🍁
🍁
Angin di akhir bulan Juli berhembus lebih kencang dan lebih dingin dari biasanya. Suhu udara turun drastis ke titik terdingin tahun ini. Harusnya ini musim kemarau, tapi entah kenapa seakan-akan berubah cuaca menjadi musim dingin.
Daun-daun berguguran menambah kesan eksotis menjelang sore hari. Terpaan angin di pepohonan membuat dau-daun kecil nan rapuh beterbangan ke segala arah.
Alena sedang bermain-main dengan ponselnya. Menangkap beberapa gambar di depan mata. Gambar daun di udara yang di terpa angin. Atau gambar daun yang berserakan di atas aspal di sekelilingnya.
Klik, menekan tombol kirim dan memasang gambar yang dia ambil di storry whatsapp nya. Dengan caption 'Bandung rasa Korea' dengan emoticon tertawa.
Beberapa menit kemudian masuk beberapa pesan yang isinya mengomentari storry nya tersebut.
Gadis itu tertawa membaca komentar yang masuk. Kebanyakan dari komentar tersebut menyebutkan tempat lain yang serupa.
Jeda beberapa menit.
Ting. Ting. Ting.
Beberapa pesan masuk bertubi-tubi.
Alena terbelalak membaca pesan yang masuk. Tepatnya masih terbelalak dan masih terkejut setiap kali pesan yang masuk tersebut dari seseorang yang beberapa bulan ini telah menjungkir balikkan hari-harinya.
Dia masih belum terbiasa.
[Dimana?] tanya Hardi dari seberang sana.
Alena tertegun. Menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kenapa harus bingung tiap kali dia kirim pesan seperti ini?
[P]
[P]
[P]
Tak sabaran.
Heleh ... nih orang gak sabaran bener. Aku kan lagi mikir. Batinnya, menggerutu.
[Dijalan, kak.] balasnya.
Segera setelah terkirim, terlihat orang di seberang sana langsung mengetik balasan.
[Jalan mana?] balas nya lagi.
[Halte dekat kampus] send.
[Mau pulang?] tanya yang di sana.
[Nggak kayaknya] Alena membalas.
[Mau kemana?] tanya Hardi lagi.
Alena mengerutkan dahi. Kenapa dia tanya begitu?
[P]
[P]
[P]
Lagi, dengan tidak sabaran.
Ish!! Orang ini!!
[Nyari buku dulu ke GM kayaknya] jawabnya, sekena nya.
[Wait ya!] jawab dari seberang sana
[Maksudnya?]
Tak ada balasan. Tampak tanda online pun menghilang.
Selang beberapa menit, sebuah mobil yang dia kenal berhenti tepat di depan nya. Alena terhenyak. Serius?? Batinnya.
Kaca penumpang turun dan terlihat orang yang di balik kemudi melongok keluar, ke arahnya.
"Aku juga mau ke GM. Mau bareng?" katanya, membuat Alena kalangkabut.
"Eh?? ..."
"Hey?!" Hardi mulai tak sabar.
"Eh .. iya?" Alena gelagapan.
"Ayo!!" dengan nada memerintah.
Apa dia ngajak pergi? Bareng gitu? Aku harus gimana ini ya.. Aaaa ... apa harus ikut? Tadi kan jawab asal-asalan. Gumamnya dalam hati.
"Ish .. kebiasaan lambat!!" Hardi mulai kesal. "Alena!!" agak berteriak.
"Iya kak" masih duduk di bangku halte.
"Ayo!" ajak Hardi lagi.
"Aku?" telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan. Aku ngajak tiang listrik di samping kamu!!" katanya, gusar dengan kepolosan gadis itu.
"Eh??" mengerucutkan bibir mungilnya dan mulai menggerutu pelan. Membuat Hardi seketika mengulum senyum. Kenapa dia berbuat begitu coba? kan gemes jadinya. Haha.
"Ayo masuk!" Hardi sekali lagi memerintah.
Alena faham. Gadis itu bangkit dari tempatnya duduk. Berjalan menghampiri mobil tersebut. Pintu mobil terbuka dari dalam. Tapi Alena tertegun sebentar. Kepalanya menengok ke kiri, kemudian menengok ke kanan. Seperti meneliti keadaan. Diam lagi, kemudian masuk.
"Ck!!" Hardi berdecak kesal, "Lambat!!" dengan tatapan gusar.
Alena merengut, kembali mengerucutkan bibir mungilnya.
"Kakak galak!" katanya, polos.
"Hah!! Kamu lambat!" Hardi tergelak.
Mobil pun mulai melaju membelah jalanan kota.
