Bab 6

Fandi yang saat itu tak mendengar seruan masuk di dalam ruangan CEO, lantas memutuskan untuk masuk ke dalam.

Helaan napas terdengar berhembus kasar ketika mendapati Daniel tengah tertidur di kursi kebesarannya saat itu.

"Sepertinya Tuan kelelahan, aku akan memberinya waktu istirahat sebentar sebelum pulang." ucap Fandi sambil berbalik badan hendak berlalu pergi dari sana.

Hanya saja sebelum Fandi sempat melangkahkan kakinya keluar dari sana, sebuah teriakan yang berasal dari Daniel lantas mengejutkan dirinya.

"Tidak..."

"Tuan...."

.

.

.

.

Fandi terlihat meletakkan secangkir air putih tepat di hadapan Daniel, membuat Daniel yang melihat hal tersebut lantas meminumnya hingga tandas.

"Apakah anda baik-baik saja Tuan? Mau saya panggilkan dokter untuk anda?" ucap Fandi yang melihat Daniel berkeringat dingin.

"Tak perlu, lagi pula ini bukan pertama kalinya bukan?" ucap Daniel sambil menyandarkan tubuhnya seakan hendak mengistirahatkannya sejenak.

"Apa ada yang mengganggu anda Tuan?" tanya Fandi kemudian dengan ragu.

"Setelah bertahun-tahun lamanya aku berhasil bangkit dari rasa bersalah dan juga penyesalan yang mengakar dalam diriku. Ketika rasa itu mulai kembali goyah ketika kedatangan seseorang, apakah menurut mu aku akan kembali ke dasar jurang yang sama setelah bertahun-tahun berlalu?" ucap Daniel dengan tarikan napas yang berat menyertai setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Apa ini tentang keterkaitan Kalaya dengan kecelakaan beberapa tahun yang lalu Tuan?" ucap Fandi mulai menebak arah pembicaraan Daniel saat ini.

"Entahlah, aku bahkan tidak terlalu yakin akan hal itu." ucap Daniel sambil menatap ke arah kaca jendela yang terletak di belakang meja kerjanya.

".."

"Apa Papa tiba malam ini?" ucap Daniel kemudian, yang lantas membuat Fandi mengernyit begitu mendengarnya.

"Jika menurut agenda yang saya terima, seharusnya sesuai dengan perkataan anda." ucap Fandi sambil mengingat-ingat.

"Baiklah kalau begitu..."

***

Malam harinya di Mansion utama

Mobil yang dikendarai oleh Daniel terlihat terparkir di halaman depan Mansion keluarga Derren.

Tanpa ingin membuang waktunya lebih lama lagi, Daniel yang penasaran akan sesuatu hal mulai membawa langkah kakinya masuk ke dalam area Mansion saat itu.

Cklek....

"Selamat datang Tuan muda" ucap Arthur pria dengan kisaran usia 40 tahunan yang bekerja sebagai kepala pelayan di Mansion utama.

"Apa Papa sudah datang?" tanya Daniel sambil terus membawa langkah kakinya masuk ke dalam.

"Tuan ada di ruangan kerjanya, apa perlu saya sampaikan jika anda datang berkunjung?" ucap Arthur dengan nada yang rendah.

"Tidak perlu aku akan langsung menemuinya." ucap Daniel sambil bergegas meninggalkan Arthur di ruang tengah saat itu.

Daniel yang sudah mengetahui keberadaan Aksa, lantas memutuskan untuk membawa langkah kakinya menuju ke ruang kerja Aksa.

Diketuknya pintu ruangan tersebut selama beberapa kali, sebelum pada akhirnya Daniel masuk ke dalam dan membawa langkah kakinya semakin dekat ke arah meja kerja milik Aksa.

"Tumben kamu datang, apakah ada sesuatu?" tanya Aksa yang melihat kedatangan putranya.

"Apakah ada korban jiwa yang selamat ketika kecelakaan yang terjadi beberapa tahun lalu?" ucap Daniel langsung pada intinya, membuat Aksa lantas mengernyit dengan raut wajah yang bingung mendengar pertanyaan tersebut.

"Ada apa dengan mu? Pertanyaan macam apa itu? Lagi pula bukankah Papa sudah mengatakannya berulangkali jika semua korban telah dinyatakan meninggal malam itu. Mengapa kamu malah kembali membuka luka lama yang sudah mengering?"ucap Aksa yang seakan tidak suka akan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Daniel padanya.

