Kalaya benar-benar merasa tak enak kepada Sena, ketika ia harus mengatakan jika baik Daniel maupun perusahaan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi permasalahannya..
Dengan langkah kaki perlahan Kalaya nampak membawa langkah kakinya keluar dari area lift. Diarahkannya rambut ke area belakang seakan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri saat itu.
"Apa itu?" ucap Kalaya yang terkejut ketika di ujung lorong seseorang nampak berdiri tak jauh dari tempatnya berada.
"Tidak mungkin ini hanya halusinasi ku saja bukan? Aku yakin itu bukanlah hantu atau sejenisnya." ucap Kalaya lagi ketika ia mendapati sosok tersebut memiliki bayangan yang tersorot tepat di bawah lampu.
Kalaya yang antara yakin dan tidak yakin dengan sosok dihadapannya, lantas terkejut ketika ia mengenali dengan benar suara hati seseorang di hadapannya saat ini.
Aku akan menyingkirkannya malam ini juga, selagi dia masih ada.. Aku yakin segalanya tidak akan berjalan dengan lancar!
"Doni! Sial..." ucap Kalaya dengan nada yang kesal.
Kalaya yang seakan tahu jika ia dalam bahaya, langsung berbalik arah dan mengambil langkah kaki seribu. Seseorang dihadapannya kali ini, mungkin sangatlah marah kepadanya. Kalaya tidak hanya sekali merusak rencana Doni, hal tersebut lah yang membuat Doni berbalik mengejarnya saat ini.
Kalaya berlari dan terus berlari mencari tempat teraman untuk bersembunyi dari kejaran Doni.
Jantung Kalaya benar-benar dipompa dengan cepat, langkah kakinya terasa semakin melemah tak kalah ia yang sudah kehabisan tenaga karena berlarian sedari tadi untuk kabur menghindari Doni.
Cletak... Bruk...
Tubuh Kalaya jatuh dan membentur lantai cukup keras saat itu, tepat ketika hak sepatu hells miliknya patah dan membuat kakinya terkilir.
Tidak ada jalan lagi bagi Kalaya untuk melarikan diri, kakinya bahkan terasa begitu ngilu saat ini. Sungguh tidak mungkin baginya untuk kembali berlari dan menghindari segalanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Kalaya dalam hati disertai dengan keringat yang membanjiri dahinya.
"Mau lari kemana kamu? Aku sudah benar-benar muak dengan mu!" ucap Doni yang terlihat tersenyum ketika mendapati jika Kalaya jatuh barusan.
"Apa yang akan kamu lakukan ha? Jangan berani-berani mendekat! Atau aku akan..." ucap Kalaya namun terpotong dengan perkataan Doni.
"Akan apa? Apa kau akan berteriak? Teriak lah kalau begitu... Lagi pula di gedung ini hanya ada aku dan juga kamu!" ucap Doni yang mengambil posisi berjongkok di hadapannya.
"Apa ini sangat sakit?" ucap Doni sambil menekan area kaki Kalaya yang terkilir.
"Akhh lepaskan, dasar pria b3rengsek!" pekik Kalaya sambil melempar hells miliknya tepat di area kepala Doni saat itu.
Pletak...
"Akh.... Beraninya kau wanita pembawa sial..." teriak Doni dengan kesal ketika mendapati jika bekas lemparan hells Kalaya mengeluarkan darah.
Doni yang kesal akan sikap Kalaya, lantas mengangkat tangannya dan bersiap menampar Kalaya saat itu. Namun belum sempat pukulan tersebut mendarat, tangan milik Doni terhenti di awang-awang.
"Jangan gunakan tangan kotor mu di kantor ku karena aku tidak menyukainya!" pekik sebuah suara yang lantas membuat Doni terkejut karenanya.
"Pak Daniel.. Bagaimana anda bisa?" ucap Doni dengan raut wajah yang terkejut.
"Sudah ku katakan untuk tidak bertindak ceroboh! Apa perkataan Fandi tadi sore tidak bisa kau cerna dengan baik ha?" pekik Daniel sambil menghempaskan tangan Doni begitu saja.
