Bab 3

Di sebuah mansion yang masih terletak di Ibukota, terlihat seorang Pria dengan pakaian jas dokter keluar dari sebuah kamar.

"Bagaimana keadaannya?" ucap Fandi saat itu tepat ketika melihat dokter tersebut keluar dari sana.

"Tak perlu khawatir gadis itu hanya pingsan, aku rasa sebuah trauma yang terjadi kepadanya membuatnya mengalami shock dan pingsan." ucap Chris mulai menjelaskan kondisinya.

"Apa kau yakin hanya itu? Jika sampai ada yang terlewat kau tahu apa konsekuensinya bukan?" ucap Fandi dengan manik mata yang menelisik.

"Ayolah Fan.. Jangan terlalu kaku, cukup Tuan mu saja yang seperti kanebo kering.. Kau tak perlu ikut-ikutan." ucap Chris mencoba untuk mencairkan suasana.

"Aku rasa urusan mu sudah selesai, aku akan mengantar mu ke depan." ucap Fandi seakan tak ingin menimpali perkataan Chris barusan.

Raut wajah datar milik Fandi benar-benar membuat candaan Chris terdengar begitu garing. Chris yang menyadari akan hal itu, pada akhirnya memilih untuk tidak lagi menggoda Fandi.

"Baiklah aku menyerah, jika butuh apa-apa kabari aku. Tak perlu mengantar ku sampai depan, aku rasa Daniel sudah menunggu mu sedari tadi." ucap Chris sambil menepuk pundak Fandi, sebelum pada akhirnya berlalu pergi dari hadapan Fandi.

Mendengar perkataan Chris barusan, hanya membuat helaan napas berat terdengar berhembus dari mulutnya.

Dengan langkah kaki yang perlahan, Fandi nampak sedikit mengintip keadaan seorang gadis yang mendadak di bawa pulang ke mansion oleh Tuannya. Baru setelah itu bergegas menuju ke arah bawah untuk bertemu dengan Daniel, sesuai dengan perkataan Chris sebelumnya.

***

Area minibar

Dengan langkah kaki yang bergegas, Fandi nampak menghentikan langkah kakinya tepat setelah melihat Daniel berada tak jauh dari posisinya saat ini.

Hanya saja dentingan suara gelas dan juga es batu yang terdengar beradu di tempat tersebut, membuat Fandi lantas terdiam di tempatnya dan tak berani mengganggu waktu minum Tuannya saat ini.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan?" ucap Daniel sambil menegak wine di gelasnya saat itu.

"Mungkin ini tidak terlalu penting bagi Tuan, saya hanya ingin mengatakan jika gadis itu baik-baik saja. Dia hanya mengalami shock akibat trauma yang dimilikinya, dengan kata lain apa yang terjadi kepada gadis itu sepenuhnya bukanlah tanggung jawab Tuan." ucap Fandi mulai melaporkan segalanya.

Daniel yang mendengar perkataan Fandi barusan hanya tersenyum dengan tipis, kemudian kembali meneguk wine nya, namun kali ini langsung tandas dan hanya menyisakan beberapa es batu di gelas tersebut.

"Benarkah? Aku tadinya bahkan mengira jika wanita itu ingin bermain-main dengan ku!" ucap Daniel sambil bangkit dari tempat duduknya saat itu.

Fandi terdiam mendengar perkataan dari Daniel barusan. Jujur saja, ia bahkan tidak terlalu tahu akan arah pemikiran Daniel saat ini, kecuali menunggu hingga gadis itu sadar dan mencari tahu segalanya.

"Apa yang akan anda lakukan Tuan?" ucap Fandi pada akhirnya, membuat langkah kaki Daniel terhenti dengan seketika.

"Tentu saja bersenang-senang, aku tidak membawanya ke sini hanya untuk sebuah pajangan." ucap Daniel sebelum pada akhirnya berlalu pergi dari sana meninggalkan Fandi seorang diri.

Mendengar hal tersebut membuat Fandi hanya bisa menghela napasnya dengan panjang, ketika Tuannya selalu saja bertindak sesuka hatinya.

"Semoga saja gadis itu baik-baik saja, aku yakin Tuan akan kembali menumpahkan hasratnya malam ini." ucap Fandi dalam hati sambil menatap kepergian Daniel dari tempatnya.

***

Di salah satu kamar yang saat itu ditempati oleh Kalaya, sebuah suara langkah kaki seseorang yang beradu dengan lantai keramik saat itu, terdengar menggema memecah kesunyian di ruangan kamar tersebut.

Daniel tersenyum dengan tipis ketika mendapati Kalaya nampak seperti seorang putri tidur di sana, membuatnya semakin tak tahan untuk membawa langkah kakinya kian mendekat ke arah Kalaya.

"Kulit putih dan juga mulus, terlihat begitu menggoda dibalik sebuah setelan kerja berwarna merah darah." ucap Daniel sambil menyibak selimut yang menutupi tubuh Kalaya saat itu.

Daniel yang mengira jika Kalaya sengaja berhenti di depan mobilnya untuk merayunya, lantas terlihat mulai meluncurkan aksi bejatnya.

Dengan gerakan yang perlahan, Daniel menyentuh area kaki jenjang milik Kalaya dan mulai membawanya perlahan semakin naik ke atas.

Sebuah respon gerakan dengan kelopak mata yang mengernyit, membuat seulas senyum di wajah Daniel terlihat jelas tercetak di sana.

"Aku tahu, kau pasti ingin bermain-main dengan ku bukan?" ucap Daniel sambil terus membawa tangannya naik dan berhenti tepat di perut Kalaya saat itu.

Dengan berbagai pikiran kotor yang memenuhi isi kepalanya saat itu, Daniel mulai berusaha membuka kancing jas yang dikenakan oleh Kalaya dan menyisakan sebuah kemeja berbahan satin di sana.

"Benar-benar ukuran yang sempurna..." ucap Daniel sambil menatap ke arah dua gunung kembar yang masih tertutup oleh kemeja yang digunakan oleh Kalaya.

Plak...

Sebuah tamparan keras mendadak mendarat di pipinya saat itu, tepat ketika pikiran kotor terus menggerogoti isi kepalanya.

Manik mata Daniel lantas melotot dengan tajam, ketika mendapati tamparan keras tersebut berasal dari Kalaya yang kini telah membuka kelopak matanya dengan sempurna.

"Jauhkan tangan kotor mu dari tubuh ku!" ucap gadis itu dengan nada yang terdengar begitu dingin.

Manik mata keduanya beradu dalam sepersekian detik, menciptakan sebuah perasaan yang keduanya sama sekali tidak tahu apa yang tengah keduanya rasakan saat ini.

Kalaya menatap semakin dalam pada manik mata berwarna hitam pekat milik Daniel begitu pula sebaliknya. Sampai kemudian dengan gerakan cepat Kalaya membenturkan kepalanya sendiri ke arah Daniel, hingga membuat tubuh Pria itu jatuh dalam posisi terduduk.

"Gadis sialan, apa yang kau lakukan sebenarnya ha?" pekik Daniel dengan suara yang keras.

"Apapun itu yang jelas aku tidak ada urusannya dengan mu, pria mesum!" pekik Kalaya dengan suara yang keras sebelum pada akhirnya mengambil langkah kaki seribu keluar dari kamar tersebut.

"Berhenti!"

"Hei..."

"Fandi... Tangkap gadis itu!" pekik Daniel sambil mencoba bangkit dari posisinya.

Mendengar suara teriakan yang berasal dari area kamar, membuat Fandi lari tunggang langgang menghampiri Daniel kala itu.

"Apa yang terjadi Tuan?" ucap Fandi dengan raut wajah yang bingung.

"Cari dan temukan gadis itu sekarang juga!" pekik Daniel yang lantas membuat Fandi langsung berlari untuk melaksanakan perintah.

***

Keesokan harinya

Dengan raut wajah yang lesu Kalaya nampak membawa langkah kakinya menuju ke arah ruangan CEO. Entah apa yang membuatnya dipanggil pagi-pagi begini untuk menghadap, namun yang jelas Kalaya tengah tidak dalam kondisi yang baik saat ini.

Tok tok tok

"Masuk"

Sebuah seruan yang terdengar dari dalam, membuat Kalaya mulai membawa langkah kakinya masuk ke dalam ruangan CEO.

Sampai kemudian langkah kakinya lantas terhenti dengan seketika, disaat ia mendapati sosok tak asing tengah duduk dengan angkuhnya di kursi CEO.

"Kamu!"

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!