Petang menjelang. Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Suasana hening. Keduanya larut dengan fikiran masing-masing.
Laju mobil terhenti karena lampu lalu lintas berubah merah. Hardi meraih ponsel di saku celana, memasang kabel data dan menyambungkan nya ke pemutar musik di dekat dashboard. Mengalun lah musik dari benda tersebut.
"Aku lagi suka lagu ini lho" Hardi memecah keheningan ketika sebuah lagu mengalun dari benda di depannya.
Alena menoleh. Menatap ke wajah dengan rahang kokoh itu yang juga sedang menatapnya dengan senyum yang samar.
Lagu yang dia kenal dari band favoritnya. Alena tersenyum. Namun dia tersadar, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. Jangan begini! Jangan tergoda! Nanti patah hati! Batinnya berkecamuk.
"Maaf ya" Hardi tiba-tiba buka suara, membuat Alena kembali berpaling ke arahnya dengan tatapan bingung.
"Maaf untuk apa?" gadis itu memiringkan kepalanya.
"Tadi siang waktu kita ketemu di tangga" Hardi dengan raut menyesal.
Pikiran Alena menerawang mengingat kejadian apa saja hari ini yang dia lewati.
🌿Flashback on🌿
Gadis itu tengah berjalan menuju area kampus. Sedikit tergesa karena hampir terlambat mengikuti sesi kuliah setelah jam istirahat dia habiskan di luar kampus.
Tepat beberapa langkah menaiki tangga, jalan nya terhenti. Menatap sosok tinggi di hadapan nya, yang beberapa detik kemudian menyadari kebaradaan nya. Tatapan keduanya bersirobok, membuat gadis dengan rambut sepinggang itu canggung.
Antara senang dan bingung. Harus menyapa atau tidak. Ingin menyapa tapi Alena menyadari keberadaan gadis si samping Hardi yang di kenali nya. Yang memiliki kecemburuan diatas normal. Dirinya membayangkan mungkin sedetik setelah dia menyapa Hardi, akan segera terjadi perang dunia ketiga yang akan mengguncang dunia hari itu juga. Tanpa sadar dia terkekeh.
Alena kembali menatap Hardi yang juga terlihat salah tingkah. Kenapa dia? Pikirnya.
Seulas senyum samar terlihat terbit di sudut bibir pria jangkung berkemeja biru itu.
Tangan nya terlihat sedikit melambai di bawah. Samar. Alena faham. Laki-laki itu mungkin takut ketahuan kekasihnya sedang menyapa dirinya.
Alena buru-buru berjalan melewati pasangan tersebut. Dengan terkikik geli. Merasa lucu sendiri dengan tingkah absurd mereka. *Kenapa rasanya seperti selingkuhan yang takut ketahuan pacar sah?? Hahah ... konyol!!
🌿*Flashback off🌿
"Itu ..." pikirannya menerawang, menggigit bibir bawahnya untuk beberapa saat. Kemudian menatap wajah itu lagi yang juga masih menatap nya. Kemudian tersenyum. "Kenapa minta maaf?"
Hardi pun tersenyum "Kenapa ya?" dia pun seperti berpikir. "Jalan dengan Lasya membuat aku harus selalu hati-hati. Takut berbuat kesalahan." katanya agak getir.
"Takut? Hahaha .." tawanya mengejek.
"Hey!! Bukan takut semacam itu!" Hardi menyadari ejekan di balik tawa Alena.
Alena masih terkekeh membayangkan pria tinggi di balik kemudi itu selalu menahan diri dari jangkauan orang lain terutama teman-teman perempuannya karena merasa takut akan menyinggung kekasihnya yang sangat cemburuan, walaupun sebatas sapaan biasa.
"Aku ngerti kok. Aku tau kak Lasya gitu. Jadi nggak heran lagi."
"Hm ..." Hardi terkekeh, "Kadang aku merasa lucu sekaligus bingung dengan sikap dia yang seperti itu. Apa semua perempuan sifatnya begitu?" Hardi mulai menjalankan mobilnya ketika lampu berubah hijau.
"Nggak tau. Aku kan belum pernah pacaran sama perempuan" Alena sekena nya.
"Ck!! Ngawur!!" sebuah sentilan mendarat di kening Alena tanpa bisa dia hindari karena kejadiannya begitu tiba-tiba.
"Aduh!!" Alena mengusap kening nya yang terasa agak perih. "Kakak ihh!!!"
Hardi tergelak, reflek tangan yang barusan menyentil kening Alena mengusap area itu dengan lembut. "Maaf" katanya. Kemudian fokus lagi ke jalanan di depannya. Suasanya kembali hening.
