Hardi menarik tangan kurus itu. Membimbing si empunya tangan untuk mengikutinya ke kursi semen di belakang mereka.
"Duduk!" katanya, memerintah.
Alena menurut, menghempaskan bokongnya di kursi semen tersebut.
Pikiran nya masih berkeliaran tak tentu. Jantungnya berdegup tak karuan. Keringat mulai bercucuran dari keningnya. Kepalanya menunduk, tak sanggup menatap wajah itu.
"Kenapa?" Hardi memulai percakapan.
Alena tak berani mengangkat kepalanya sedikitpun.
"Jawab!!" katanya, memaksa.
"Iya kak," hanya itu yang keluar dari bibir Alena.
"Iya apa?" tiba-tiba tangan nya terulur menyentuh dagu Alena. Membuat wajah gadis itu mendongak. Seketika mata mereka pun bertemu.
"Eh??" ada yang berdebar halus dalam dada Hardi. Sementara Alena tergagap mendapati mata coklat itu yang sedang menatap dirinya.
"Lihat wajah ke orang yang sedang mengajak kamu bicara!!" Hardi yang kemudian tersadar.
"E ... itu ..."
"Kenapa mau bunuh diri?"
"Mmm ... bukan! Maksudnya ..."
"Putus sama pacar? Diselingkuhi?" Hardi masih menyelidik.
"Hah ... nggak! Nggak gitu. Aku gak punya pacar!!" setengah berteriak, namun kemudian tersadar dengan kelakuan nya sendiri, malu.
"Hehe ..." Hardi terkekeh, "terus kenapa mau bunuh diri? Hmm ...??" katanya masih keukeuh dengan pendapat nya sendiri.
"Nggak!! Aku bukannya mau bunuh diri!" Alena menegaskan.
"Eh ...? Terus tadi ngapain berdiri lama disitu? Kelihatannya kamu mau bunuh diri barusan??" Hardi hampir terbahak.
"Nggak. Aku cuma ..."
Apa ya? Masa aku mesti bilang aku lagi galau karena kesepian sih. Ish ... nggak banget!!
Hardi sudah melepaskan genggaman nya, kemudian duduk di samping Alena.
"Saya fikir tadi kamu mau bunuh diri" mengulum senyum.
"Ish ... apaan sih." masih menetralisir debaran di dadanya.
"Kan aneh, seorang cewek datang sendirian ke atap gedung yang sepi sambil melamun. Bahkan gak sadar kalau di tempat itu juga ada orang. Mana berdirinya ke pinggir lagi. Kayak yang mau loncat." Hardi terbahak, sementara Alena hanya mendelik kesal.
"Kamu ... Alena, kan?" tanya Hardi setelah sekian detik mereka terdiam.
Ah ... kenapa saat dia menyebut namaku rasanya seperti ada nyanyian dari surga, ya?
Yang ditanya malah terdiam, namun pandangan matanya tak lepas dari wajah tampan itu.
"Ye ... ditanya malah diem!" Hardi menepuk pundak Alena sehingga gadis itu kembali tergagap. Membuat Hardi terbahak karena merasa kelakuan gadis di sampingnya tersebut terlihat sangat lucu.
"Kamu Alena yang waktu itu saya suruh mengumpulkan tugas mahasiswa baru, kan?" katanya mengingat.
"E ... iya kak" jawab Alena, pendek.
"Hmmm ..." Hardi mengulum senyum. Entah apa arti di balik senyumannya itu.
"Kakak sendiri lagi ngapain disini?" tiba -tiba pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Alena, membuat kaget dirinya sendiri.
Hardi menoleh, memiringkan kepalanya, kedua alisnya saling bertautan seperti sedang berpikir keras.
"Kenapa ya?" malah menjawab dengan pertanyaan, "mungkin karena bosan" katanya, mengangkat bahu.
"Eh ..."
Hardi tersenyum menatap Alena yang juga tak melepaskan pandangan dari nya. Ada yang bergetar aneh dalam dada.
Cukup lama mereka saling pandang dalam keheningan. Yang perempuan asyik menikmati pemandangan langka didepan matanya, yang mungkin takkan dia dapatkan lagi setelah hari ini. Dia sedang merekam momen itu dalam memori di kepalanya. Menguncinya serapat mungkin agar wajah itu takan dia lupakan selamanya.
Sementara sang pria sedang mengidentifikasi perasaan yang tiba-tiba muncul dalam hatinya.
Apa ini? Kenapa waktu melihat dia muncul perasaan seperti ini? Ah ... aku pasti sudah gila!!
Suasana hening itu di buyarkan oleh suara dering ponsel Alena yang berbunyi nyaring. Membuat Alena kembali gelagapan, menyadari kelakuan nya di hadapan Hardi.
Hardi memalingkan wajah ke arah lain sambil tersenyum, kembali merasa lucu melihat kelakuan gadis di sampingnya tersebut.
Kenapa dia terlihat menggemaskan begitu ya. Haha ...
Alena pun bangkit setelah membaca pesan grup di ponselnya.
"Eh ...?!" Hardi agak terkejut.
"Maaf kak, aku harus turun." Alena dengan sigap meraih tas yang tadi di jatuhkan nya di kursi.
"Ada apa?"
"Aku ada kuliah. Dosennya udah datang"
"Oh ... oke"
"Mmm ... makasih." Alena tersenyum.
"Eh ...?? Makasih untuk apa?"
"Ng .. hehe. Makasih udah ngobrol." katanya, kemudian berlari dari tempat itu, sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Hardi kembali tersenyum. Menatap punggung gadis itu hingga dia menghilang di balik pintu.
"Dasar aneh!!"
Ini lagi ... Kenapa deg degan begini? Sial!!
Reflek tangannya menyentuh dada bagian kiri yang berdegup kencang.
*
*
*
Bersambung ....
tengkiyu yang udah mampir. ditunggu like sama koment nya. I love you😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mar Lisa
perempuan goblok
2022-01-09
1
Aprilia***
semangat terus Alena hati Hardi mulai goyah buat lasya km siap2 aj😁😁😁
2022-01-09
1
Dewi dewi
sukaaaa 😍😍
2021-12-29
0