Lagu Cinta Untuk Mama
Sekuat mungkin Adis menahan tangisnya agar tidak mudah pecah usai dokter memvonis sakit putranya yang mengalami lemah jantung. Bayi berusia tiga bulan itu harus ia bawa pulang karena ketiadaan biaya.
"Sayang. Sabar ya...! Jangan kuatir..! Mama akan meminta tolong kepada papamu untuk membiayai pengobatan mu. Dulu ia menolakmu saat mama mengandung mu. Insya Allah, kali ini mungkin tidak lagi karena ia akan senang melihatmu, nak," bisik Adis sambil menyeka air matanya.
Ia harus menumpang ojek online agar bisa sampai ke perusahaan suaminya. Adis memang berpisah dengan suaminya tanpa ada perceraian.
Keduanya menikah sirih saat itu karena ada alasan mereka dipaksa untuk menikah oleh warga yang memergoki mereka berdua di teras rumah Adis.
Padahal warga hanya salah paham akan hal itu. Bisa dibilang keduanya menikah karena terpaksa. Jika ada cinta, itu hanya Adis yang sangat mencintai suaminya namun tidak dengan Panji. Mereka akhirnya berpisah karena alasan yang cukup masuk akal.
Ternyata Panji yang nota bene seorang pecandu narkoba itu adalah anak Sultan. Sementara Adis hanya seorang perawat di sebuah klinik kecil di kampungnya.
Ojek itu tiba di depan rumah sakit. Adis menumpang ojek itu bersama bayi laki-lakinya yang bernama Rian. Ojek itu tiba di perusahaan Ocean group. Adis turun dari motor itu sambil menatap gedung megah itu.
Jantungnya terpacu makin cepat. Wanita cantik dengan postur tubuh bak model ini melangkah ke depan lobi perusahaan yang langsung di cegat satpam.
"Mau ke mana mbak?" tanya satpam itu dengan wajah mesum saat melihat wajah cantik Adis.
"Mau bertemu dengan suamiku," ucap Adis.
"Namanya siapa?"
"Satria Panji Anggra," sahut Adis.
Wajah satpam itu berubah pucat. Ia lalu meminta maaf kepada Adis dan bersedia mengantar Adis ke ruang kerjanya tuan Panji.
Baru saja tiba di lantai 21 di mana ruang kerja suaminya berada, pintu lift itu terbuka menampilkan sesosok pria tampan dengan wajah datar sambil menenteng tas kerjanya hendak pulang.
Keduanya sama-sama kaget menatap satu sama lain. Sementara sang asisten dan satpam hanya bisa menyaksikan adegan menegangkan itu.
"Mas Panji..!" sapa Adis tersenyum canggung. Gadis itu keluar dari lift melangkah mendekati Panji untuk ia salim tangan pria tampan itu.
"Mau apa kamu ke sini?" datar Panji.
"Apakah aku boleh bicara mas? Sebentar saja... please...!" mohon Adis penuh harap.
Pandji memberi isyarat pada asistennya untuk menunggu. Sementara ia kembali lagi ke ruang kerjanya.
"Silahkan ikuti tuan Panji, nona...!"
"Terimakasih tuan." Senyum lega Adis melangkah ringan mengikuti langkah suami siri nya itu.
Pintu ruang kerja itu ditutup rapat oleh Panji dan satu tamparan keras melayang di pipi Adis membuat wanita cantik itu gelagapan hingga tubuhnya terhuyung ke belakang.
"Astaghfirullah halaziiim...!" pekik Adis sambil mengeratkan pelukannya pada putranya yang sempat menggeliat.
"Mau apa kamu ke sini, hah? mau menjatuhkan reputasiku? Kau hanya gadis kampung. Kita hanya dekat selama tiga bulan lalu berpisah dan sekarang kamu bawa anak haram ini di depanku?" cibir Panji membuat wajah lugu nan cantik Adis memerah karena merasa sangat malu dan terhina.
"Mana ada orang menikah baik-baik melahirkan anak haram? Anak ini bukan hasil hubungan zinah, tuan Satria Panji Anggra...!" pekik Adis membatin sambil memejamkan matanya menahan tangisnya.
"Ya Allah. Berilah aku kekuatan...! Aku butuh suamiku saat ini karena anak kami. Jika bukan karena putraku, aku tidak akan sudi mempermalukan diriku di depan bajingan ini," batin Adis menarik nafas dalam-dalam.
"Ayo jawab...! Mau apa kamu ke mari, hahh?!"
"Mas...! Putra kita sakit. Jantungnya bermasalah. Ia harus....-"
"Berapa ya kamu butuhkan? Satu miliar, dua miliar?" sinis Panji.
