Bab 9

Doni yang melihat sebuah Vas bunga keramik dengan tinggi sekitar 1 meter berada tak jauh dari tempatnya, lantas mulai mengambil vas tersebut dengan senyuman iblis miliknya.

Doni bahkan kini sudah bersiap untuk akting dan berbohong, seolah-olah Kalaya lah yang melakukan semua ini.

Dengan langkah kakinya yang lebar, Doni mulai mengangkat vas tersebut tinggi-tinggi dan bersiap memukul Daniel dengan keras.

"Awas!" teriak Kalaya dengan tiba-tiba yang tentu saja langsung mengejutkan Daniel saat itu.

Melihat Doni mengambil ancang-ancang, dengan gerakan yang cepat Kalaya menarik tubuh Daniel sekuat tenaga. Posisi kaki Kalaya yang terkilir saat itu, membuatnya tidak bisa bergerak dengan bebas dan malah berakhir menjadi sasaran menggantikan Daniel menerima pukulan Doni saat itu.

Bugh... Pyar....

Vas keramik tersebut berhasil mengenai kepala Kalaya dan pecah begitu saja. Suara dengungan di telinganya bahkan terdengar begitu keras disertai dengan pandangan yang mulai mengabur.

Dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, Kalaya mendengar suara teriakan Daniel dan pecahan vas yang berhamburan, sebelum pada akhirnya ia benar-benar pingsan saat itu.

Bruk...

"Kau.. Pria b3rengsek!" pekik Daniel dengan nada suara yang meninggi.

"Tuan muda" ucap Fandi yang terlihat datang dengan bergegas begitu mendengar suara gaduh di area lorong.

Doni benar-benar tidak menyangka jika Kalaya akan menggantikan Daniel seperti ini. Doni yang tidak tahu harus berbuat apa, lantas memutuskan untuk melarikan diri dari tempat tersebut.

"Kejar Pria itu dan pastikan jika ia mendapat hukuman yang setimpal!" pekik Danie dengan suara yang keras.

"Baik Tuan" ucap Fandi sebelum pada akhirnya bergerak pergi menyusul Doni.

"Apa kamu baik-baik saja? Kalaya jawab saya.." ucap Daniel sambil beberapa kali menggoyang bahu Kalaya.

Daniel yang melihat tidak ada respon dari Kalaya saat itu, lantas membuatnya memutuskan untuk membawa Kalaya ke Rumah sakit.

Dengan gerakan yang cepat Daniel menggendong tubuh Kalaya ala bridal style dan beranjak pergi dari sana.

**

Rumah sakit

"Bagaimana keadaannya?" ucap Daniel dengan raut wajah yang khawatir.

"Kita bersyukur karena luka yang di timbulkan akibat pukulan itu tidaklah dalam. Hanya saja ada beberapa cedera yang mungkin terjadi setelahnya. Jika boleh saya tahu, apakah pasien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan hebat? Saya khawatir cidera kali ini ada hubungannya dengan kecelakaan tersebut." ucap Dokter dengan nametag Alkan di dadanya.

Mendengar hal tersebut Daniel nampak terdiam sejenak. Bayangan bagaimana kecelakaan tersebut terjadi benar-benar tengah berputar di kepalanya saat ini.

"Permisi.. Apa anda mendengar penjelasan saya?" ucap Alkan karena tak mendengar jawaban apapun dari Daniel barusan.

"Ah maafkan saya, lalu apa sebaiknya yang harus kita lakukan? Apa itu semua memperburuk kondisinya?" ucap Daniel pada akhirnya.

"Saya rasa untuk saat ini pasien hanya mengalami cedera ringan di bagian kepalanya, tapi kita akan lihat bagaimana perkembangan kondisinya ke depan. Jika ada sesuatu hal buruk yang terjadi kami akan segera mengambil tindakan lanjutan untuk pasien." ucap Alkan kembali.

"Baik saya mengerti." ucap Daniel sebelum pada akhirnya Alkan berlalu pergi dari hadapannya.

Setelah mengetahui tentang kondisi Kalaya saat itu, entah mengapa perasaan bersalah kembali menyeruak memenuhi hatinya. Dengan langkah kaki yang perlahan, Daniel nampak masuk ke dalam ruangan perawatan Kalaya saat itu.

Kriett...

Langkah kaki Daniel terhenti seketika tak kala melihat Kalaya sudah duduk dalam posisi bersandar di atas tempat tidur.

"Kamu sudah bangun? Bagaimana kondisi mu? Bagian mana yang sakit?" ucap Daniel sambil bergegas mendekat ke arah Kalaya.

Kalaya terdiam sejenak, entah apa yang tengah dilakukan oleh Daniel saat ini. Namun yang pasti, Kalaya tidak bisa membaca pikirannya sedikit pun.

Kalaya menepis tangan Daniel saat itu, membuat Daniel terdiam di tempatnya.

"Saya rasa ekspresi raut wajah anda terlalu berlebihan. Saya bahkan hanya sekertaris biasa bukan siapa-siapa anda, jadi jangan membuat orang lain merasa aneh dengan respon anda terhadap saya." ucap Kalaya dengan raut wajah yang datar, membuat Daniel langsung tersadar dari perasaan yang menyelimutinya sedari tadi.

"Sebagai seorang atasan saya berhak untuk melakukan apapun kepada karyawan saya, lagi pula saya tidak ingin dituntut untuk masalah ini." ucap Daniel yang dengan cepat bisa merubah ekspresinya menjadi dingin.

"Cih, saya bahkan tidak berharap lebih dari ini. Saya jelas tahu bagaimana perusahaan akan memberikan kompensasi bagi karyawannya yang mengalami kecelakaan kerja. Jika perusahaan mampu adil dalam mengatasi hal ini, lalu untuk apalagi saya menuntut? Bukankah perkataan anda terdengar sangat lucu?" ucap Kalaya sambil mencoba bangkit dari ranjang pasien dan melepas selang infus di tangannya.

"Mau kemana kamu? Bukankah kamu seharusnya beristirahat sekarang?" ucap Daniel yang seakan bingung dengan tingkah Kalaya saat ini.

"Saya baik-baik saja, saya akan menjalani perawatan di rumah. Lagi pula ruang perawatan VIP seperti ini, sangatlah tidak cocok bagi karyawan rendahan seperti saya." ucap Kalaya sambil mulai mengambil langkah kaki berlalu pergi dari hadapan Daniel.

"Tapi seharusnya.." ucap Daniel namun langsung terpotong.

Pijakan Kalaya yang mendadak berputar, membuatnya sedikit condong dan mencoba mencari pegangan saat itu. Beruntung Daniel sigap dan langsung menopang tubuhnya, sehingga Kalaya tidak sampai jatuh ke bawah.

"Sudah ku bilang untuk beristirahat terlebih dahulu? Mengapa kau keras kepala sekali?" ucap Daniel yang tak suka dengan sikap Kalaya saat ini.

"Saya hanya tidak terbiasa dengan ini, saya... Apa yang anda lakukan, lepaskan saya! Lepaskan saya..." ucap Kalaya yang terkejut dengan gerakan Daniel yang tiba-tiba menggendongnya ala bridal style.

"Jika kamu tidak bisa diam aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi untuk menghentikan mu... Jadi aku harap kamu tidak memancing ku!" ucap Daniel sambil meletakkan tubuh Kalaya di atas brankar pasien.

"Ini sudah berlebih Pak, saya rasa sudah cukup dan anda tidak perlu lagi mengasihani saya..." ucap Kalaya kembali seakan ia tak ingin berurusan lagi dengan Daniel untuk saat ini.

"Minum obatnya sekarang, saya benci drama.. Dan mari lakukan semuanya dengan benar." ucap Daniel sambil menyodorkan beberapa obat ke arah Kalaya saat itu.

"Pak saya mohon mengertilah, anda sudah melewati batasan anda.. Tidak bisakah anda hanya membiarkan saya saja untuk pergi? Saya benar-benar..." ucap Kalaya namun kembali terhenti dengan tindakan Daniel yang begitu impulsif.

Entah mendapat dorongan dari mana Daniel mendadak mencium bibir Kalaya yang sedang berusaha melakukan protes kepadanya. Tubuh Kalaya mendadak kaku, ketika bibir miliknya bertaut dengan bibir lembut nan kenyal milik Daniel saat itu.

"Apa yang sebenarnya sedang Pria ini lakukan sekarang?" ucap Kalaya dalam hati bertanya-tanya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!