Kalaya yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, terlihat melangkah dengan langkah kaki yang lesu.
"Hari ini benar-benar melelahkan..." ucap Kalaya pada diri sendiri.
Kalaya menarik napasnya dalam-dalam sambil membawa langkah kakinya keluar dari area gedung perkantoran tersebut.
Tolong aku... Siapapun ku mohon...
Kalaya menghentikan langkah kakinya sejenak, ketika mendengar suara hati seseorang tak jauh dari tempatnya berada. Ditatapnya area sekitar kantor yang terlihat begitu sepi kala itu.
Sampai kemudian ingatannya tertuju kepada seseorang yang mungkin saja saat ini sedang dalam bahaya.
"Sena" ucapnya dalam hati.
Kalaya yang yakin jika itu adalah suara hati milik Sena, lantas membuatnya melipir ke arah kiri menuju ke area parkiran.
Entah mendapat bisikan darimana, namun Kalaya yakin jika Sena saat ini sedang berada di area parkiran.
"Sena kamu dimana?" ucap Kalaya sambil mengedarkan pandangannya ke area sekitar.
Tak tak tak....
Suara langkah kaki yang begitu cepat terdengar nyaring di telinganya, membuat Kalaya mulai mengedarkan pandangannya sambil mengikuti suara langkah kaki tersebut.
Kalaya terus berlari dan berlari mengikuti suara langkah kaki tersebut dan berharap jika Sena baik-baik saja.
Sampai kemudian pandangannya terhenti ketika ia melihat siluet hitam bayangan seseorang yang tak jauh dari tempatnya berada.
"Aaaa...." pekik Sena dengan tiba-tiba ketika mendapati sebuah tangan menempel tepat di area pundaknya.
"Hei hei ini aku Kalaya, apa kamu baik-baik saja?" ucap Kalaya yang terkejut ketika mendengar teriakan dari Sena, padahal tepukan di pundak Sena berasal dari dirinya.
"Aya... Aku kira kamu siapa tadi, aku benar-benar takut..." ucap Sena sambil memeluk tubuh Kalaya dengan spontan.
Kalaya benar-benar tahu jika gadis dihadapannya ini tengah ketakutan, membuat Kalaya hanya bisa berusaha menenangkannya sambil menepuk pundak Sena secara perlahan.
"Tenanglah.. Tidak ada yang terjadi... Semua baik-baik saja." ucap Kalaya dengan nada yang lembut.
***
Sementara itu tak jauh dari tempat dimana Kalaya dan Sena berada, terlihat Pria yang sama dengan waktu itu tengah berdiri menatap ke arah keduanya dengan kesal.
Lagi dan lagi Kalaya menghalangi niatnya, ia bahkan sudah cukup bersabar dalam menunggu untuk sampai ke titik ini. Namun entah datang dari mana, Kalaya selalu saja berhasil menghalangi segalanya.
"Sialan! Mengapa perempuan itu selalu saja ikut campur!" ucap Doni dengan raut wajah yang kesal sambil terus menatap ke arah keduanya.
***
Supermarket
"Apa kamu yakin baik-baik saja?" ucap Kalaya sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Sena saat itu.
"Terima kasih" ucap Sena sebelum menegak air mineral pemberian dari Kalaya barusan.
"Bukankah sudah ku bilang untuk lebih berhati-hati? Akhir-akhir ini aku bahkan selalu melihat mu bekerja lembur, apakah dia mempersulit mu?" ucap Kalaya dengan raut wajah yang tidak tega.
"Entah apa memang disengaja atau tidak tapi pak Doni selalu menyuruh ku lagi dan lagi dan membuat ku terus bekerja lembur. Aku bahkan sudah berusaha untuk menyelesaikannya lebih awal, namun dia selalu saja memberikan ku pekerjaan baru secara terus menerus." ucap Sena dengan raut wajah yang sendu.
"Apa kamu sudah memberitahu yang lain tentang hal ini?" tanya Kalaya lagi.
"Jangan bercanda, di era seperti ini begitu sulit mencari pekerjaan. Jika aku memberitahu yang lain tentang masalah ini, aku yakin pak Doni akan semakin mempersulit ku." ucap Sena yang lantas membuat Kalaya terdiam karenanya.
Tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya hingga beberapa menit ke depan. Baik Kalaya maupun Sena sama-sama tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Kalaya nampak bangkit dari tempat duduknya kemudian menatap ke arah Sena dengan tatapan yang lekat.
"Aku memang tidak bisa membantu banyak, tapi aku akan coba berbicara dengan CEO baru kita. Aku rasa dia bukan orang yang kolot apalagi cabul..." ucap Kalaya seakan mencoba untuk memecah suasana.
"Terima kasih banyak Aya...." ucap Sena yang tidak tahu lagi harus berkata apa untuk membalas kebaikan Kalaya kepadanya.
"Tentu saja, tak perlu sungkan..." jawab Kalaya sambil tersenyum cerah.
***
Keesokan harinya
Kalaya yang memutuskan untuk memberitahu Daniel tentang masalah Sena, terlihat menarik napasnya dalam-dalam tepat di depan pintu ruangan CEO.
Diketuknya pintu ruangan tersebut dengan pelan. Sampai kemudian sebuah suara seseorang dari dalam, lantas membuat langkah kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Em..." ucap Kalaya sedikit ragu untuk mengatakannya, membuat Daniel yang mendengar hal tersebut lantas mengernyit dengan raut wajah yang bingung.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?" ucap Daniel namun masih tetap fokus menatap ke arah dokumen di mejanya.
"Tentu saja, kedatangan saya kali ini bermaksud untuk memberi tahu anda tentang tindak pelecehan di kantor yang dilakukan oleh pak Doni." ucap Kalaya pada akhirnya.
Mendengar hal tersebut lantas membuat Daniel bangkit dari tempat duduknya, dengan tatapan yang datar ia terus membawa langkah kakinya mendekat ke arah Kalaya saat itu.
"Apa yang kamu katakan barusan? Apakah kamu ada bukti? Bisakah kamu membuktikan jika hal tersebut bukan atas dasar saling suka?" ucap Daniel sambil mengambil posisi bersendekap dada.
"Aku.... Aku... Tidak tahu..." ucap Kalaya yang baru menyadari kebodohannya.
"Jika seperti itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu tahu bukan? Di dunia ini banyak sekali tipu muslihat? Jika kita tidak berpegang pada bukti maka orang lain akan dengan mudah membalikkan keadaan." ucap Daniel sambil menghembuskan napasnya berat.
"Apa itu artinya anda tidak percaya kepada saya?" ucap Kalaya yang seakan tidak suka dengan perkataan Daniel barusan.
"Aku tidak pernah merasa mengatakan hal itu, lagi pula negara kita adalah negara hukum. Semua ada aturan dan juga tatanannya, aku harap kamu mengerti apa yang aku maksud Kalaya." ucap Daniel sambil mulai membawa langkah kakinya kembali pada mursi kebesarannya.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian, selagi kamu tidak mempunyai buktinya maka tidak ada yang bisa aku lakukan. Sebaiknya kamu kembali bekerja, aku rasa itu lebih baik." ucap Daniel yang lantas membuat Kalaya berlalu pergi begitu saja dari ruangan tersebut.
***
Malam harinya
Jantung Kalaya benar-benar dipompa dengan cepat, langkah kakinya terasa semakin melemah tak kalah ia yang sudah berlarian sedari tadi untuk kabur menghindari seseorang.
Cletak... Bruk...
Tubuh Kalaya jatuh dan membentur lantai saat itu, tepat ketika hak sepatu hells miliknya patah dan membuat kakinya terkilir.
Tidak ada jalan lagi bagi Kalaya untuk melarikan diri, kakinya bahkan terasa begitu ngilu saat ini. Sungguh tidak mungkin baginya untuk kembali berlari dan menghindari segalanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Kalaya dalam hati disertai dengan keringat yang membanjiri dahinya.
"Mau lari kemana kamu?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments