Criet....
"Aaaaaa" teriak Kalaya dengan spontan begitu seseorang keluar dari arah kamar mandi luar.
Mendengar teriakan tersebut, Daniel yang kebetulan baru selesai mandi tentu saja ikut terkejut karenanya. Namun setelah mengetahui jika itu adalah Kalaya, raut wajah yang semula terkejut milik Daniel perlahan mulai berubah berganti dengan raut wajah yang datar.
"Bisakah kamu diam dan tidak berteriak? Di sini bahkan bukan hutan ataupun pasar!" ucap Daniel sambil memegang telinganya yang saat ini terasa begitu berdenging akibat teriakan dari Kalaya barusan.
"Bagaimana saya tidak terkejut? Anda bahkan keluar dengan bertelanjang dada seperti itu tanpa pemberitahuan! Anda pikir anda seorang model iklan k0nd0m?" pekik Kalaya dengan raut wajah yang kesal.
Kalaya benar-benar tidak tahu jika Daniel juga ada di tempat ini, jika Kalaya tahu Daniel dan dirinya berada di satu atap. Tentu saja Kalaya tidak akan mau menuruti ajakan Fandi sebelumnya.
"Jangan berlebihan, lagi pula aku mengenakan handuk di pinggang ku. Iklan k0nd0m? Jangan bercanda..." ucap Daniel sambil tertawa geli membayangkan perkataan Kalaya barusan.
"Ba...bagaimana kamu bisa mengatakan hal tersebut? Jika tahu anda akan berada di tempat ini juga, aku tidak akan mau untuk pergi ke sini. Sebaiknya aku pulang, jangan mengganggap perusahaan mempunyai hutang padaku. Tepat setelah aku keluar dari Rumah sakit, aku pastikan jika kita telah impas. Jadi aku harap jangan mengganggu ku seperti ini Pak!" ucap Kalaya dengan nada yang kesal, sambil hendak beranjak pergi dari tempat itu.
Daniel yang melihat kepergian Kalaya tentu saja mulai kesal, ia bahkan mulai lelah bermain kejar tangkap tanpa henti sejak pertemuan pertamanya dengan Kalaya.
Daniel yang tak ingin lagi berdebat dengan Kalaya, lantas memutuskan untuk mengejar Kalaya dan langsung menggendongnya ala karung beras.
"Apa yang kamu lakukan ha? Turunkan aku.. Turunkan aku... Anda benar-benar keterlaluan Pak!" pekik Kalaya sambil memukul-mukul punggung Daniel dalam posisi yang terbalik berulang kali.
Daniel yang berhasil membawa Kalaya kembali, lantas meletakkan tubuh Kalaya di sofa ruang tengah saat itu dan menatapnya dengan tajam.
"Diam dan jangan beranjak kemanapun! Jika kamu berani melangkah sekali saja, aku akan bertindak lebih gila lagi, mengerti?" ucap Daniel dengan nada yang tegas, membuat mulut Kalaya tidak lagi bisa berbicara saat itu.
Setelah memberi peringatan kepada Kalaya, dengan langkah kaki yang bergegas Daniel nampak masuk kembali ke dalam kamar dan menutup pintu dengan keras. Hal tersebut bahkan membuat Kalaya terkejut dan menatap tak percaya ke arah pintu kamar tersebut.
"Apa yang sebenarnya terjadi saat ini, akhhh kepala ku... Dasar Pria gila sialan!" pekiknya dengan kesal ketika tak sengaja memegang area yang diperban dengan kuat.
.
.
.
Kalaya menyandarkan kepalanya sejenak di sofa, kepalanya saat ini terasa begitu pusing. Helaan napas terdengar berhembus kasar dari mulutnya, entah bagaimana ia bisa terjebak dengan Daniel secara mendadak. Kalaya sendiri bahkan tidak tahu apa alasannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Jika ini adalah sebuah takdir.. Takdir apa yang membawa ku hingga ke titik ini?" ucap Kalaya pada diri sendiri sambil menatap langit-langit ruang tamu dengan seksama.
"Yang jelas bukan takdir yang baik!" ucap sebuah suara dengan tiba-tiba, yang lantas membuat Kalaya langsung memperbaiki posisinya.
"Apa maksud ucapan anda barusan?" ucap Kalaya yang menatap tajam ke arah Daniel, dimana saat ini ia sudah mengenakan pakaian yang lengkap.
"Entahlah aku sendiri juga bingung menjelaskannya, yang jelas selama masa pemulihan.. Kau harus tetap berada di sini. Tidak ada sanggahan kecuali kau sudah tidak lagi bekerja bersama ku!" ucap Daniel seakan tak ingin dibantah sama sekali.
"Apa...apaan itu, bukankah anda terdengar begitu egois? Saya bahkan hanya seorang Karyawan yang mencari rupiah lewat pekerjaan saya, bagaimana bisa anda mengatakan hal tersebut dengan mudah?" ucap Kalaya menatap tak percaya ke arah Daniel.
"Terserah apa katamu, yang jelas aku sama sekali tidak ingin disalahkan atas hal ini." ucap Daniel dengan datar.
"Bukankah saya sudah bilang, jika saya baik-baik saja? Mengapa anda begitu memaksa agar saya menerima bantuan Bapak? Lagi pula saya juga tidak menyalahkan Bapak, bukan? Ini semua murni kecelakaan, selagi Bapak berhasil menangkap Doni itu berarti masalah telah selesai." ucap Kalaya dengan nada bertanya-tanya seakan tidak mengerti arah dari pembicaraan Daniel saat ini.
Daniel yang mendengar perkataan Kalaya tentu saja langsung terdiam. Entah alasan apalagi yang bisa ia gunakan, tapi yang jelas Daniel ingin membuat Kalaya tetap berada di sisinya.
Rasa bersalah yang menggerogoti hatinya setelah kecelakaan itu terjadi, benar-benar membuatnya begitu terobsesi akan Kalaya, teat setelah mengetahui jika Kalaya adalah korban yang masih hidup dari kecelakaan tersebut.
"Saya sendiri juga heran, mengapa kamu begitu kekeh menolak bantuan dari saya. Lagi pula saya hanya memperlakukan karyawan saya dengan baik. Apa itu sebuah kesalahan?" ucap Daniel masa bodoh.
"Jangan bercanda Pak, pertanyaan anda benar-benar mengundang gelak tawa." ucap Kalaya dengan nada yang lirih.
"Intinya, saya akan tetap memaksa mu untuk tinggal bersama dengan saya sampai luka mu itu dinyatakan sembuh. Apapun alasan mu saya benar-benar tidak ingin mendengarnya, jadi jangan katakan apapun." ucap Daniel dengan nada yang tegas.
"..."
......
Tengah malam
Setelah perundingan alot yang tak menemukan jalan keluar. Pada akhirnya Kalaya mau tidak mau harus mengikuti perkataan dari Daniel. Entah apa yang ada dipikiran atasannya itu, namun yang jelas Kalaya sama sekali tak setuju akan hal ini.
Kalaya membalik badannya ke kanan dan ke kiri berulang kali. Meski ranjang yang tersedia di Apartment tersebut begitu empuk dan nyaman, namun Kalaya tetap saja tidak bisa tidur.
Kalaya bangkit dari tempatnya kemudian menatap ke arah jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul 00.00.
"Huhhh bagaimana aku bisa tidur? Jika aku berada satu atap dengan Pria asing, yang benar saja!" ucap Kalaya dengan nada menggerutu.
Kalaya yang tidak bisa tidur malam itu, memutuskan bangkit dari tempat tidurnya. Dibukanya secara perlahan pintu kamar tersebut dan melangkah keluar menuju ke arah dapur.
"Aku hanya akan pergi minum tidak lebih, seharusnya tak apa bukan?" ucap Kalaya sambil melangkah dengan langkah kaki yang berjinjit.
Kalaya yang yakin jika Daniel tidak akan mendengar langkah kakinya, lantas terus berjalan menuju ke arah dapur dengan perlahan.
Sampai kemudian sebuah suara yang berada tak jauh dari tempatnya berada saat itu, lantas menghentikan langkah kakinya dengan seketika.
"Jangan!"
"Sial, sepertinya aku ketahuan..." ucap Kalaya yang langsung berhenti di tempatnya saat itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments