*
*
Bulan-bulan berikutnya berlanjut. Kuliah berlangsung seperti biasa. Masuk ruangan, bertemu dosen, mengerjakan tugas. Hal itu bergulir setiap hari.
Kini perpustakaan jadi tempat yang sering disinggahi Alena karena tugas menggunung yang harus di kerjakan tepat waktu.
"Huffth ... " Alena mendengus kesal. Menjatuhkan beberapa buku ke atas meja di sudut ruangan.
"Pelan-pelan kali, yang lagi duduk ini orang, Al!!" Vania protes ketika salahsatu buku hampir mengenai kepalanya yang sedang tertelungkup di atas meja. Sejak hari pertama orientasi itu mereka pun bersahabat.
"Kapan beres nya tugas ini. Banyak sekali!!" Keluh Alena, kesal.
"Ya kalo kuliah nya selesai lah ..." Vania tergelak mendapati wajah kusut sahabatnya karena tugas kuliah yang tak ada hentinya.
Sementara Alena hanya menggeleng malas.
Sejenak, pandangan Alena teralihkan ke suatu sudut di luar perpustakaan. Tepat di taman pinggir bangunan tempat mereka berada sekarang.
Dua sejoli yang seperti tengah berdebat sengit. Si perempuan seperti sedang marah-marah, ngomel tiada henti. Sementara si pria nampak sedang nemohon maaf. Terlihat dari sikapnya yang merendah sejak tadi. Mengatupkan kedua tangannya di dada.
"Hmm ... mereka berantem lagi tuh?" Vania mengikuti arah pandangan Alena. Yang di ajak bicara hanya menggumam pelan. Tetap melihat ke arah sana.
"Taruhan deh, bentar lagi kak Lasya nangis."
Dan benar saja, sang perempuan yang bernama Lasya itu terlihat sesenggukkan. Menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Terus bntar lagi juga kak Hardi minta maaf," katanya lagi. Dan tepat beberapa detik setelah Vania bicara, si pria yang adalah pemegang hati Alena itu pun terlihat mengatupkan kedua tangan nya di dada. Tanpa harus mendengar yang di ucapkan nya pun, mereka sudah tau bahwa itu ekspresi permintaan maaf.
"Daan akhir nya mereka baikan lagi deeh ..." ucap Vania lagi mengakhiri tontonan drama yang memang berakhir damai diantara dua sejoli itu.
"Hmm ... " Alena menggumam pelan.
"Apa yang kamu harapkan? Mereka putus dan berpisah, begitu? hahaha ..." Vania mengacak rambut Alena.
"Ish ... apaan sih," Alena mendelik.
"Udah, mending cari cowok lain yang single." Vania menepuk bahu Alena yang masih betah memandangi dua insan yang kini telah berdamai seakan lupa dengan pertengkan beberapa saat yang lalu.
Apa tidak sakit melihat semua itu? Kalau akusih mending pergi dari sini.
Batin Vania.
***
"Kantin, yuk. laper" rengek Vania pada sahabatnya yang sedari tadi serius membuka halaman demi halaman buku yang ada di depannya.
"Bentar. Dikit lagi nih," jawab Alena tanpa menoleh. Berusaha menyelesaikan tugas terakhir nya sore itu.
Dan akhir nya setelah beberapa menit drama dan rengekan Vania yang sudah kelaparan, Alena pun menyelesaikan tugas nya. Merekava pun segera membereskan buku kembali ke tempat asalnya, kemudia keluar dari perpustakaan menuju kantin.
Memasuki area kantin, Alena mengedarka pandangannya ke seluruh tempat. Mencari keberadaan sosok itu. Dirinya di sadarkan tepukan di lengan yang di lakukan oleh Vania, sahabatnya.
"Tuh dia lagi mesra-mesraan sama yayang nya," Vania menunjuk satu sudut kantin. Alena pun mengikuti pandangan sahabatnya itu.
Sepasang kekasih yang sedang berpegangan tangan dengan mesra nya. Hardi tak segan membelai rambut kekasihnya, Lasya dan sesekali menyelipkan rambut yang terurai ke belakang telinga. Sementara gadis itu nampak malu-malu dengan wajah bersemu merah.
Keduanya tampak tak canggung bermesraan di tempat umum.
Memang sepasang kekasih kan. Tapi gak gitu juga kali! Batinnya.
Ada yang berdenyut nyeri di dalam dada Alena. Kenapa rasanya sakit. Semua orang tau kalau mereka memang sepasang kekasih. Jadi wajar saja kan mereka begitu. Tapi kenapa dadaku sesak begini.
*
*
Bersambung ...
Terimakasih yang udah mampir. Ditunggu like koment sama favorit nya ya
i love you😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Tami Andriani
🤨🤨🧐
2024-01-16
0
Ajo Cahyadi
berarti cuma alana yang cinta
2023-10-12
1
Aprilia***
memendam rasa it perih😁😁😔
2022-01-09
2