Alena bergegas memasuki halaman rumahnya tanpa menoleh sedikitpun kepada Hardi yang masih berada di belakangnya. Yang dia inginkan hanya segera sampai di kamarnya. Tempat teraman bagi dirinya.
Namun langkahnya harus terhenti ketika dilihatnya dua mobil milik kakaknya telah terparkir rapi di garasi samping rumah.
Alena menelan ludahnya kasar. Dia pulang di saat yang tepat!
Alena segera membuka pintu, namun betapa terkejutnya ketika tiga kakaknya berdiri di balik pintu sambil memegang sebuah cake ulang tahun.
"Kejutaaaaann!!!" seru ketiganya bersamaan.
Alena tertegun. Kemudian tersenyum.
"Kalian ingat!!" katanya riang. Kemudian segera berhambur ke pelukan ketiga kakaknya dengan mata yang berkaca-kaca.
Mereka berempat berpelukan di selangi isakan tangis Alena yang entah kenapa merasa sangat bersalah.
"Lho?! kok nangis?" Arya menyerahkan cake yang tadi di pegangnya kepada Anna, kemudian meraup wajah adik bungsunya yang sedang menangis.
Alena terus terisak. Airmata berderai tak mampu di bendung. Ingin bicara tapi seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokkan.
Arya kembali memeluk adik kecilnya dengan sayang. Membimbing nya menuju sofa di tengah rumah.
Dua saudaranya yang lain nampak kebingungan dengan kejadian tersebut. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu di tanggapi dengan riang oleh Alena. Kali ini hanya tangisan yang keluar dari mulut gadis itu.
Setelah membiarkan nya menangis hingga puas, Alya memberikan segelas air putih kepada Alena, dan langsung di teguk hingga tandas oleh gadis itu.
"Abis marathon?" celetuk Arya mencairkan suasana.
Mereka tergelak, tak terkecuali Alena meskipun dengan mata yang masih sembab.
Alena meletakkan gelas di meja. Kemudian beralih ke wajah ketiga kakaknya yang menunggu penjelasan atas tangisannya tersebut.
"Im ok " katanya dengan suara parau.
"Kamu yakin?" Arya menatap dengan khawatir.
"Hu'um ..." Alena mengangguk. Kemudian mengalihkan pandangan nya ke arah dua kakak perempuan di sampingnya.
"Makasih, kak" katanya, disambut senyuman kedua kakak nya itu.
"Aku bahkan nggak ingat kalau ini hari ulang tahunku." Alena setelah terdiam cukup lama.
"Hmm ... Abang ngomel dari pagi nyuruh aku pesan cake nya. Aku sampai pusing!!" keluh Anna dengan ekspresi gusar.
Arya tertawa.
"Aku juga pusing disuruh beli kado. Mana lagi dikejar deadline di kantor." Alya menimpali.
Arya kembali tertawa mendengar keluhan kedua adik perempuannya.
"Makasih Abang!" Alena beralih menatap Kakak laki-laki yang selalu di cintainya.
Cinta pertamanya.
Bagi setiap anak perempuan, ayah merupakan cinta pertamanya. Laki-laki pertama yang dikenal seumur hidupnya. Namun bagi Alena, Arya lah cinta pertama dalam hidupnya. Dia yang berjuang dari titik terendah hingga sampai hari ini untuk kehidupan keluarga mereka. Melindungi, menyayangi, mengasihi tanpa syarat.
Laki-laki yang akan selalu membelanya dalam keadaan apapun.
Hidup tanpa orangtua membuat Arya menjadi sosok lelaki tangguh yang selalu berada di barisan terdepan bagi ketiga adik perempuan yang dicintainya.
Arya mengusap puncak kepala Alena dengan lembut.
"Hiduplah yang baik. Yang bermanfaat, buat diri sendiri. dan orang lain."
"Selamat ulang tahun. Semoga kamu selalu bahagia." katanya.
Tetesan air lolos lagi dari kedua mata Alena. Dia menghambur ke pelukan Arya. Segera kedua saudara perempuannya yang lain ikut bergabung. Menangis bersama.
*********************
Tengah malam Alena terbangun dari tidurnya. Perutnya keroncongan. Seingatnya tadi dia tak sempat memakan sesuatu. Atau tepatnya tak ingin makan sesuatu. Selera makannya menghilang. Namun kini datang di saat yang tak tepat.
Alena bangkit dari tempat tidurnya. Meraih ponsel di sisi ranjang. Melihat jam menunjukkan pukul 01.00 hampir dinihari.