***
Flashback on
Fandi yang baru saja mendapatkan perintah untuk menyelidiki seseorang, lantas terlihat melangkahkan kakinya dengan bergegas mendekat ke arah dimana Daniel berada.
"Apa lau sudah menemukan informasinya?" tanya Daniel kemudian yang seakan tahu kedatangan Fandi barusan.
"Tentu Tuan, siapa yang tidak mengenal sosok Doni. Beberapa tahun belakangan ini bahkan ia sering sekali bergonta-ganti sekertaris dan Sena adalah yang terbaru dari beberapa orang yang memutuskan untuk berhenti bekerja bersama dengannya. Pelecehan yang dilakukan oleh Doni bukanlah hal yang sepele Tuan, beberapa mantan sekretarisnya bahkan ada yang mengatakan jika mereka dipaksa melayani Doni dengan berbagai ancaman. Doni tidak hanya menggunakan kelemahan mereka bahkan juga keluarga mereka, sehingga tidak ada yang berani untuk menolak keinginannya." ucap Fandi memberikan laporannya.
"Cih sampah tak berguna, aku tidak ingin lagi melihatnya berada di kantor ini. Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" ucap Daniel dengan tatapan yang jijik.
"Tapi Tuan, jika kita melakukan pemecatan kepada Doni saat ini juga. Beberapa proyek yang ditanganinya akan terkendala dan mengalami jeda hingga atasan yang baru datang dan menggantikannya. Apakah anda baik-baik saja dengan itu?" ucap Fandi dengan raut wajah yang khawatir.
Mendengar hal tersebut Daniel terdiam sejenak, jari-jari tangannya nampak bermain sebentar dan mengetuk-ketukan beberapa kali di meja.
"Beri dia peringatan dan awasi setiap gerak-geriknya, jika ia kembali membuat masalah aku harap tidak ada lagi pertimbangan!" ucap Daniel pada akhirnya.
"Tentu saja Tuan..."
Flashback off
***
"Bukankah aku sudah memberi peringatan kepadamu untuk jangan berbuat ulah? Lalu apa yang kau lakukan ha?" ucap Daniel dengan nada yang terdengar begitu kesal.
Doni benar-benar tersudut saat ini, ia bahkan tidak lagi bisa mengelak akan apa yang baru saja ia perbuat.
Pikirannya benar-benar kacau dan dipenuhi segala hal yang akan terjadi kepadanya. Ia jelas tahu bagaiman karakter Daniel dan bisa dipastikan ia tidak akan selamat setelah ini, mengingat apa yang diperbuatnya mungkin saja telah fatal.
Hanya saja bukankah Daniel adalah orang baru di tempat ini? Bukankah seharusnya Doni lebih berkuasa?
Tentu saja tidak, status dan jabatan keduanya bahkan jauh berbeda. Meski Doni lebih lama bekerja di perusahaan ini, namun tepat setelah Daniel bergabung segalanya tentu telah berubah, bukan?
Doni yang tahu semuanya akan berakhir, lantas mulai memutar otaknya. Tak ada jalan lain baginya untuk kabur saat ini. Bukankah segalanya sudah lebih buruk? Jadi jika ia kabur sekalipun masalah tidak akan pernah selesai.
Daniel yang melihat Doni diam, lantas mulai berbalik arah dan berjalan mendekat ke arah dimana Kalaya berada.
"Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya kakimu terkilir, biar aku membantu mu untuk bangun." ucap Daniel sambil memegang tangan Kalaya dengan erat saat itu.
"Sial! Jika seperti ini aku pasti akan berakhir di penjara.. Setidaknya jika aku membuat CEO sialan itu mati, mungkin ceritanya akan berbeda. Ada Kalaya yang bisa ku jadikan kambing hitam."
Mendengar suara hati tersebut lantas membuat Kalaya mulai panik, entah apa yang akan diperbuat oleh Doni tapi yang jelas hal itu bukanlah sesuatu yang baik.
"Apa kamu baik-baik saja? Halo..." ucap Daniel karena Kalaya tak kunjung menanggapinya.
"Awas!" teriak Kalaya dengan tiba-tiba yang tentu saja mengejutkan Daniel saat itu.
Bruk...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments