Tanpa di duga Aline, Roni yang sedang fokus mengemudi itu tiba-tiba mengambil minuman itu terlebih dahulu. Aline pun segera menarik tangannya dan menatap ke arah jendela. Sedangkan Roni membuka tutup botol itu dan meminum minuman itu sampai hampir tandas.
"Sial! Dia sudah terlebih dahulu mengambilnya. Untung saja dia mengambil minuman itu tanpa melihatnya. Kalau tidak, aku bakal malu karena ketahuan mau mengambil minumannya," gumam Aline dalam hati.
Roni melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Pemuda itu sudah mulai tidak nyaman karena tubuhnya semakin lama semakin terasa panas.
"Kenapa aku merasa semakin kepanasan? Padahal AC mobil ini cukup dingin. Sial! Apa karena minuman itu? Minuman itu adalah pemberian Andi. Jangan-jangan.. Andi memasukkan sesuatu ke dalam minuman itu. Andi sialan! Kenapa sifat jahilnya tidak berubah juga? Shiitt! Dalam waktu singkat obat ini sudah bekerja. Aku tidak akan bisa menahannya lebih lama lagi," umpat Roni dalam hati.
Roni melepaskan jas-nya sambil mengemudi. Kemudian pemuda itu melepaskan dasinya, bahkan membuka dua kancing kemejanya. Tubuh Roni terasa semakin panas.
Aline mengernyitkan keningnya melihat apa yang dilakukan oleh kakak iparnya itu. Gadis itu tiba-tiba menjadi waspada. Kejadian tadi masih membuat Aline trauma.
Roni mengatur suhu AC di dalam mobilnya pada suhu paling dingin agar dirinya tidak kepanasan. Sedangkan Aline nampak kedinginan.
"Ada apa dengan orang ini? Dia tidak akan bermaksud jahat padaku bukan?" gumam Aline dalam hati saat Roni kembali membuka kancing kemejanya.
Dada bidang dan berotot pemuda itu nampak mengintip dari kemeja yang empat kancingnya sudah terbuka itu.
Aline menjadi semakin was-was melihat apa yang dilakukan Roni. Apalagi saat Roni melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Sial! Kenapa dia mengemudi cepat sekali? Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengemudi seperti pembalap? Ingin aku kagum padanya? Pasti dia sama saja seperti pria lain yang sengaja membuat para wanita kagum. Tapi sorry, aku nggak kagum sama sekali," gerutu Aline dalam hati yang sebenarnya jantungnya berdetak kencang karena Roni melajukan mobilnya semakin cepat.
Akhirnya Roni dan Aline pun sampai di rumah. Tanpa mengatakan apapun, Roni bergegas keluar dari mobilnya.
Vivi nampak menyambut Roni pulang. Vivi bertanya-tanya, kenapa Roni bisa pulang bareng Aline. Sedangkan arah perjalanan mereka berlawanan arah. Vivi semakin heran saat melihat Roni berjalan cepat dengan penampilan yang tidak seperti biasanya. Vivi merasa aneh saat melihat kemeja Roni yang beberapa kancingnya sudah terbuka.
"Kak, kakak pulang bareng Aline?" tanya Vivi saat Roni sudah dekat dengan dirinya.
Roni tidak menjawab. Pemuda itu melewati Vivi begitu saja dan bergegas masuk ke dalam rumah menuju kamarnya. Vivi semakin heran melihat hal itu. Sebelumnya Roni tidak pernah acuh pada dirinya seperti itu. Wajah suaminya itu juga tidak terlihat baik-baik saja.
"Aline, apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa pulang bareng kak Roni?" tanya Vivi saat Aline akan melewati dirinya. Vivi mengernyitkan keningnya saat menyadari penampilan Aline juga terlihat acak-acakan.
"Aku sakit perut, kak. Aku ke kamar dulu," ucap Aline bergegas menuju kamarnya karena tidak ingin di interogasi oleh kakaknya.
"Ada apa dengan mereka berdua? Mereka tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya di lakukan, 'kan?" gumam Vivi dalam hati.
Tiba-tiba terbersit kecurigaan di hati Vivi saat menyadari penampilan suami dan adiknya yang pulang bersama itu dalam keadaan berantakan.
Dengan dada yang terasa sesak, Vivi menutup dan mengunci pagar besi rumahnya. Kemudian mengunci pintu rumahnya dan berjalan masuk menuju kamarnya dengan perasaan tidak tenang.
Saat sudah sampai di dalam kamarnya, Vivi tidak melihat Roni. Sepertinya suaminya itu sedang membersihkan diri.
Sudah setengah jam Vivi menunggu Roni membersihkan diri. Namun Roni belum juga keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka itu. Dan hal itu semakin membuat Vivi menjadi gelisah.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Roni keluar dari kamar mandi itu dengan hanya menggunakan celana pendek saja. Vivi mengamati tubuh Roni, tapi tidak menemukan apapun yang aneh di tubuh suaminya itu. Tidak ada kiss mark ataupun cakaran di dada Roni. Namun Vivi belum melihat bagian punggung Roni.
"Vi, tolong buatkan aku susu!" pinta Roni dalam bahasa isyarat.
"Maaf, kak. Kebetulan susunya habis, dan aku belum beli, kak," sahut Vivi merasa tidak enak hati karena tidak bisa memberikan apa yang di minta suaminya.
"Kalau begitu, tolong ambilkan aku air dingin yang banyak batu es nya, ya!" pinta Roni tetap menggunakan bahasa isyarat.
"Iya," sahut Vivi bergegas mengambilkan apa yang diinginkan oleh suaminya. Walaupun masih ada yang mengganjal di hati Vivi, karena semua pertanyaan di hatinya belum terjawab.
Tak lama kemudian, Vivi kembali ke dalam kamar dengan membawa gelas besar yang berisi air putih dengan banyak es batu.
Roni langsung meneguk air itu sampai tandas dan hanya menyisakan es batunya saja. Namun setelah mandi cukup lama dan meminum air es cukup banyak, Roni tetap saja tidak bisa menetralkan efek obat yang di minumnya. Sedangkan Vivi memberanikan diri duduk di sebelah Roni.
"Andi sialan! Sahabat lacknat! Berapa dosis obat yang di berikannya? Ingin sekali aku menghajarnya. Tapi sayangnya, ilmu beladiri nya jauh di atasku," gerutu Roni dalam hati yang masih duduk di tepi ranjang. Pemuda itu memalingkan wajahnya dari Vivi, agar kemarahan di wajahnya tidak terlihat oleh istrinya itu.
"Kak.." panggil Vivi terlihat ragu.
Wanita itu tertunduk dengan jemari tangan di atas paha yang meremas bajunya sendiri. Vivi menggigit sudut bibirnya sendiri. Bingung harus bagaimana dan apa dulu yang harus ditanyakan nya pada Roni.
Roni menoleh dan menatap Vivi yang tertunduk. Namun, tanpa sengaja Roni melihat Vivi yang menggigit bibirnya sendiri. Roni yang sudah beberapa kali menikmati bibir Vivi itupun menelan salivanya dengan kasar. Tanpa sadar tangan Roni terulur untuk memegang pipi Vivi.
Sedangkan Vivi nampak tersentak saat tiba-tiba Roni memegang pipinya. Saat Vivi menoleh ke arah Roni..
"Cup"
Tiba-tiba Roni mencium bibirnya. Pemuda yang sudah menjadi suaminya itu memagut bibirnya dengan hembusan napas yang terasa panas.
Roni memeluk pinggang Vivi dan tangannya yang berada di pipi berpindah ke tengkuk Vivi. Merasa tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini, Roni pun melepaskan pagutannya. Roni mengangkat tubuh Vivi dan mendudukkan Vivi di atas pangkuannya, lalu kembali memagut bibir Vivi.
Vivi membalas ciuman Roni yang semakin lama semakin agresif. Tubuh Vivi terasa meremang saat jemari tangan Roni bergerak menelusuri tubuhnya.
"Vivi, aku menginginkanmu," gumam Roni dalam hati yang tidak bisa lagi menahan efek obat yang di minumnya.
Satu demi satu, helai demi helai kain yang menempel di tubuh sepasang suami-isteri itu teronggok di lantai.
Roni merebahkan tubuh Vivi di atas ranjang, lalu mengungkungnya. Roni sempat kesulitan memasuki tubuh Vivi, karena ini yang pertama kalinya bagi Roni. Namun pada akhirnya Roni bisa juga memasuki tubuh Vivi.
"Ughh.." lenguhh sepasang suami-isteri itu saat tubuh mereka telah menyatu sepenuhnya.
Roni bergerak diatas tubuh Vivi. Semakin lama semakin cepat. Tangan Vivi memegang pundak Roni dan sebelahnya lagi memeluk Roni. Keduanya sama-sama merasakan rasa nikmat yang tidak bisa di jelaskan dan dideskripsikan.
Vivi tidak bisa menahan lengguhann dan dessahannya. Terlalu indah dan nikmat apa yang sedang dirasakannya saat ini. Perasaan yang baru pertama kali dirasakannya, karena saat dirinya kehilangan kesuciannya, Vivi dalam keadaan mabuk dan tidak bisa mengingat terlalu banyak kejadian waktu itu.
Namun, kali ini Vivi benar-benar dalam keadaan sadar. Vivi bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan pria yang sudah diterimanya sebagai suaminya setulus hatinya itu. Ada kebahagiaan yang tidak bisa di ungkapkan Vivi, karena Roni memberikan nafkah batin pada dirinya.
"K..kak Roni...ahhh.." racau Vivi yang merasakan kenikmatan dari bagian inti tubuhnya menjalar ke seluruh tubuhnya.
Sedangkan Aline yang tidak sengaja melewati kamar kakaknya sempat terkejut mendengar suara kakaknya itu. Namun saat mendengar lebih lama, Aline jadi bergidik mendengar suara kakak dan kakak iparnya itu.
"Sial! Mereka mencemari telinga dan otakku," gerutu Aline bergegas pergi dari depan pintu kamar kakaknya.
Roni menahan tubuhnya dengan kedua sikunya agar tidak menindih tubuh Vivi. Napas pemuda itu masih terengah-engah setelah berhasil mendapatkan pelepasan bersama Vivi. Roni mengecup lembut kening Vivi Senyuman lembut terukir di bibir pemuda itu.
"Te..te..terimakasih!" ucap Roni terlihat bahagia.
Vivi tidak menjawab, tapi wanita itu memeluk Roni dengan airmata yang menetes. Bukan menangis karena sedih. Tapi menangis karena merasa bahagia bisa memiliki Roni seutuhnya.
Setelah menghadapi serentetan musibah yang hampir membuat dirinya mati bunuh diri, akhirnya Vivi bisa bahagia lagi. Vivi sangat bersyukur bisa bertemu Roni. Dibalik semua ujian yang diberikan Tuhan, Vivi dipertemukan dengan Roni. Pemuda yang penuh dengan ketulusan dan keikhlasan yang pada akhirnya bisa meluluhkan hati Vivi dalam waktu singkat.
...🌟...
...Kamu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, sebelum mendapatkan rintangan, kesedihan, dan penderitaan....
...Lihatlah ke belakang dengan penyesalan, dan lihatlah ke depan dengan penuh harapan....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
UNTUNG RONI GAGAP MSH BISA MNAHAN HASRATNYA HINGGA SAMPE KRMH..
2024-07-15
2
ande
rupax aline belum sempat minum, danternyata tetap roni yg minum, dan akhirx roni belah duren🤣🤣
2024-01-07
6
Lea
Andi mmg keren 😂😂😂😂
2023-12-29
1