I Can(T) Hear
Sebuah suara sepatu hells yang beradu dengan lantai keramik di sebuah lobi gedung perkantoran, membuat beberapa karyawan nampak terlihat sedikit melipir seakan menghindari pemilik langkah kaki tersebut.
"Sebaiknya aku menjauh darinya, aku malas sekali ketiban sial hari ini!" ucap seorang karyawati dalam hati, membuat wanita tersebut lantas melirik sekilas ke arah karyawati tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana bisa pekerjaan ku berantakan seperti ini"
"Aku benar-benar butuh toilet saat ini juga!"
"Tuhan.. Semoga saja aku bisa memenangkan tender pagi ini"
"Akh... Bukan kah dia sangatlah manis?"
Satu persatu isi hati beberapa orang yang berlalu lalang di area lobi kantor, benar-benar membuat gadis yang kini menginjak usia 27 tahunan itu mulai muak menjalani aktivitas paginya.
Dipakaikan nya sepasang earphone kecil di kedua telinganya, kemudian kembali berlalu pergi menuju ke arah tangga darurat.
Tak tak tak
Suara langkah kaki itu setiap kali terdengar menggema memenuhi area tangga darurat. Kalaya Evangelista atau yang akrab di panggil Aya, seorang sekertaris di salah satu perusahaan bergengsi di Ibu kota. Kelebihan khusus yang dimilikinya, membuat Kalaya memilih tempat yang sepi daripada keramaian.
Kalaya benci berada di tengah-tengah banyak orang yang selalu saja berkutat dengan pemikirannya sendiri. Membuat telinganya selalu saja berdenging tatkala mendengar puluhan isi hati setiap manusia yang ia temui.
Brak...
Suara benturan yang terjadi tanpa sengaja ketika Kalaya membuka pintu tangga darurat, membuat beberapa barang nampak berjatuhan di lorong saat itu. Kalaya yang memang tidak tahu jika ada orang di balik pintu tersebut, lantas berusaha untuk membantu membereskan kekacauan tersebut.
"Benar-benar merepotkan! Tidak kah ia bisa melihat jika di sini ada orang? Sialan.. Air kotor bekas lapnya kembali menggenang.. Pekerjaan ku tidak akan pernah bisa selesai jika seperti ini! Benar-benar menyusahkan saja wanita ini!" ucap seorang office boy dalam hati sambil menyeka air kotor yang berserakan di lantai.
Mendengar hal tersebut membuat Kalaya meraba telinganya kemudian menatap ke arah sekitar, ketika ia mendapati jika suara hati tersebut masih terdengar jelas di telinganya.
"Ah benar-benar menyebalkan" ucap Kalaya ketika mendapati earphone miliknya jatuh di lantai dan terkena air.
"Saya minta maaf mas, saya tadi sedang buru-buru.." ucap Kalaya sambil bangkit dari posisinya.
"Ah mbak Kalaya, santai saja mbak.. Memang salah saya juga karena menghalangi pintu tadi. Sudah-sudah mbak jangan diteruskan nanti tangan mbak Kalaya kotor loh." ucapnya dengan senyum yang mengembang, membuat mimik wajah Kalaya langsung berubah seketika.
"Dasar pembohong!" ucap Kalaya tanpa sadar.
"Maaf, kenapa mbak?" ucap Office boy tersebut dengan tatapan yang terkejut.
"Tidak ada, saya hanya sedang menelpon saja.. Sekali lagi saya minta maaf ya mas." ucap Kalaya sambil menunjuk earphone di telinganya yang masih tersisa.
"Tak perlu sungkan mbak, ini sudah tugas saya." ucapnya lagi, membuat Kalaya tersenyum kecut, sebelum pada akhirnya berlalu pergi dari sana.
Hal tersebut tentu saja membuat senyuman yang semula mengembang, lantas langsung turun ketika mendapati ekspresi datar yang diberikan oleh Kalaya kepadanya.
"Dasar sombong"
***
Siang harinya
Suasana di kantin kantor terlihat begitu penuh dengan karyawan yang nampak mengantri makanan. Kalaya yang memang tidak terlalu akrab dengan karyawan di sana, lantas memilih melipir dan duduk di sudut kantin menikmati makanannya.
Sebuah tepukan tangan di pundaknya kala itu, membuat Kalaya langsung menoleh ke arah belakang dengan spontan.
"Kamu di sini rupanya, aku mencari mu sedari tadi.." ucap Vivi yang nampak tersenyum lebar dan mengambil duduk tepat dihadapannya.
Kalaya yang mendengar hal tersebut hanya terdiam dan kembali melanjutkan makan. Selama 3 tahun bekerja di sini, hanya Vivi yang dengan sukarela menjadi temannya. Kebanyakan karyawan maupun karyawati lainnya memilih untuk menjaga jarak dengan Kalaya, karena mereka semua mengganggap jika Kalaya adalah wanita yang aneh.
"Apa kamu sudah mendengar sebuah berita?" ucap Vivi kemudian dengan nada yang berbisik.
"Tentang?"
"Aku dengar CEO perusahaan ini akan digantikan oleh seseorang yang lebih berkompeten. Ini bukan hanya sekedar isu, kemarin bahkan beberapa tim baru saja dibentuk dan mulai bekerja merombak tim yang lama. Apa menurut mu perusahaan ini akan bangkrut?" ucap Vivi sambil memasukkan kentang yang di cocol dengan saus barbeque ke dalam mulutnya.
"Mungkin saja, lagi pula aku yakin tagihan di perusahaan ini sangatlah tinggi.. Menu makanan di sini bahkan premium dan berprotein tinggi, bukankah begitu?" ucap Kalaya dengan nada yang datar sambil melirik ke arah piring milik Vivi, yang terlihat dengan jelas dua potong steak daging dengan ukuran jumbo di sana.
Vivi yang seakan sadar bahwa Kalaya tengah menyindir dirinya, lantas membawa piringnya lebih dekat ke arahnya dan tersenyum dengan garing.
"Jangan coba-coba untuk mengumpat ku di dalam hati karena aku bisa mendengarnya, jika kamu merasa marah setidaknya lakukan ketika aku pergi." ucap Kalaya sambil bangkit dari tempat duduknya dan mulai membawa langkah kakinya pergi dari sana.
"Gadis itu benar-benar ya... Untung saja dia teman ku, jika tidak aku bahkan tidak hanya akan mengumpatnya saja mungkin bisa lebih buruk dari itu!" ucap Vivi dalam hati yang seakan sengaja agar Kalaya mendengarnya.
"Pembohong!" ucap Kalaya dengan senyum mengembang diwajahnya sambil terus melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
.
.
.
Malam harinya
Berita tentang pergantian CEO nyatanya bukanlah hanya sebuah gosip semata. Karena hal tersebut Kalaya pada akhirnya mau tidak mau harus bekerja lebih ekstra menyiapkan banyak sekali tumpukan dokumen yang harus ia urus sebelum CEO baru sampai di kantornya.
Kalaya menatap ke arah jam di pergelangan tangannya, yang saat ini menunjukkan pukul 10 malam.
"Hari yang melelahkan" ucapnya sambil membawa langkah kakinya masuk ke dalam sebuah lift.
Satu orang Pria dan satu orang wanita terlihat berdiri di masing-masing sudut lift ketika melihat Kalaya masuk ke dalamnya. Entah mengapa atmosfir di dalam lift mendadak tampak berbeda dari sebelumnya, hal tersebut tentu saja membuat Kalaya bertanya-tanya.
"Sepertinya aku akan mengeksekusinya malam ini, lagi pula aku sudah lama menginginkannya. Perempuan seperti dia pasti akan sangat mudah terperdaya, jika aku mengiming-iminginya dengan sejumlah uang." ucap sebuah suara Pria yang tentu saja berasal dari belakangnya.
Ting....
Suara pintu lift yang terbuka berdenting dengan jelas dan langsung menyadarkan Kalaya dari lamunannya.
"Ini bukan urusan ku, jadi Kalaya mari kita hiraukan segalanya dan jangan ikut campur!" ucap Kalaya dalam hati.
"Apakah kau tidak ingin keluar?" ucap Pria tersebut yang tentu saja langsung mengejutkan Kalaya saat itu.
"Tentu saja!" ucap Kalaya kemudian mengambil langkah kaki keluar dari lift tersebut.
Kalaya mempercepat langkah kakinya menjauh dari area lift, sampai kemudian langkah kakinya mendadak terhenti dengan seketika.
"Aku benci pola pikir mu Kalaya!" ucap Kalaya pada diri sendiri sambil mengambil langkah kaki besar untuk kembali menuju ke arah lift.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments