Fifian Pergi

"FIFIAN..!!! LEPAS!"

Alex menarik Febi dalam pelukannya dan mendorong Fifian dengan keras sampai perut Fifian membentur sisi meja.

Fifian mengerang kesakitan, tapi dia tahan. Tak ada gunanya menunjukkan rasa sakit di depan laki-laki jahat ini.

"Mas sakit hiks, kepala aku pusing," Febi terisak sambil memegang kepalanya.

"Mama," Gina datang dan menghampiri Mama tersayangnya.

"Mama ga papa?" tanya Gina khawatir.

Sedangkan Gani yang justru menatap khawatir Fifian yang memegang perutnya.

"Dia jambak, nampar sama cengkeram tangan Mama, Gina. Badan mama sakit semua," Febi mengadu pada putri kecilnya.

"MOMMY, KENAPA SIH MOMMY JAHAT BANGET SAMA MAMA. APA SALAH MAMA SAMA MOMMY," Gina berteriak sambil menangis.

"Jangan bentak Mommy!" Gani langsung berdiri di depan Fifian dan manatap tajam adiknya, "Mommy nggak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan."

"Gani kenapa kamu selalu bela Mommy. Mommy ibu tiri dan semua ibu tiri itu jahat."

"Mommy nggak jahat."

"Gani, Gina cukup. Kalian masuk kamar. Ini urusan orang dewasa," ucap Alex

"Nggak. Gina nggak mau pergi. Gina nggak mau ninggalin Mommy sama perempuan jahat itu," Gina menunding sambil menatap nyalang Fifian.

"Mommy bukan orang jahat!" Gani tak terima dan berteriak pada adiknya.

Kepala Alex berdenyut semakin sakit melihat pertengkaran anak-anaknya.

Masalah Fifian dan Febi belum selesai dan sekarang anaknya juga saling bertengkar menjadi dua kubu.

"BIBIIII," panggil Alex.

Seorang pembantu datang.

"Iya, Tuan."

"Bawa Gina dan Gani ke kamarnya."

"Gina nggak mauu," Gina lalu memeluk Febi,

"Gina mau sama mama. Gina mau melindungi mama."

"Ya ampun anak mama. Mama beruntung sekali memiliki anak seperti kamu, Gina. Kamu memang anak yang berbakti pada orang tua."

Alex menghela napas panjang. Kepalanya benar-benar pusing menghadapi masalah di pagi buta ini.

Alex menatap Fifian yang menatapnya dengan sorot mata yang tak bisa Alex gambarkan. Ada luka menganga dan kemarahan yang membara di bola matanya.

"Fifian kamu.."

Fifian langsung pergi menaiki tangga sebelum suaminya menyelesaikan kalimatnya.

"Mommy," panggil Gani

Fifian tidak menjawab dan terus berjalan. Gani berkaca-kaca. Dia ingin mengejar, tapi sepertinya mamanya tidak ingin diganggu. Gani juga memilih pergi dan kembali ke kamarnya.

Alex ingin mengejar Fifian, tapi tiba-tiba...

"Aduh, Mas, kepala aku pusing." Febi pun berpura-pura sakit seraya memegang kepala nya

Alex pun merangkul Febi dan membawa nya ke sofa. Gani juga ikut memegang lengan mamanya dengan khawatir.

Alex mengambil kompres dan mengompres pergelangan tangan Febi yang memang terlihat biru. Entah apa yang merasuki Fifian sampai Fifian sekasar ini dengan Febi. Fifian benar-benar berubah sekarang.

"Sayang, kamu harus sekolah kan, lebih baik sekarang kamu mandi dan ganti seragam," ucap Fifian sambil mengusap rambut Gina.

"Tapi Gina mau nemenin Mama."

"Mama ga papa, kan ada papa."

"Benar kata mama, sekarang kamu masuk ke kamar ya, minta bantuan sama bibi kalau nggak bisa pakai seragam sendiri."

"Aku bisa kok, Dad.Gina sudah besar."

"Ya udah sana."

Alex mengacak rambut putrinya dengan gemas.

Setelah kepergian putrinya,Alex pun lanjut mengompres pipi febi.

"Sakit?"

Febi mengangguk, "Sakit banget, Mas."

"Kenapa Fifian nampar kamu?"

Febi menggeleng, "Aku juga nggak tau, Mas. Tadi aku ke sini mau minta maaf sama Fifian soal semalam yang mungkin aja aku mengganggu waktu berduaan kamu sama Fifian, Mas. Tapi Fifian

Malah tiba-tiba menuduh aku pelakor dan menamparku, menjambak, lalu memelintir tanganku."

Alex lalu menghela napas panjang.

"Mulai sekarang kamu nggak usah deket-deket sama Fifian."

"Maksud kamu, aku nggak boleh datang ke rumah ini lagi ?"

"Bukan gitu, tentu saja kamu boleh. Kamu boleh datang ke sini kapan pun kamu mau. Kamu ke sini juga mau ketemu anak-anak kan?"

"Iya, Mas, aku ke sini mau ketemu anak-anak. Masa ketemu kamu terus godain kamu, hahaa," Febi tertawa, Alex juga ikut tertawa.

Ditengah-tengah tawa mereka, Fifian muncul. Dia sudah rapi dengan style-an kantor yang dulu saat Fifian masih menjadi sekretaris Alex..

"Mau kemana kamu?" Fifian tidak menjawab pertanyaan suami nya dan langsung pergi.

"Suami kalau lagi ngomong di dengerin," Alex menahan tangan Fifian, menyentak hingga tubuh Fifian menghadap padanya.

"Aku mau interview."

"Interview apa?"

"Kerja."

"Kerja? Untuk apa kamu kerja?"

"Memangnya kalau kerja untuk apa, Mas? Ya cari uang lah. Aku ingin mandiri."

"Untuk apa mandiri? Uang suamimu ini nggak akan habis kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan kamu."

"Iya untuk sekarang. Tapi setelah cerai siapa yang akan membiayai aku lagi."

"BERHENTI BICARA CERAI, FIFIAN..!!!"

Fifian termundur, kaget mendengar teriakan suaminya yang menggelegar. Selama enam bulan terakhir ini, tak terhitung berapa kali Alex membentaknya. Lama-lama dia bisa kena serangan jantung. Selain mati karena tekanan batin dan depresi jika tetap berada di rumah ini , Fifian bisa-bisa mati kena serangan jantung.

"Sudah aku bilang kan, sampai kapan pun, aku nggak akan pernah menceraikan kamu."

Fifian speechless, tidak tau lagi harus mengatakan apa. Suaminya terus menyiksa batin nya, tapi dia juga tidak mau melepaskan nya. Tetap bertahan di rumah ini hanya akan membuat Fifian gila.

"Mas Alex, tenang," Febi berdiri dan mengusap lengan Alex

"Fifian, benar yang Mas Alex katakan, lebih baik kamu jangan kerja dan jadi ibu rumah tangga saja. Anak-anak membutuhkan kamu."

"Diam lo, Jalang!"

"FIFIAN," bentak Alex

Fifian langsung memutar bola mata malas.

"Terserah, Mas, dengan atau tanpa izin kamu, aku akan tetap kerja. Dan jangan bicara soal istri yang harus menghargai suaminya, karena sejak awal kamu nggak pernah menghargai aku sebagai istri kamu..!!"

Fifian berbalik badan dan langsung pergi.

"Silakan saja, aku pastikan tidak akan ada satu perusahaan yang mau menerima kamu!"

Fifian menulikan telinga dan berlari kencang menuju ke gerbang. Dia sudah memesan ojek. Alex sudah memberinya mobil, tapi Fifian tidak mau mengendarainya. Fifian ingin membiasakan diri tanpa fasilitas suaminya.

"Ini, Neng, helmnya." ucap tukang ojek

Fifian langsung memakai helm dan Pak ojek pun melajukan motor nya, Sepanjang jalan air mata Fifian terus mengalir.

Episodes
1 Yang selama ini aku rasakan
2 Sulit untuk memahami
3 Kesempatan sekali lagi
4 Tragedi Di Meja Makan
5 Sayang Mommy..!
6 Kenapa dengan perasaan Mu,Mas..??
7 Wanita Hebat
8 Perasaan Fifian
9 Kecelakaan
10 Gani Sayang Mommy
11 Drama Di Rumah Febi
12 Jangan Salahkan Mommy
13 Jangan Pergi Mommy
14 Suasana Panti Asuhan
15 Kecantikan Fifian..
16 Keinginan Gina
17 Pakai Cara Halus
18 Ungkapan Hati Gani
19 Pelakor VS Istri Sah
20 Fifian Pergi
21 Pertemuan Tak Di Sangka-sangka
22 Tak Bisa Membuat Ku Cemburu
23 Pintar Akting
24 Keinginan Yaris
25 Maaf Mas,Tak Sengaja..
26 Pertama Kali
27 Tangisan Gina
28 Kedatangan Yaris
29 Kamu Plin-Plan Mas
30 Febi Kecewa
31 Apakah Benar-benar Berubah..??
32 Rasa Nasi Padang
33 Fifian Adalah Milik Nya
34 Bagaimana Mas Rasanya?
35 Harapan Kosong
36 Kalung Fifian
37 Mengejar Lala
38 Lala Meninggal
39 Drama Febi
40 Kasih Sayang Ayah
41 Tidak Sanggup Lagi
42 Gani Sedih Mommy Sakit
43 Langsung Pulang..
44 Mengancam Bian
45 Ruang Rahasia
46 Datang Untuk Minta Maaf
47 Kata Maaf Dari Mulut Bian
48 Kalimat Itu Untuk Kamu
49 Alex Mencoba Tegas
50 Berhasil Membuka Ruang Rahasia
51 Mencari Keberadaan Fifian
52 Ikatan Batin
53 Keputusan Yang Terbaik
54 Terlibat Perkelahian
55 Kenapa Semua Jadi Seperti Ini..
56 Tempat Sembunyi Sementara
57 Kalung Linotin Biru
58 Surat Gugatan Cerai
59 Mendatangi Rumah Herdi
60 Merindukan Fifian
61 Penyelidikan Yaris
62 Kekecewaan Yaris
63 Ketakutan Rianti
64 Pengadilan Agama
65 Fifian Hilang
66 Pertemuan Bian Dan Humaira
67 Kita Tidak Akan Berpisah
68 Fifian Terluka
69 Kekesalan Yaris
70 Ikatan Batin
71 Pelukan Gani
72 Pertemuan Bian Dan Popi..
73 Pertemuan Rianti Dan Humaira
74 Kembalinya Ingatan Humaira
75 Ketakutan Rianti
76 Pesan Yaris
77 Aku Ingin Kamu Bahagia
78 Rencana Rianti dan Yaris
79 Dia Putri Kandungmu
80 Penyesalan Tiada Guna
81 Mengetahui Kejahatan Rianti
82 Kesakitan Rianti
83 Berharap Waktu Bisa Di Ulang
84 Merasa Terpuruk
85 Rianti Mencoba Kabur
86 Kesakitan Rianti
87 Rencana Petter
88 Penyiksaan Tanpa Akhir
89 Kondisi Fifian
90 Sudah Cukup..Biarkan Dia Bahagia..!!
91 Tak Ingin Mendekat dan Menjauh
92 Aku Lepas Meski Berat
93 Terasa Nyata
94 Kehancuran Febi
95 Sakit Hati Febi
96 Keputusan Fifian
97 Saling Melindungi
98 Hancur Bersama
99 Kegilaan Febi
100 Kepergian Gina
101 Keterpurukan Alex
102 Akhir Dari Semuanya
103 Berharap Kebahagiaan Ini Selamanya
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Yang selama ini aku rasakan
2
Sulit untuk memahami
3
Kesempatan sekali lagi
4
Tragedi Di Meja Makan
5
Sayang Mommy..!
6
Kenapa dengan perasaan Mu,Mas..??
7
Wanita Hebat
8
Perasaan Fifian
9
Kecelakaan
10
Gani Sayang Mommy
11
Drama Di Rumah Febi
12
Jangan Salahkan Mommy
13
Jangan Pergi Mommy
14
Suasana Panti Asuhan
15
Kecantikan Fifian..
16
Keinginan Gina
17
Pakai Cara Halus
18
Ungkapan Hati Gani
19
Pelakor VS Istri Sah
20
Fifian Pergi
21
Pertemuan Tak Di Sangka-sangka
22
Tak Bisa Membuat Ku Cemburu
23
Pintar Akting
24
Keinginan Yaris
25
Maaf Mas,Tak Sengaja..
26
Pertama Kali
27
Tangisan Gina
28
Kedatangan Yaris
29
Kamu Plin-Plan Mas
30
Febi Kecewa
31
Apakah Benar-benar Berubah..??
32
Rasa Nasi Padang
33
Fifian Adalah Milik Nya
34
Bagaimana Mas Rasanya?
35
Harapan Kosong
36
Kalung Fifian
37
Mengejar Lala
38
Lala Meninggal
39
Drama Febi
40
Kasih Sayang Ayah
41
Tidak Sanggup Lagi
42
Gani Sedih Mommy Sakit
43
Langsung Pulang..
44
Mengancam Bian
45
Ruang Rahasia
46
Datang Untuk Minta Maaf
47
Kata Maaf Dari Mulut Bian
48
Kalimat Itu Untuk Kamu
49
Alex Mencoba Tegas
50
Berhasil Membuka Ruang Rahasia
51
Mencari Keberadaan Fifian
52
Ikatan Batin
53
Keputusan Yang Terbaik
54
Terlibat Perkelahian
55
Kenapa Semua Jadi Seperti Ini..
56
Tempat Sembunyi Sementara
57
Kalung Linotin Biru
58
Surat Gugatan Cerai
59
Mendatangi Rumah Herdi
60
Merindukan Fifian
61
Penyelidikan Yaris
62
Kekecewaan Yaris
63
Ketakutan Rianti
64
Pengadilan Agama
65
Fifian Hilang
66
Pertemuan Bian Dan Humaira
67
Kita Tidak Akan Berpisah
68
Fifian Terluka
69
Kekesalan Yaris
70
Ikatan Batin
71
Pelukan Gani
72
Pertemuan Bian Dan Popi..
73
Pertemuan Rianti Dan Humaira
74
Kembalinya Ingatan Humaira
75
Ketakutan Rianti
76
Pesan Yaris
77
Aku Ingin Kamu Bahagia
78
Rencana Rianti dan Yaris
79
Dia Putri Kandungmu
80
Penyesalan Tiada Guna
81
Mengetahui Kejahatan Rianti
82
Kesakitan Rianti
83
Berharap Waktu Bisa Di Ulang
84
Merasa Terpuruk
85
Rianti Mencoba Kabur
86
Kesakitan Rianti
87
Rencana Petter
88
Penyiksaan Tanpa Akhir
89
Kondisi Fifian
90
Sudah Cukup..Biarkan Dia Bahagia..!!
91
Tak Ingin Mendekat dan Menjauh
92
Aku Lepas Meski Berat
93
Terasa Nyata
94
Kehancuran Febi
95
Sakit Hati Febi
96
Keputusan Fifian
97
Saling Melindungi
98
Hancur Bersama
99
Kegilaan Febi
100
Kepergian Gina
101
Keterpurukan Alex
102
Akhir Dari Semuanya
103
Berharap Kebahagiaan Ini Selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!