"Siapa yang berbeda?" ucap sebuah suara yang lantas mengejutkan Kalaya saat itu.
Mendengar suara asing menyapa telinganya, lantas membuat Kalaya mulai memutar tubuhnya dan langsung menatap ke arah sumber suara.
Seorang pemuda dengan pakaian setelan jas rapi, nampak berdiri di belakangnya dengan tatapan lurus ke arahnya saat itu. Kalanya mengernyit dengan raut wajah yang bingung, karena ia yakin Kalaya belum pernah melihat sosok Pria dihadapannya saat ini.
"Aku hanya.. Tunggu sebentar anda siapa?" ucap Kalaya yang terkejut akan kehadiran orang asing di area pantry.
"Fandi" jawabnya dengan nada yang singkat.
"Fandi? Apa kamu karyawan baru? Mengapa aku tidak pernah melihat mu?" ucap Kalaya dengan raut wajah yang bingung, seakan bertanya-tanya tentang sosok Pria dihadapannya.
Mendapat pertanyaan tersebut, Fandi bukannya menjawab malah melangkahkan kakinya secara perlahan mendekat ke arah Kalaya dan menatap ke arah kompor listrik yang berada tak jauh dari posisinya berada.
"Airnya mendidih, jangan ceroboh jika melakukan sesuatu. Bukankah Tuan muda menyuruh mu berhenti di angka 99°C? Dia akan marah jika kamu melewatinya." ucap Fandi sambil mematikan kompor listrik yang menyala saat itu, kemudian berlalu pergi meninggalkan Kalaya begitu saja.
"Ap...a apaan dia? Apa dia salah satu pengikutnya juga?" ucap Kalaya yang seakan tercengang dengan pemandangan barusan.
***
Ruangan CEO
Terlihat Kalaya saat ini tengah menatap lurus ke arah Daniel dengan raut wajah yang serius.
Entah apa yang sedang ada dipikirannya saat ini, namun kata-kata Fandi sebelumnya benar-benar telah mempengaruhi kepalanya dan membuatnya cemas. Mimik wajah Daniel bahkan terlihat begitu datar dan tenang, membuat Kalaya semakin gelisah karenanya.
Glek glek...
"Ganti..." ucap Daniel dengan santainya sambil meletakkan gelas berisi kopi yang baru saja ia cicipi tepat di atas meja.
"Apa?" ucap Kalaya secara spontan.
"Kau tentu tahu apa alasannya, bukan? Jadi pergi dan buatkan kembali yang baru!" ucap Daniel dengan singkat.
"Tapi saya harus..." sanggah Kalaya namun terpotong akan perkataan Daniel kembali.
"Lakukan sekarang juga!" ucap Daniel sekali lagi.
.
.
.
"Buatkan lagi!"
.
.
.
"Lagi..."
.
.
.
"Lagi"
.
.
"Lagi!"
.
.
Pantry
"Sebenarnya apa mau Pria itu? Aku bahkan bukan office girl tapi malah terus-terusan ia suruh untuk membuat kopi, apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?" ucap Kalaya dengan raut wajah yang kesal, ketika mendapati lagi dan lagi ia di suruh membuat kopi oleh Daniel secara berulang kali tanpa henti.
Kalaya meletakkan sendok yang sedari ia putar untuk mengaduk kopi dengan kesal, kemudian mulai mendial nomor Haris di sana. Berharap jika Haris atasannya itu, akan menjelaskan apa yang terjadi saat ini.
Tut tut tut
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut...
"Sialan! Bagaimana dia bisa meninggalkan ku seperti ini! Setidaknya beri aku penjelasan terlebih dahulu..." pekik Kalaya dengan nada yang kesal, ia bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana sekarang.
"Bukankah aku sudah memperingatkan mu untuk tidak ceroboh? Tugas ini adalah sebagai bentuk salah satu tes yang dilakukan Tuan kepadamu, jika kamu terus melakukan kesalahan.. Aku yakin Tuan akan langsung menendang mu dari sini!" ucap sebuah suara, yang langsung membuat Kalaya menoleh ke arah sumber suara.
"Kau... Sebenarnya apa mau kalian? Ku mohon jangan menganggu ku!" pekik Kalaya dengan raut wajah kesal, ketika lagi dan lagi Fandi datang tanpa suara ke arahnya.
"Aku hanya datang untuk mengambil minum." ucap Fandi acuh tak acuh sambil membawa langkah kakinya keluar dari sana.
"Benar-benar menyebalkan!" ucap Kalaya dengan raut wajah yang kesal.
***
Kantin
Siang harinya terlihat Kalaya tengah terduduk sambil menikmati makan siangnya dengan kesal. Kedatangan CEO pengganti yang mengesalkan benar-benar membuatnya tak bisa menjalani hidupnya dengan tenang.
"Apa ada sesuatu Aya?" tanya Vivi dengan raut wajah penasaran.
"Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?" ucap Kalaya kemudian, yang semakin membuat Vivi kebingungan.
"Apa yang sedang kamu bicarakan sebenarnya?" ucap Vivi tak mengerti.
"Tentang CEO baru perusahaan ini, aku benar-benar dibuat kesal olehnya pagi ini." ucap Kalaya dengan raut wajah menahan marah.
"Oh ya? Bagaimana penampilannya? Apakah dia tampan? Aku dengar ketampanannya setara dengan aktor korea selatan yang lagi hit itu..." ucap Vivi dengan raut wajah yang sumringah.
"Ayolah Vi... Ini bukan hal yang tepat untuk membicarakan ketampanannya." ucap Kalaya dengan nada yang kesal.
"Tapi jujur, dia tampan bukan?" ucap Vivi mendesak.
"Baiklah katakan iya dia tampan, lalu apakah ketampanan saja cukup? Tentu saja tidak! Dia bahkan sangat menyebalkan." ucap Kalaya.
"Akhhh aku benar-benar iri kepadamu karena bisa berada dekat dengannya." ucap Vivi yang tentu saja membuat Kalaya geleng-geleng kepala karenanya.
"Terserah apa katamu!" ucap Kalaya pada akhirnya menyerah.
Nyatanya berbicara dengan Vivi akan berakhir sia-sia ketika ia sudah mulai menjadi pengagum Daniel sepenuhnya.
***
Di sebuah mansion beberapa tahun yang silam
Terlihat seorang Pria muda tengah antusias dengan hadiah mobil baru pemberian orang tuanya.
"Jangan lakukan sekarang! Mama tidak mau kamu kenapa-napa, setidaknya tunggu hingga surat ijin mengemudi mu keluar, oke?" ucap Seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik dann juga elegan.
"Ayolah Ma... Aku hanya akan berkeliling saja sebentar, ku mohon..." ucap Daniel dengan memohon, membuat helaan napas berat terdengar berhembus kasar dari mulut Vallen.
"Baiklah, tapi kamu harus janji tidak akan pergi jauh.." ucap Vallen yang tak bisa percaya begitu saja pada Daniel.
"Tentu saja, emmuah...." ucap Daniel sebelum pada akhirnya masuk ke dalam mobil dan mulai mengendarainya.
Mobil yang dikendarai oleh Daniel berjalan dengan kecepatan 60km menyusuri jalanan ibu kota. Mobil dengan keluaran terbaru yang diberikan oleh Vallen, benar-benar membuat Daniel terkesima olehnya.
"Mama benar-benar tahu selera ku, apa jadinya.. Jika aku menambah kecepatan? Aku rasa aku harus mencoba sensasinya... hahaha" ucap Daniel sambil mulai menancap gas menambah kecepatan.
Mobil tersebut melaju kencang dengan kecepatan penuh, Daniel bahkan tertawa dengan puas ketika dirinya mendapati kepuasan akan hal tersebut.
Disaat Daniel tengah asyik menikmati suasana, sebuah deringan ponsel miliknya lantas membuyarkan segalanya.
"Ah mengapa harus sekarang..." ucap Daniel dengan kesal.
Hanya saja tepat sebelum Daniel bisa mengangkat panggilan telpon tersebut, Daniel yang terkejut akan sebuah mobil di hadapannya, lantas mulai membanting stir ke arah berlawanan dan masuk ke dalam rerumputan.
Ckit....
Bruk...
Suara benturan dengan keras yang terjadi tak jauh dari tempatnya berada, membuat jantung Daniel berdebar dengan kencang saat itu. Daniel menutup kedua kelopak matanya tak kala mendengar bunyi benda cukup keras dan beberapa teriakan di sana.
"Tidak....."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments