Alena membuka mata. Bayangan kejadian demi kejadian itu terus berkelebat di kepalanya.
Saat pertama kali bertemu dengan Hardi di awal semester pertamanya di kampus.
Hardi. Kakak kelas kesayangan semua orang. Tampan, tinggi, berperestasi. Yang supel dan rendah hati. Selalu ramah kepada semua orang. Termasuk kepada adik kelas, mahasiswa baru seperti dirinya.
Ketika masa orientasi berlangsung, Hardi dan kawan-kawannya yang tiga tingkat di atas Alena yang menjadi pembimbing kala itu.
Cinta pada pandangan pertama. Begitu mungkin gambaran perasaan Alena ketika pertama kali berkenalan dengan Hardi Pradipta, si kakak kelas kesayangan kampus.
Cinta? Mana mungkin. Ah ... betapa bodohnya pikiran itu.
Namun hal itu selalu membuat nya tersenyum setiap hari. Membayangkan wajah tampan itu, si mata coklat dengan alis tebal dan bulu mata lentik. Rambut hitam agak bergelombang. Suara bariton nya yang entah kenapa terasa begitu enak di dengar. Membuat semangat nya penuh berkali-kali lipat untuk pergi ke kampus.
"Kamu Alena?" sapa Hardi ketika Alena sampai di ruang olahraga tempat mahasiswa baru di kumpulkan.
Alena yang mendapat tugas mengumpulkan data semua mahasiswa baru yang ia serahkan ke meja pembimbing.
Alena mendongak. Mata mereka bertemu. Seketika dia jadi salah tingkah, dengan wajah memerah.
Sialan. Kenapa begini?? Batin nya.
"Ee ... iya kak." jawabnya gugup.
"Mulai hari ini kamu yang mengumpulkan tugas temen-temen kamu ya. Semua harus sudah ada di meja pembimbing sebelum orientasi di mulai." kata Hardi.
Itu adalah kalimat terpanjang yang di dengar Alena keluar dari mulut pria tampan itu. Batinnya berjingkrak kegirangan. Dadanya bergemuruh.
Oh hati, kenapa ribut begini?!
"Iya, kak." jawabnya pendek.
Hardi tersenyum kemudian menepuk pundak Alena sebelum akhirnya pergi dari hadapan gadis itu, menuju pembimbing lainnya. Sementara Alena, masih terpaku tak percaya. Hardi bicara, menepuk pundak dan tersenyum padanya.
Wajahnya memerah. Terasa hawa panas mengaliri tubuh nya. Tangannya tertumpu di dada, meredam sesuatu yang berdegup kencang di dalam sana.
Ahh ... kenapa begini? Aku bisa mati.
"Ckck. Wah wah ... rekor." seseorang menepuk pundaknya san berbisik.
"Eh?! Maksudnya?" Alena menoleh.
"Setelah seminggu orientasi, hari ini kak Hardi ngomong panjang lebar. Sama mahasiswa baru lagi"
"Hmm ... cuma tugas," jawab Alena.
"Memang apa yang kamu harapkan? dia ngajak kencan, begitu? Hehe."
Ih ... siap sih dia ini? Tiba-tiba muncul.
"Kenalin, aku Vania." seperti bisa mendengar gumaman hati Alena.
"Alena." Mereka pun berjabat tangan.
*
*
*
Hari-hari sibuk pun dimulai. Dari orientasi sampai perkuliahan padat jadwal di lalui dengan riang. Apalagi kalau pemicunya bukan Hardi. Tanpa banyak berkata ataupun menyapa. Namun hal itu cukup membuat semangat perjuangan di kampus begitu penuh dalam jiwa Alena.
Tak ada hal besar yang berarti. Hanya melihat si kakak kelas kesayangan melintas di depan matanya pun sudah cukup bagi Alena. Cukup membuat nya berdebar, tersenyum, bersemangat.
Sepertinya aku mulai gila. Hal konyol apa yang mungkin akan terjadi lebih parah dari ini? apa aku akan menggoda dia? Menghampiri dia? atau bertindak bar bar seperti di film. Ahhh ... sungguh memusingkan! Kalau jatuh cinta serumit ini aku takan mungkin membiarkan hati ini merasakan yang lebih dalam. Bagaimana kalau hanya aku yang merasakan? Bagaimana kalau kenkonyolan ini hanya aku yang mengalami? Wahai hati ... jangan begini!
*
*
Bersambung ...
like, vote, koment.
I love you full😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Tami Andriani
😌😌😇
2024-01-16
0
alhusna name
ternyata aku belum nge like si alena
dulu cuma baca doang 😬😬😬
hai mak fit, saking gabutnya aku baca ini lagi 😉😉😉
2024-01-05
0
Ajo Cahyadi
suka ceritanya nggak taunya adaknya bang arya
2023-10-12
1