Alena masih menatap pria di sampingnya dengan dada yang berdegup kian kencang. Tanpa sadar dia menekan dadanya, meredam debaran itu yang seolah akan meledakkan dirinya.
Seharusnya dia tidak seperti itu kan. Membuat aku ke GR an setengah mati. Oh jantung sialan! Berhentilah berdebar abnormal seperti ini! Aku tak tahan!!
Dering ponsel Hardi menghentikan musik yang sedang mengalun.membuyarkan lamunan Alena. Nama Lasya beserta foto profil nya tertera di layar. Pria itu menekan tombol hijau, terdengar suara dari seberang.
"Kamu udah pulang?" tanpa basa-basi.
"Belum" Jawab Hardi, pendek.
"Kenapa?"
"Kan aku udah bilang mau ke GM dulu nyari buku"
"Ohh ... ya udah ..Hati-hati ya. Jangan nakal!" katanya, kemudian sambungan telfon berakhir. Alena terkikik geli mendengar percakapan sepasang kekasih ini. Dia menutup mulut dengan kedua tangannya berharap tawanya tak rerdengar si pria di sampingnya.
Ternyata Hardi menyadari tawa dari gadis di kursi penumpang itu. Dia mendengus kesal.
"Gak lucu"
"Eh?? ...haha" Alena terbahak, "Apa semua orang dewasa pacaran nya seperti kakak ya?"! masih tergelak.
"Heh! Umur kita gak beda jauh ya. lagian kamu juga udah dewasa kayaknya" Hardi mendelik.
"Siapa bilang? Aku masih 19 tahun ya. Aku masih kecil!" Alena mencibir.
"Heleh!! 19 tahun? Kecil apanya? bagian mana dari tubuh kamu yang masih kecil??" melirik.
"Ihh ... kakak mesum!" menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Haha ... mesum apanya??" Hardi tergelak, merasa geli dengan pikirannya sendiri yang mulai sedikit aneh.
Alena mendelik.
"19 tahun itu udah dewasa kali. Memang gaya berpacaran kamu gimana? Anak jaman sekarang kalau pacaran gimana sih?" Hardi yang tiba-tiba seolah merasa lebih tua.
Alena tersenyum kikuk. "Nggak tau" menggendikkan bahu.
"Lah, kok nggak tahu?" kembali fokus menyetir.
"Aku belum pernah pacaran .." bergumam.
"Apa?!"
"Aku belum pernah pacaran!!" kali ini dengan suara agak keras."
"Masa? hahaha" Hardi tergelak, hingga membuat kepalanya terdongak ke atas.
I**ya iya aku tau.! Tidak usah mengejek juga kali. Alena cemberut.
***
Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah mall. Mobil Hardi memasuki area parkir di depan mall. Mereka turun setelah mematikan mesin mobil. Alena kembali celingukan ke kanan dan ke kiri seperti tadi sebelum memasuki mobil.
"Kamu kenapa sih dari tadi celingukan gitu?" Hardi yang heran dengan tingkah gadis mungil di hadapannya.
"Nggak. Cuma takut ada yang kenal aja" jawab Alena, datar.
"Jiah ... kayak artis aja takut ada yang kenal?" Hardi terkekeh.
"Kalau kita ketemu sama yang sekampus gimana?" Alena menatap Hardi.
"Maksudnya?"
"Kalau kita ketemu sama orang yang kita kenal di kampus gimana?" Alena meninggikan suaranya.
"Gimana apanya? ya nggak gimana-gimana lah. Memangnya kenapa?" Hardi balik bertanya.
"Ah .. sudah!! Susah ngomong sama kakak!" Alena kesal, kemudian berjalan mendahului Hardi. Sementara pria di belakangnya hanya terkekeh gemas.
Keduanya memasuki toko buku terkenal di kota. Hardi mencari buku yang dia butuhkan untuk keperluan kuliah nya. Sementara Alena bingung karena sebenarnya dia tak membutuhkan buku apapun. Kata-kata yang dia ucapkan di halte saat Hardi menelfon nya tadi sebenarnya hanya alasan saja.
"Kamu gak jadi beli buku?" Hardi yang heran saat bertemu di kasir dengan Alena dengan tangan kosong.
"Ee ... gak nemu bukunya" alasan nya.
"Memangnya kamu nyari buku apa sih?"
"Ng ... itu, e ..."
Kasir meraih buku di tangan Hardi dan mulai mengetik di mesin pembayaran. Menyebutkan harga, kemudian Hardi menyodorkan uang sesuai yang di sebutkan oleh kasir tersebut.
"Mau aku bantu cari bukunya?" Hardi menawarkan.
"Nggak usah. Lain kali aja" Alena menolak.
"Yakin?"
Alena hanya mengangguk.
"Oke"
Keduanya keluar dari toko buku tersebut.
"Kita makan dulu ya, aku laper. Baru abis itu pulang"
Alena mengangguk lagi tanda setuju. Kebetulan perutnya pun mulai keroncongan.
Mereka memilih tempat duduk di paling pojok di sebuah restoran cepat saji. Tepatnya Alena yang memilih tempat duduknya. Membuatnya merasa aman karena masih takut ada yang mengenali mereka.
"Hardi?!" tiba-tiba ada yang menyapa dari kejauhan. Spontan keduanya menoleh ke asal suara. Hardi tersenyum kemudian melambai ke arah orang yang nenyapanya tersebut yang setengah berlari mendekat ke arah mereka. Alena gelagapan ingin menyembunyikan dirinya sendiri takut dikenali.
"Cie lagi ngedate!" reaksi yang spintan.
"Sembarangan lu!" Hardi meninju pelan pundak temanya tersebut.
"Lah, trus apa kalo bukan ngedate? makan berdua di pojokan?" Raja terkekeh.
"Nggak gitu kali." Hardi menyanggah.
Alena berusaha menunduk menyembunyikan wajahnya, berharap Raja tak akan menyapanya dan cepat pergi dari sana. Namun gadis itu jadi salah tingkah manakala tangan Raja tiba-tiba terulur mengajak bersalaman. Kepalanya mendongak, kemudian melirik ke arah Hardi.
"Gue Raja. Temennya Hardi. Elu Alena, kan?" katanya, membuat Alena mengerutkan dahi. Menatap tangan yang terulur di depan wajahnya.
"Gue kakak kelas elu di kampus juga, sama kayak Hardi" katanya lagi dengan tangan yang masih terulur. Alena segera menyambut tangan itu bersalaman dengannya, dan berharap Raja cepat pergi dari sana.
"Iya kak" katanya, singkat.
Raja tersenyum, kemudian menoleh ke arah Hardi. Sorot matanya seperti menanyakan sesuatu. Hardi hanya menggeleng, melirik Alena, kemudian melirik lagi ke arah Raja.
Raja menggangguk-anggukan kepala seperti memahami sesuatu.
"Udah sana pergi!" Hardi mengusir secara teang-terangan.
"Lah, dia ngusir"
"Trus elu mau ngapain di sini? gue mau makan. Mau jadi wasit lu?"
Raja tertawa, "Oke oke" melirik ke arah Alena, kemudian pergi.
Hardi kembali ke makanan di depannya.
"Tuh kan bener" keluh Alena.
"Apaan?" Hardi yang tetap fokus dengan makanannya.
"Kita ketemu dengan orang yang kenal"
"Terus?"
"Bentar lagi ada gosip di kampus"
"Gak bakalan" Hardi tetap cuek.
"Yakin?"
"Iyalah. Raja bukan tukang gosip. Lagian aneh masa cowok bakal ngegosip. haha" Hardi terbahak.
"Kakak, ihh!!" Alena merengek. "Aku cuma takut ada yang salah faham ke kita."
"Salah faham gimana?" pura-pura polos.
"Nanti kalau kak Lasya tau, abis lho!!" Alena seperti mengingatkan.
Hardi terkekeh, "Ya jangan sampai tau dong". katanya, dingin.
"Maksudnya?"
"Udah! Abisin makanannya jangan ngomong melulu!" Mereka pun makan dalam diam.
Setelai selesai dengan makanannya, merekapun keluar dari restoran cepat saji tersebut, menuju mobil dan pulang.
.
Tak ada obrolan sepanjang perjalanan. Hanya musik dari ponsel yang tersambung ke speaker di dashboard. Sesekali Hardi melirik ke arah Alena yang terdiam menatap jalanan di sisi kirinya. ..
**Bersambung ...
jangan lupa like koment sama vote nya ya. I love you😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Aysana Shanim
Aku kok malah gimana yaa sama hardi. Dia kan udah punya cewek, harusnya jangan kegenitan sama cewek lain. Udah tau ceweknya cemburuan tapi ngedeketin Alexa. Jadi kesannya kayak mau ngajakin selingkuh gitu.
2025-03-12
0
Imas Tuti
nah itu yg bikin Alena berharap sama c Hardi
2022-02-01
1
Taty AB
jatuh cinta tp gak sadar
2022-01-02
1