3. Rencana Perjodohan (Part 2)

“Ini ada apa kok tumben ya kumpul-kumpul gini, kan biasanya abang jarang di rumah paling kalo di rumah hari libur aja. Gue penasaran lebih baik gue samperin deh.” Batin Alka heran.

Dari arah tangga Alka jalan begitu santainya – berjalan ke ruang keluarga dan dia duduk di dekat bunda kesayangannya.

"Udah bangun nak? Gimana tidurnya nyenyak?" Tanya Bunda Alka.

"Nyenyak kok bun." Jawab Alka "ini ada apa ini kok tumben banget ngumpul?" Tanya Alka.

"Emm...em... maaf ya Al sebenarnya ayah ngumpulin kalian disini karena ayah mau jodohin kamu sama anak teman ayah." To the poin ayah Alka.

"Apaan sih yah gak lucu tau, jodoh di jadikan lelucon gini. Aduh ayah, emang masih ada jodoh-jodohan? Ini kan udah jaman modern bukan jaman Siti Nurbaya, ayah." Jawab Alka dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Ayah serius Alka, karena ini kemauan kakek kamu, karena kakek kamu sudah buat perjanjian dengan temannya kakek kamu" Ucap ayah Alka "Dan ini surat wasiat yang di tinggalkan oleh almarhum teman kakek kamu." Lanjut ayah Alka.

Alka melihat surat wasiat perjanjian tersebut seketika Alka membulatkan matanya, karena tidak percaya nasibnya akan menjadi seperti ini, menikah dengan orang yang tidak di kenal. Sekolah saja dia belum lulus, mau di kasih makan apa nanti istrinya?

"Kenapa seenaknya gini main jodoh jodohan? Alka tidak tau gimana orang yang mau di jodohkan sama Alka. Gimana kalau orang itu jelek, jahat, cuman mau harta kita? Gimana coba kalian mikir gak sih?" Nada bicara Alka semakin meninggi.

Alka sudah tidak bisa menahan emosinya, lebih baik Alka meninggalkan kedua orang tua dan abangnya, dia masuk ke dalam kamar, melupakan niat pertama ingin makan karena lapar, dan sekarang sudah tidak lapar lagi.

"Alka jangan pergi dulu sayang, bunda belum selesai bicara." Teriak bunda Alka, tapi Alka tidak menggubris perkataan bundanya, dia lebih memilih melanjutkan langkahnya ke dalam kamar.

"Biar Edward yang susul Alka bun." Ucap Edward "Bunda disini aja temanin ayah." lanjut Edward.

"Iya sayang. Kamu susul adik kamu ya, bunda khawatir sama Alka. Takutnya Alka syok mendengar berita ini." Ucap bunda Alka. Edward membalas dengan anggukan.

"Bunda khawatir sama Alka yah." Ucap bunda Alka lirih. Sebenarnya ayah Alka pun tidak tega jika harus menjodohkan dia. Tapi apa boleh buat? Ini sudah menjadi wasiat sahabat kakeknya Alka. Tidak mungkin mengingkari begitu saja.

"Bunda tenang ya. Nanti kita coba bujuk lagi." Ucap ayah Alka menenangkan bunda Alka.

Tok...tok...tok... Edward mengetuk pintu kamar Alka.

"Al ini gue abang lo, boleh masuk gak?" Tanya Edward

Tidak ada jawaban dari Alka, dan Edward memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Alka, karena kebetulan Alka tidak mengunci pintu kamarnya.

"Al, lo kenapa sih? Kenapa gak nerima perjodohan ini?" Tanya Edward. Alka hanya diam, tidak berniat menjawabnya, dia terlalu kecewa dengan orang tuanya.

"Lo jangan diem mulu dong Al." Ucap Edward.

Edward kesel sendiri karena Alka sama sekali tidak merespons ucapannya. Jika Alka bukan adiknya, Edward akan menghajar Alka karena sudah membuat bundanya cemas.

"Lo mau ngecewain bunda sama ayah?" Tanya Edward.

Akhirnya Alka membuka bicara, "Gue gak mau ngecewain bunda bang, tapi gue juga gak mau di jodohin. Gue berkah memilih sendiri jodoh gue." Jawab Alka sambil menatap lurus ke depan.

"Iya gue tau lo berhak milih jodoh sesuai selera lo, tapi gue mohon lo turutin permintaan bunda Al, bunda sayang sama, lo." Ucap Edward dengan nada permohonan.

"Gue gak tau." Jawab Alka singkat.

"Gue udah pernah ketemu sama orangnya, dia cantik, baik, sopan, dia selalu ngutamain shalatnya. Apalagi yang kurang?" Ucap Edward "Lo pikirin omongan gue baik-baik." Lanjut Edward. "Gue keluar." Pamit Edward. Alka hanya membalas dengan anggukan.

“Karena gue tau siapa yang akan di jodohin dengan lo Al. Awalnya gue kaget pas bunda nyerahin foto dia ke gue, gue kirain siapa yang akan di jodohkan dengan lo. Ternyata dia – dia pasti bisa bahagiain lo, dan lo juga sebaliknya. Karena gue tau kalian berdua bersahabat dari SMP. Hanya gue yang tau persahabatan kalian, bunda dan ayah gak tau kalo kalian bersahabat.” Batin Edward. Edward melangkahkan kakinya keluar dari kamar Alka. Kembali ke ruang keluarga untuk menemui ayah dan bundanya, yang sedang dibuat cemas oleh Alka – anak bungsunya.

Flashback off

"Apa yang harus gue lalukan? Apa kah gue harus terima nasib gue kaya gini? Bang Edward belum menikah, kenapa bukan dia aja sih? Gue masih sekolah, dan gue masih mau gapai cita-cita gue." Gumam Alka lirih.

Baru pertama Alka menangis, bukan di cengeng. Dia bingung, dia takut bunda dan ayahnya kecewa. Tapi Alka tidak mau di jodohkan. Bahkan di sekolah sebelumnya di selalu di kejar-kejar oleh wanita, memang Alka tidak tertarik, bukan berarti Alka belok dia pria normal masih menyukai wanita. Tapi belum ada yang cocok dengan pilihan Alka.

Alka terus menangis hingga air matanya mengering, dan sembab. Akhirnya dia tertidur. Terlalu lelah untuk memikirkan itu semua. Setidaknya dia sekarang bisa lebih tenang dengan tidur. Apa pun yang terjadi dia harus menerima perjodohan ini.

***

Pukul 05.00 Alka terbangun, dia beranjak dari kamar mandi untuk membersihkan diri, dan berwudhu. Setelah selesai membersihkan diri Alka shalat. 15 menit Alka sudah selesai shalat, dia bersiap siap memasukkan buku dan alat-alat sekolah, karena hari ini pertama dia masuk sekolah, ke sekolah baru. Dia tidak mau telat di hari pertama di sekolah barunya.

Alka beranjak keluar kamar, tampak sepi. Dia melihat jam di pergelangan tangannya pukul 05.35, pantas saja. Mungkin bunda, ayah dan abangnya belum bangun, masih terlalu pagi.

Alka ke dapur, dia melihat bundanya yang sedang memasak.

"Bun..." Panggil Alka

"Eh, Alka, udah bangun nak?" Tanya bunda Alka, tanpa mengalihkan pandangannya.

"Iya, bun, udah." