🍃
🍃
Hujan deras di awal Agustus berlangsung cukup lama. Seharusnya kemarau sudah melanda, namun entah kenapa kebiasaan alam seperti bergeser. Membuat cuaca lebih dingin dari biasanya.
Angin kencang bergemuruh menerpa gedung dan pohon.
Pergumulan dua manusia dilanda asmara terus berlanjut. Tak terganggu petir yang menggelegar di luar.
Sesuatu menyeruak dibawah sana. Membuat Alena terhenyak. Merasakan sakit yang menyelinap ke dalam dirinya.
"Kakak!!" suaranya parau. Menahan tubuh Hardi yang bergerak diatasnya. Setetes air lolos dari mata sayunya.
Hardi mengecup kening, turun ke mata kemudian ke bibir mungil Alena yang bergetar menahan sakit. Napas Gadis itu tak beraturan. Dadanya naik turun dengan cepat.
Keningnya berkerut hingga kedua alisnya bertemu. Mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu. Namun secepat kilat Hardi memagutnya dengan perlahan. Menariknya kembali kedalam buaian. Menenangkan gadis itu.
Pikiran, hati dan tubuh Alena akhirnya menyerah. Membiarkan Hardi mendominasi semua yang ada pada dirinya.
*
*
Jam dinding berdetak nyaring di telinga Alena. Membuatnya membuka mata. Rupanya hujan diluar sudah reda beberapa jam yang lalu. Namun masih menyisakan dingin yang menusuk hingga ke tulang.
Dia menoleh ke sisi kanan tubuhnya. Tampak Hardi yang masih terlelap tak terganggu.
Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 petang. Alena memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Dia duduk dan menatap sekeliling kamar yang berantakan. Beberapa bantal tergeletak tak beraturan. Pakaian berserakan di lantai.
Alena menarik napas dalam. Apa yang sudah kulakukan?! Batinnya.
Alena berdiri, namun terhenti ketika dirasakannya nyeri.
"Aww ..." memekik pelan sambil memegangi perut bagian bawahnya.
Dia menarik dan menghembuskan napas dalam beberapa kali, kemudian mencoba menegakkan tubuhnya. Meraih bathrobe yang tergantung di dinding, kemudian menghambur kedalam kamar mandi.
Menyalakan shower dengan kencang. Membuat butiran air dingin menerpa kepala hingga tubuh kurusnya.
Lama Alena mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Kemudian menggosok tubuh kurusnya itu dengan sabun yang dia temukan di sudut kamar mandi. Tak hanya sekali, tapi sampai berkali-kali gadis itu menyabuni tubuhnya. Seakan ingin membersihkan sesuatu yang menempel disana.
Alena kembali menyalakan shower, membilas tubuhnya yang penuh busa sabun. Tiba-tiba air matanya mengalir begitu deras. Dia terisak sendirian di kamar mandi. Perasaan bersalah seketika menyeruak dalam rongga dadanya.
Sementara Hardi menggeliat di bawah selimut.Tangannya menggapai mencari seseorang yang tadi sempat menghangatkan ranjang nya.
Matanya terbuka manakala tak ditemukannya sosok yang dimaksud. Dia menatap sekeliling kamar. Mencari keberadaan Alena. Panik.
Namun berubah tenang ketika telinganya menangkap suara air yang mengalir dari dalam kamar mandi di ujung ruangan.
Hardi pun bangkit, menyibak selimut yang menutupi tubuh tingginya. Memunguti pakaian yang berserak di lantai, kemudian memakai pakaian miliknya.
Hardi duduk di tepi ranjang yang sudah tak karuan bentuknya dengan bantal dan selimut yang tergulung di sisi lainnya.
Mengusap wajahnya perlahan. Menyisir rambut yang terurai ke depan dengan jari-jarinya.
Ditatapnya pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka. Setelah hampir 20 menit masih terdengar air yang mengalir dari dalam sana.
Hardi bangkit, berjalan menghampiri pintu kamar mandi. Menempelkan telinganya di pintu, mencoba mendengarkan apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Tak ada suara apapun selain air yang mengalir sari shower.
Hardi mengetuk pintu.
"Al, ..." panggilnya dengan kepala yang masih menempel di daun pintu. Tangannya meraih handle pintu, mencoba membukanya. Namun terkunci.
Namun tak ada jawaban dari dalam.
Hardi kembali mengetuk, kali ini agak kencang. Masih tak ada jawaban.
Hardi mulai panik. Apa yang dia lakukan di dalam?
"Alena?!" Hardi berteriak sambil menggedor pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.
Setelah beberapa menit gedoran, terdengar kunci di buka dari dalam.
Ceklek!
Pintu sedikit terbuka.
Dengan tak sabar Hardi mendorong pintu hingga terbuka lebar. Dan nampak lah Alena dalam balutan bathrobe berwarna putih miliknya. Rambut hitam panjangnya yang basah menguarkan aroma shampo yang biasa di pakainya setiap hari.
Jakunnya bergerak naik turun. Pria itu menelan ludah nya kasar. Dadanya kembali bergemuruh.
Alena mndongak sebentar, kemudian melangkah keluar dari kamar mandi sedikit menabrak tubuh tinggi Hardi. Membuat pria itu bergeser memberi jalan.
Alena memungut pakaian nya yang sudah berada di tepi ranjang. Kemudian berbalik bermaksud menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Namun dia terhenti ketika Hardi sudah berada di depannya. Meraih tangan Alena kemudian mendudukkan gadis itu di tepi ranjang.
"Aku mau pulang" katanya dengan suara bergetar.
Hardi berlutut di depan Alena, mensejajari tubuh gadis itu yang sedang tertunduk menyembunyikan wajahnya.
"Aku mau pulang!!" katanya lagi dengan suara agak tinggi.
Hardi meraup dagu gadis itu, membuat Alena mengangkat wajahnya.
Tampak mata yang sembab dengan wajah yang basah oleh airmata.
Alena mengusap pipi basahnya dengan kasar.
"Maaf" Hardi setengah berbisik.
Alena mulai terisak.
"Maaf." Hardi mengulang bisikannya.
Jari-jarinya merayap di wajah basah Alena. Mengusap air mata yang mengalir. Mendekatkan wajahnya, lalu mengecup bibir mungil Alena dengan lembut. Kemudian mengarahkan kecupannya ke kening dan puncak kepala Alena yang masih basah. Mengecupnya lama dan berkali-kali seolah ingin mengatakan semua akan baik-baik saja!
Alena merangsek masuk ke pelukan Hardi. Menumpahkan air matanya di dada bidang sang pujaan hati. Tangannya melilit tubuh pria itu dengan kencang seolah tak ingin melepaskan nya.
*
*
Tak ada yang berbicara sepanjang perjalanan pulang. Suasana hening di dalam mobil. Hanya desahan napas yang berhembus mengisi sepinya petang itu.
Alena menempelkan punggungnya di sandaran jok mobil itu. Matanya memandang lurus kedepan. Mulutnya terkunci rapat. Sesekali gadis itu menghela napas dalam-dalam seperti ingin mengeluarkan sesuatu, tapi diurungkannya.
Sementara Hardi mencoba fokus menatap jalanan walau sesekali dia mencuri pandang ke arah gadis di kursi penumpang.
Mereka sampai di depan pagar rumah Alena setelah 20 menit menempuh perjalanan. Mobil berhenti di depan pintu gerbang bercat abu-abu itu.
Alena membuka pintu, kemudian menurunkan kedua kakinya berurutan. Namun Hardi meraih lengannya, menahan kepergian gadis itu.
Alena menoleh.
"Aku mau pulang!" katanya dengan wajah datar dan suara dingin.
Hardi tak mampu memaksa lagi. Dilepaskannya tangan kurus Alena agar gadis itu bisa keluar dari dalam mobil.
Tak sepatah katapun yang mereka ucapkan.
Alena bergegas memasuki pintu gerbang rumah nya tanpa menoleh sedikitpun ke belakang dimana Hardi masih terdiam dalam mobilnya, menatap punggung gadis itu dengan sendu.
Sejenak menyandarkan tubuhnya di kursi. Memejamkan matanya sebentar.
Aku tak mampu mengendalikan diriku sendiri. Bahkan semua yang ada pada dirinya membuat aku kehilangan kontrol atas diriku sendiri. Aku benar-benar sudah gila.!!
Bersambung ...
Terima kasih udah mampir... Jangan lupa like koment sama votenya, biar aku tau kamu udah mampir disini. I love you full 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Siti Romlah
Apa Hardi sudah biasa melakukan dengan Lasya thoor
2022-03-10
3
Aprilia***
semoga Hardi mau tanggung jawab 😔😔😔
2022-01-09
1
Sapta Rini
klo udh krjadian br deh menyesal....percuma Al 😢
2021-12-11
0