"Hanya 500 juta saja mas. Aku mohon demi putra kita. Setelah ini. Aku tidak akan mengganggumu lagi dan menjauh dari hidupmu," ucap Adis sambil berlutut dan memelas pada suaminya sambil berurai air mata. Sudah berapa kali wanita ini menangis sesenggukan karena menahan amarahnya yang tidak bisa ia lepas begitu saja demi putranya.
"Alasan....! Bilang saja kamu ingin bersenang-senang dengan pria lain. Anakmu yang kamu jadikan alasan," tertawa meledek Adis.
Panji menuju ke brangkas nya yang ada di dinding yang ditumpangi oleh lukisan abstrak. Ia lalu mengeluarkan uang segepok sejumlah seratus juta dan di lemparkan ke wajah Adis membuat wanita cantik ini sangat terhina. Uang itu berhamburan di dalam ruang kerja itu.
"Astaghfirullah halaziiim, mas...! Kenapa kamu sangat berubah seperti ini? Baiklah mas. Tidak apa kalau kamu tidak ikhlas membantuku. Tapi, aku ingat semua penghinaan ini darimu.
dan ingat satu hal, jika putra kita meninggal karena memiliki ayah yang pelit sepertimu, aku bersumpah akan membalas perlakuanmu pada kami hari ini.
Demi Allah mas Panji. Aku akan membuat hidupmu menderita...!" teriak Adis yang tidak tahan lagi dengan perlakuan Panji padanya.
Duaaarrr......
Ikrar doa dalam sumpah itu disambut oleh petir yang menggelar di angkasa sana. Angin bertiup sangat kencang dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Bayi itu menangis pilu ikut merasakan sakit hati ibunya yang dipermalukan oleh ayahnya sendiri.
"Keluar dari sini...!" bentak Panji pada istrinya.
"Harusnya kubiarkan kau mati saat kau sakau mencari barang haram itu. Kau pria menyedihkan yang memanfaatkan aku demi kesenanganmu.
Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi mas. Aku harap ucapkan talak untukku sekarang juga...! dengan begitu aku bisa melanjutkan hidupku tanpa status yang tidak jelas ini. Ayo sayang..! Kita pergi. Dia akan menyesal setelah membuang kita apalagi tidak mengakui mu sebagai putranya," ucap Adis menarik gagang pintu besar itu.
Panji yang belum puas menyiksa istrinya itu menghubungi lagi satpam yang sekarang sudah berganti satpam yang lain lagi.
"Suruh wanita yang membawa bayi itu pergi dari sini secepatnya. Dan pastikan dia tidak lagi mendatangi perusahaanku. Kau mengerti?" bentak Panji begitu galak pada satpam perusahaannya itu.
"Baik tuan."
Langkah Adis terlihat gontai sambil menggendong bayinya yang mulai tenang saat ia su*ui sebentar di tangga darurat sambil menenangkan dirinya.
Saat memesan lagi ojek online, ponselnya mati karena kehabisan baterai.
"Astaghfirullah halaziiim. Ya Allah. Cobaan apa ini?" keluh wanita 19 tahun itu melangkah ke luar lobi yang langsung disambut oleh hujan deras.
Satpam yang mendapati perintah dari atasannya itu melihat Adis yang membawa bayinya itu tidak tega untuk mengusir.
"Neng."
"Iya pak."
"Mau pulang?"
"Eh, iya pak. Tapi, ponsel saya mati jadi tidak bisa menghubungi ojek, pak.
"Kenapa harus naik ojek? Kan lagi hujan neng. Berteduh saja dulu di sini...! Ojek tidak mungkin mau terima order kalau lagi hujan," bujuk pak satpam yang terlihat lebih tua dari yang sebelumnya.
"Terimakasih ya pak." Adis berdiri di depan lobi sambil menatap hujan deras yang mengguyur bumi disertai angin kencang.
Tidak lama kemudian, mobil milik Panji berhenti di depan Adis. Asisten pribadinya itu turun dan membuka pintu mobil untuk Panji yang baru muncul dari dalam lobi.
Pria tampan ini sama sekali tidak melirik sedikitpun ke arah istri dan anaknya dan langsung masuk ke dalam mobil. Namun sesaat kemudian, ia keluar lagi dan memanggil satpam itu.
"Usir pengemis itu dari sini...! Atau kamu yang aku pecat?!" pekik Panji yang terdengar oleh Adis.
Satpam melirik Adis yang kembali menangis mendapatkan perlakuan suaminya padanya seperti binatang tanpa belas kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
awal cerita yang menyedihkan banget, kisah hidupnya Adis menyakitkan banget, berawal menolong Panji tapi yang dialami menyesakkan dadanya, ibaratnya air susu dibalas air tuba
2024-10-16
0
Erlinda
Thor aq perhatikan setiap novel mu selalu menyuguhkan kesadisan terhadap wanita..aq jadi kesal sendiri..
2024-02-28
0
Diah Elmawati
Tega kau Panji terhadap istri berlaku kejam
2024-02-17
1