"Cih.. Benarkah? Aku bahkan tidak sepenuhnya yakin dengan Papa, Papa kira aku bocah 20 tahun yang masih bisa Papa tipu jika semuanya baik-baik saja." ucap Daniel dengan tatapan yang tajam.

"Ada apa dengan mu sebenarnya?" ucap Aksa dengan raut wajah yang terkejut.

"Sudahlah, berbicara dengan Papa sama sekali tidak ada gunanya." ucap Daniel dengan nada yang ketus.

Setelah mengatakan hal demikian, Daniel nampak mulai membawa langkah kakinya pergi dari ruangan Aksa. Aksa memijat pelipisnya dengan pelan, kedatangan Daniel yang tiba-tiba dengan segala pertanyaan dadakan kepadanya, membuat kepala Aksa pusing karenanya.

Aksa mendial sebuah nomor di ponselnya kemudian mengambil duduk dengan kasar di sofa.

"Halo..." ucap sebuah suara diseberang sana.

"Cari tahu bagaimana kabar gadis kecil itu, bawakan padaku secepatnya!" ucap Aksa dengan nada yang terdengar begitu datar.

"Tentu saja tuan besar." ucap seseorang itu sebelum pada akhirnya Aksa memutus sambungan telponnya begitu saja.

***

Daniel yang kesal akan sikap Aksa yeng terus menutupinya hingga akhir, memilih untuk berlalu pergi dari kediamannya. Hanya saja disaat langkah kakinya mencapai area pintu utama, sebuah suara lembut terdengar jelas di telinganya dan membuat langkah kakinya terhenti saat itu.

"Kamu mau kemana? Apakah kamu tidak ingin menyapa Mama terlebih dahulu?" ucap sebuah suara yang berasal dari Vallen.

"Maaf Ma, tapi Daniel harus pergi.. Aku rasa mungkin lain kali aku akan datang dan menyapa Mama dengan baik." ucap Daniel dengan raut wajah yang ditekuk, ekspresi wajahnya bahkan sama sekali tidak bisa ia sembunyikan.

"Ada apa? Apa kamu dan Papa bertengkar? Biar Mama yang bicara kepada Papa, tidak ingin kah kamu tinggal di rumah sebentar dan menemani Mama?" ucap Vallen sambil mengusap pundak Daniel dengan lembut.

"Aku rasa ini bukan hanya tentang sebuah bujukan semata, Mama tidak perlu khawatir.. Aku akan menenangkan diriku terlebih dahulu, ketika semua sudah dipastikan aku akan datang kembali ke sini." ucap Daniel sambil mengecup lembut pipi Vallen saat itu, sebelum pada akhirnya berlalu pergi meninggalkan Vallen di sana.

Tatapan Vallen nampak terlihat sendu, hubungan keluarganya benar-benar terasa begitu dingin tepat setelah kecelakaan itu terjadi.

Vallen mengusap air matanya yang merembes begitu saja ketika melihat kepergian Daniel barusan.

"Sampai kapan ini berakhir? Daniel dan Aksa keduanya sama-sama keras kepala, tidak bisakah keduanya menyelesaikan segala sesuatunya dengan kepala dingin?" ucap Vallen pada diri sendiri sambil terus menatap mobil milik Daniel, yang saat ini tak lagi nampak di pelupuk matanya.

***

Area kantor

Malam itu, Sena yang harus kembali lembur lantas terlihat melangkahkan kakinya keluar dari area lift hendak menuju ke arah dimana mobilnya terparkir.

Malam ini benar-benar hari yang melelahkan baginya.

Tak tak tak

Keadaan yang begitu sunyi dan sepi membuat bulu kuduk Sena mendadak mulai meremang. Ia jelas mendengar suara langkah kaki pelan yang sedari tadi mengikutinya. Namun sebisa mungkin Sena tapis dan terus melangkah dengan cepat menuju ke arah mobilnya.

Tak tak tak...

Melihat langkah kaki Sena kian dipercepat, suara tersebut ikut terdengar cepat seiring langkah kaki Sena melangkah. Hal tersebut membuat Sena semakin panik dan ketakutan jika ada seseorang yang hendak mencelakakannya malam ini.

"Aaaaa"

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!