Ada beberapa notif di aplikasi pesan nya. Juga ada panggilan telpon.
Beberapa dari teman sekelas yang mengetahui tanggal ulang tahunnya. Yang lainnya dari teman di media sosial miliknya.
Dan Vania tentunya.
"Selamat menua bebeb, semoga kamu selalu bahagia!!" diikuti emot tertawa dan gambar kue ulangtahun. Alena tersenyum.
Dia menatap notif terakhir. Yang terbaru lima menit yang lalu. Dari Hardi. beberapa pesan dan panggilan telpon.
Alena memilih mengabaikan. Saat ini yang dia butuh kan hanyalah makanan.
Di dapur Alena mencoba memasak mie instan kuah. Ditambah telur dan sayur juga irisan tomat dan cabe rawit merah kesukaannya. Wanginya menguar memenuhi ruangan. Membuat perutnya semakin meronta kelaparan.
Alena melahap mie instan buatannya di sofa depan televisi. Dengan selimut kecil yang menutupi punggungnya, melindungi tubuh mungil itu dari hawa dingin yang menyergap di seluru ruangan.
Semangkuk mie sudah habis di lahapnya. Perutnya sudah kekenyangan tak lagi meronta. Tapi kantuknya belum muncul juga.
Tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Arya yang keluar dari kamarnya. Mendengar ada suara asing di ruang keluarganya membuat dia tak bisa memejamkan mata.
"Kamu belum tidur?" katanya yang mendapati Alena tengah asyik menonton televisi.
"Aku lapar." jawabnya pendek.
"Tumben" Arya menghampiri kursi tempat adik bungsunya itu duduk, kemudian ikut duduk juga disana.
"Ada masalah?" tanya Arya tiba-tiba.
"Hah?..." Alena terperangah dengan pertanyaan kakak nya tersebut.
"Kamu lagi ada masalah di kampus, atau dengan teman misalnya?" Arya menyelidik.
"Nggak. Aku nggak lagi ada masalah sama siapapun." Alena menghindar.
"Selagi dari kantor perasaan abang nggak enak. Ingat kamu terus." kata Arya lagi, membuat Alena yang sedang minum tersedak.
"Pelan-pelan dong!!" Arya menepuk-nepuk punggung adik kecilnya.
"Aku nggak kenapa-kenapa kok. Nggak lagi ada masalah juga di kampus. Biasa aja" tegas Alena berusaha senormal mungkin.
"Kamu yakin?" Arya belum puas dengan jawaban adiknya.
"Hu'um" Alena mengangguk.
"Ok kalau begitu." Arya diam menatap televisi.
Alena melirik waspada.
"Kamu punya pacar?" Arya tiba-tiba setelah terdiam cukup lama.
Alena kembali tersedak tak menyangka dengan pertanyaan yang di lontarkan kakak laki-lakinya tersebut.
"Nggak punya." menggeleng.
Arya menghela napas pelan.
"Yang tadi nganter pulang siapa?" katanya menatap wajah adik bungsunya dengan curiga.
Alena kembali terhenyak.
"Ng ... yang mana?" mencoba mengalihkan perhatian.
"Yang pakai mobil hitam tadi sore. Yang berhenti persis di depan pagar." Arya mengingatkan.
"Ohh ..., itu taksi online." katanya, karena hanya kata itu yang terlintas dalam otaknya.
"Taksi online?" Arya terkekeh, tak percaya dengan jawaban adiknya.
"Iya, taksi online" Alena meyakinkan.
"Kok mobilnya bagus?" Arya menyelidik lagi.
"Lah, emang taksi online mobilnya bagus-bagus. Abang sih yang gak pernah naik taksi online, jadi ya nggak tau." Alena mencoba meyakinkan lagi.
Masa iya harus ngaku kalau kak Hardi itu pacar, biasa di cabut kebebasan yang selama ini dinikmati. Eh ... memangnya kita pacaran? Batinnya menggumam.
"Oke. Abang percaya." Arya sambil tersenyum. "Jangan dulu pacaran ya. Beresin dulu kuliah, terus kerja sampai mapan. Baru kamu bisa memikirkan yang lain." katanya sambil mengusap belakang kepala Alena yang tertegun.
"Iya Bang." jawab Alena, pendek.
"Ya sudah, tidur sana."
"Aku sebentar lagi. Malam minggu ini."
"Oh ...iya. Lupa." terkekeh sambil menepuk keningnya sendiri.
"Makannya jangan kerja terus. Jadi nggak ingat libur kan. Ingat nya hari kerja terus." Alena tergelak.
"Ya sudah kalau gitu abang yang tidur." bangkit dari kursi bermaksud kembali ke kamar nya diatas yang berada tepat di sebelah kamar Alena.
"Abang??" Alena memanggil.
Arya berbalik. "Iya?"
"Apa Abang akan memaafkan kalau aku berbuat salah?" Alena tiba-tiba.
Dahi Arya mengernyit, heran.
"Salah apa?"
"Jawab dulu.!"
Arya terdiam.
"Apa Abang pernah melakukan kesalahan waktu seumuran aku?" Alena lagi.
Arya mendekat. "Ya. pernah." jawabnya masih terheran-heran dengan pertanyaan adik bungsunya itu.
"Apa Ibu tahu kesalahan Abang waktu itu?"
"Tahu." jawab Arya lagi.
"Apa ibu memaafkan Abang?" Alena dengan mata berkaca-kaca.
"Iya. Ibu memaafkan Abang."
"Terus apa abang akan memaafkan aku kalau aku berbuat kesalahan?"
"Memangnya kamu berencana membuat kesalahan? Atau kamu sudah berbuat salah?" Arya dengan curiga nya.
"Jawab dulu!!" Alena mulai merengek.
"Apa Abang akan memaafkan kalau kamu berbuat kesalahan?" Arya mengulang pertanyaan adiknya. Alena mengangguk.
"Ya. Abang akan memaafkan kesalahan kamu." jawabnya dengan tersenyum.
Alena pun ikut tersenyum. Dalam hati gadis itu merasa lega dengan jawaban kakak nya yang secara tak langsung menjawab pertanyaan yang sebenar nya yang ada di dalam hatinya.
"Sekarang jawab jujur ...," Arya mendekat ke sofa dengan tatapan yang terus terarah ke wajah adik bungsunya itu.
"Kamu sudah berbuat apa sehingga Abang harus memaafkan kamu?"
Alena terperangah dengan pertanyaan kakaknya.
"Ng ... nggak ada." hampir saja dia buka mulut tentang peristiwa tadi siang di apartemen Hardi.
"Yakin?" Arya terus menatap wajah tirus itu.
"Ya-yakin ..." Alena balas menatap Wajah kakanya.
Tak mungkin juga dia berbicara hal vulgar semacan itu terhadap kakak laki-laki. Selain takut Arya yang pasti akan mengamuk jika dia bercerita, ditambah lagi takut akan ada korban yang jatuh karena pengaduannya.
Arya merupakan kakak yang overprotektif terhadap ketiga adik perempuannya. Hal-hal kecil dalam pergaulan dengan lawan jenis akan sangat mudah mengundang kemarahannya jika dia mengetahui hal tersebut. Tumbuh sebagai orangtua tunggal bagi ketiga adik perempuan membuat Arya menjadi pribadi yang protektif dan overeactive terhadap hal apapun yang terjadi dengan adik-adiknya.
Alena membayangkan Arya akan segera mendatangi Hardi begitu tau tentang hal yang terjadi siang tadi. Takan ada ampun bagi pemuda itu. Arya pasti akan menghajarnya habis-habisan.
Alena bergidik ngeri.
"Jangan kecewakan Abang, Al!" Arya bicara setelah beberapa lama terdiam.
Alena hanya mendongak.
"Masa depa kamu di tentukan keputusan kamu hari ini. Kalau kamu salah memilih, masa depan kamu jadi taruhannya." menghela napas dalam-dalam. "Kamu jangan mengecewakan Abang.! Jangan membuat pengorbanan Abang sia-sia!!" katanya lagi.
"Iya, Bang." Alena menjawab pendek.
Arya tersenyum lagi, kemudian segera naik ke kamarnya di atas.
Bersambung ...
Happy reading. jangan lupa like koment sama vote nya. Terimakasih. I love you full😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
ika
kyk prnh baca crita kakak laki dgn 3 adik perempuan nya
adik"nya nyariin jodoh buat kakaknya
apa ya judulnya?
2024-01-13
0
neng ade
pastilah bang Arya akan ngamuk dan marah sm Hardi apalagi jika tau Hardi juga pny pacar yg udh ber tahun2 di jalani .. ga kebayang betapa kecewa dan marah nya bang Arya meski dia mengatakan akan memaafkan tp nyata nya tak sesederhana itu masalah nya karena menyangkut kehormatan adik perempuan kecil nya .. 😢😢
2022-10-08
0
Aryani💞hambaliAziz
kehilangan suatu yg sangat berharga dihari ulang tahun.. 😭
2022-02-28
1