Sebelum menyelesaikan perkataannya Jareth mengeluarkan sayap dari punggungnya dan melompat ke bawah tebing, yang sontak membuat Louise berteriak dengan keras, karena selama ini ia memang sedikit takut ketinggian.
"Kecilkan suaramu, telingaku bisa rusak jika kau berteriak terus—" tiba-tiba Jareth menghentikan perkataannya seolah teringat sesuatu. "dan kemungkinan kau akan memakan serangga di sini loh."
"Apa serangga?" hal itu membuat Louise terdiam sejenak. "tapi gak mung—"
"Ingatkah kau bahwa semua hal pasti terjadi di dunia dengan sihir seperti ini?" Jareth berkata dengan percaya diri. "dan serangganya juga cukup beracun bahkan bisa membunuh 100 orang dalam sehari."
Mendengar hal itu membuat Louise terdiam, ia tidak lagi berbicara atau apapun meski aslinya masih takut ketinggian, tapi ternyata ada hal yang lebih ia takuti yaitu kematian, walaupun ia masih tidak mengerti kenapa bisa ia merasakan hal tersebut.
Tak lama kemudian akhirnya mereka tiba di depan sebuat kastil yang dari penampakannya adalah milik dari kepala suku dari tempat tersebut, dan dengan perlahan mereka mendarat lalu berhenti di depan pintu.
'Al di mana ya? Kok gak kelihatan dari tadi, jangan bilang—' Louise menggigit ujung kukunya karena sempat berfikir kalau dirinya telah di tinggalkan. 'jika benar dia telah kembali ke kerajaan Celestia maka aku akan membuatnya membayar semua—"
"Apa kau mau berdiri di sana sampai selamanya?" Jareth menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal. "mau bertemu kepala suku atau gak sih?"
"Maaf, tadi aku menghayal sedikit, teehee." Louise menggaruk kepalanya karena sedikit gugup.
"Kalau begitu percepat langkahmu itu, waktu tidak akan pernah menunggu sampai kau siap loh." ucap Jareth yang kini telah menyembunyikan sayapnya.
'Tch, dasar brengsek sialan.' Louise bergumam namun tetap berusaha tersenyum. 'udah sok ngatur, sok akrab pula najis banget.'
"Aku bisa membaca fikiranmu loh." ucap Jareth dengan nada tenang. "dan asal tahu aja aku adalah prajurit nomor 3 di sini."
"Terus?" Louise tampak tidak tertarik dengan tingkatan seperti itu.
"Apa maksud perkataanmu itu?" Jareth tampak kesal dengan respons yang ia dapatkan. "baru kali ini aku merasa di hina oleh seseorang."
"Jadi mau ketemu kepala desa, apa gak nih?" ucap Louise.
"Tch, ikut aku." Jareth menggunakan salah satu teknik miliknya dan seketika pintu menuju ke dalam pun terbuka.
"Lebay amat dah cuma mau masuk ke rumah doang, ck." Louise berjalan lalu berhenti di samping Jareth. "mungkin kapan-kapan jadi aktor balet aja kau."
"APA?!" meski kesal tapi Jareth berusaha untuk tetap tenang.
Mereka lalu berjalan memasuki beberapa lorong hingga akhirnya tiba di kediaman dari kepala desa, meski desainnya kurang modern tapi seperti ada sesuatu yang berbeda dari tempat tersebut.
Namun sebelum mereka memasuki tempat tersebut ada seorang berdiri dan tampak begitu panik. "ada masalah besar, para anggota dari serikat 'Nightshade' telah menyerang."
'Siapa mereka dan kenapa itu masalah?' batin Louise. 'gitu doang takut, lemah banget.'
"Serikat 'Nightshade' adalah bandit yang sering menyerang untuk merampok juga membunuh tanpa ampun." jelas Jareth.
"Kayak Bajak laut gitu?" tanya Louise.
"Bajak laut mah di laut kocak." Jareth mengernyitkan keningnya ketika mendengar pernyataan itu. "apa kamu gak belajar di akademi sihir?"
"Akademi apa? Kok gak pernah denger? Apa kayak sekolah umum?" Louise menggaruk kepalanya seraya memikirkan hal tersebut.
"Jangan bilang—" Jareth menepuk kepalanya dan menghela nafas panjang. "dan kau memakai sihir tanpa memiliki kartu anggota akademi sihir?"
"Emang itu perlu? Lagian sebagai pemimpin berikutnya di negeri 'Aetheria' aku tidak butuh—"
"Jadi kau itu calon ratu? Gak di kasih tahu ama keluargamu soal akademi sihir?" wajah Jareth berubah menjadi datar. "berapa sih usiamu itu?"
"Usia hanyalah angka." Louise berpose dengan keren. "lagi pula tingkat kedewasaan tidak di tentukan olehnya."
"Iyain aja deh—"
"Peemisi, soal 'Nightshade' bagaimana?" ucap prajurit itu.
"Waduh maaf, aku lupa." tiba-tiba Jareth berubah menjadi mode bertarung. "kau pergi saja temui—"
"Aku ingin melihat anggota dari serikat 'Nightshade', jika di bandingkan dengan serikat 'Sky Destiny' siapa yang terkuat ya?" ucap Louise tanpa menghiraukan perkataan orang lain.
"Tunggu, kau anggota 'Sky Destiny'? Dan bagaimana penampilan—"
Namun Louise menepis tangan dari Jareth di punggungnya. "jangan sentuh aku, karena meskipun aku harus mati sekalipun tidak akan ku beritahu soal Master Hailey."
"Maaf, tapi sekarang masalah lebih besar—"
"Waduh maaf ya Stark, aku hampir lupa tentang serikat 'Nightshade' yang menyerang." ucap Jareth lalu pergi menghilang.
"Lah, kemana si—"
"Mungkin sudah sampai ke tempat—"
"Kalau begitu antar aku ke sana karena ingin kutunjukkan sihir terbaikku." ucap Louise dengan percaya diri. "buruan karena aku gak punya sihir tingkat tinggi—"
"Jika ada hal buruk terjadi, jangan salahkan aku ya?" Stark menjentikkan jarinya dan seketika muncul seekor kelinci di depan mereka. "ikuti saja dia karena ia akan menunjukkan jalan kepadamu."
"Kalau begitu terima kasih sebelumnya." ucap Louise yang langsung mengikuti kelinci di depannya.
Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Louise tiba di tempat tujuan, dan seketika kelinci tersebut hilang seperti di telan bumi, ia pun melanjutkan perjalanannya hingga berhenti di tengah pertarungan.
"Woa, keren seperti game MMORPG, apakah ini yang di sebut dengan pertandingan antara penyihir." Louise tampak terkesima dengan warna warni dari energi sihir hingga melupakan tujuannya pergi ke sana.
Tiba-tiba pandangannya terhenti ketika melihat ternyata Altair telah di tangkap oleh anggota dari serikat 'Nightshade' ia pun berfikir bagaimana cara untuk berpindah tempat agar bisa membantu.
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah ide, dengan kekuatan perisai miliknya ia pun memanggil 'Ice Dragon Shield' namun ternyata ia hanya di abaikan oleh pihak musuh sehingga memudahkan dirinya untuk membantu Altair.
Akhirnya setelah beberapa saat Louise berhasil menyelamatkan Altair. "kok bisa lu terjebak di sini? Udah beban gak guna juga."
"Tch, aku juga gak minta bantuan darimu juga." ucap Altair dengan kesalnya. "udah kayak lu paling hebat aja."
"Yakin nih?" Louise berjalan meninggalkan Altair berdiri mematung di sana.
"Maaf deh, aku cuma—"
"Kayak aku peduli aja." gerutu Louise.
"Tunggu, sebentar ini kesempatan kita untuk kembali ke kerajaan Celestia lalu meminta bantuan." Altair berkata sambil berjalan di samping.
"Katanya gak butuh bantuan dariku, tapi kok malah ngikutin gw? Kalo tahu gitu tadi kuncinya gak di buka." ucap Louise. "apalagi kamu kan cuma beban, pangeran macam apa kau gak bisa apa-apa?"
"APA KATAMU?!" Altair menghentikan langkahnya dan mengepalkan tangannya. "emangnya lu bisa pake sihir kuat gitu?"
"Diam sedikit napa? Lu itu kayak tong kosong yang bunyinya nyaring." jawab Louise.
" APA—" Σ(ノ`Д´)ノ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments