lantas mengernyit dengan raut wajah yang bertanya-tanya.

"Apa yang sebenarnya dia impikan? Apakah sesuatu yang serius?" ucap Kalaya pada diri sendiri.

Kalaya yang merasa tidak tega melihat Daniel seperti itu, tanpa ia sadari tangannya secara perlahan mulai bergerak naik dan menepuk perlahan pundak Daniel. Entah mendapat dorongan dari mana, namun perasaan tak tega membuat Kalaya ingin memberikan sedikit ketenangan untuk Daniel.

"Aku tidak tahu apa yang membuat mu begitu gelisah seperti ini, tapi aku harap semuanya akan berjalan baik-baik saja..." ucap Kalaya sambil terus mengusap pundak Daniel saat itu.

.

.

.

Keesokan harinya

Fandi yang baru saja tiba di Apartment milik Daniel, lantas menekan kode pass begitu saja.

Dengan langkah kaki yang perlahan, Fandi nampak membawa langkah kakinya masuk ke dalam sambil membawa beberapa bingkisan pesanan milik Daniel semalam.

"Apa...apaan ini?" ucap Fandi yang langsung diam mematung ditempatnya, tepat ketika melihat sebuah pemandangan yang begitu mengejutkan baginya.

Bruk...

Suara tas yang jatuh ke bawah karena Fandi melihat pemandangan yang aneh dan terkesan tiba-tiba, lantas ikut mengejutkan Kalaya dan juga Daniel yang saat itu tanpa sengaja malah tertidur bersama di sofa.

"Suara apa barusan?" ucap Kalaya dengan nada khas orang bangun tidur.

Baik Kalaya maupun Daniel sama-sama terkejut untuk kedua kalinya, disaat baru menyadari akan posisi keduanya saat ini yang tidur bersebelahan.

"Maafkan saya Tuan.. Saya benar-benar telah lancang karena masuk sembarangan!" ucap Fandi yang langsung berbalik badan memunggungi keduanya.

"Ti...tidak... Ini sama sekali tidak seperti yang kamu bayangkan... Ah benar-benar sial!" pekik Kalaya dengan raut wajah yang kesal sambil bangkit dari posisinya.

Kalaya yang terlanjur malu akan kejadian pagi ini, lebih memilih untuk mengambil langkah kaki seribu menuju ke arah kamar. Ditutupnya pintu kamar dengan suara yang cukup keras, membuat seulas senyum terlihat jelas di wajah Daniel saat itu.

Hanya saja perasaan kesal akan tingkah Fandi yang terkesan memergoki keduanya, lantas membuat Daniel melempar bantal sofa dengan keras ke arah Fandi.

Bugh...

Sebuah lemparan bantal sofa tepat mengenai sasarannya, membuat Fandi yang terkena lemparan tersebut lantas langsung berbalik badan dan mengambil bantal tersebut.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, kau pikir kami melakukan apa ha?" pekik Daniel sambil mulai bangkit dari tempatnya dan berjalan menuju ke area meja makan.

Dituangnya air ke dalam gelas berukuran sedang dan langsung meminumnya hingga tandas, membuat Fandi yang melihat hal tersebut lantas langsung menelan salivanya dengan kasar.

"Maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak bermaksud." ucap Fandi sambil sedikit menundukkan tubuhnya.

"Apa kau membawa apa yang aku minta?" tanya Daniel kemudian.

"Tentu saja Tuan."

"Bagus, persiapkan segalanya lima belas menit lagi kita berangkat." ucap Daniel sambil mulai mengambil langkah kaki berlalu pergi dari sana.

***

Sementara itu setelah kepergian Daniel dan juga Fandi ke kantor, Kalaya yang mendapat bingkisan paper bag dari Fandi lantas mulai melihat isinya.

Beberapa pakaian milik desainer ternama lengkap dengan dalamannya, benar-benar membuat mulut Kalaya menganga tak percaya. Entah mengetahui dari mana, namun anehnya semua pemberian Fandi adalah ukurannya.

"Dasar Pria mesum gila!" pekik Kalaya sambil mengangkat dalaman wanita dengan corak warna merah terang tersebut.

****

HA Company

Di ruangannya terlihat Daniel tengah sibuk dengan beberapa dokumen yang masih terlihat menumpuk di sana. Perusahaan cangkang yang hampir runtuh, tentu saja menyisakan berbagai pekerjaan rumah untuk segera di selesaikan oleh Daniel secepatnya.

Daniel mendengus dengan kesal ketika ia mulai lelah dengan berbagai dokumen di mejanya. Sampai kemudian sebuah suara langkah kaki dari pintu masuk saat itu, lantas mulai membuatnya menatap ke arah sumber suara.

"Apa kau menemukan sesuatu yang lebih baik?" ucap Daniel begitu mengetahui jika pemilik langkah kaki tersebut adalah Fandi.

"Perusahaan ini benar-benar kacau Tuan, beberapa supplier bahkan ada yang menelpon akan menghentikan proses pengiriman jika perusahaan tidak bisa melakukan segala hal dengan benar." ucap Fandi sambil menghela napasnya dengan berat.

"Sial! Apa Kakek tengah menjebak ku saat ini? Jika tahu perusahaan ini begitu bobrok, aku tidak akan mau menyanggupi persyaratan itu." ucap Daniel dengan raut wajah yang kesal.

Flashback on

Tepatnya di mansion utama, Daniel yang mendapat panggilan untuk datang bertemu dengan Kakeknya. Lantas terlihat mulai mengetuk pintu sebuah ruangan sebelum benar-benar melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Ditatapnya Saga yang saat itu tengah sibuk bermain piano di ruangan tersebut, membuat raut wajah Daniel lantas mengernyit karenanya.

"Apa Kakek yang melakukannya? Proyek ini bahkan bernilai triliunan, apakah Kakek ingin menghancurkan pekerjaan ku?" ucap Daniel dengan raut wajah yang datar.

"Apa yang bisa kau banggakan dari berada di atas? Lagi pula semua aset milik Kakek akan jatuh ditangan mu juga, tidakkah kau ingin bersenang-senang? Bagaimana jika kau menikah saja? Mungkin itu akan lebih baik daripada terus bekerja tanpa henti." ucap Saga sambil tersenyum simpul dan terus memainkan musiknya.

"Jangan bercanda Kek, aku sama sekali tidak tertarik dengan sebuah kata pernikahan. Jika aku bisa mendapatkan begitu banyak wanita hanya dengan sekali tunjuk, mengapa aku harus terikat dengan satu orang?" ucap Daniel dengan raut wajah congkak.

"Baik jika itu keputusan mu, HA Company! Tunjukan jika kamu mampu dalam bidang ini. Kakek beri kamu waktu paling lambat satu tahun untuk mengembalikan nama HA Company di pasaran. Jika kamu berhasil Kakek tidak akan lagi mengganggu mu termasuk proyek besar yang kau impikan itu. Apa kamu sanggup melakukannya?" ucap Saga dengan raut wajah yang serius.

"Tentu saja" ucap Daniel dengan raut wajah angkuh khas miliknya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!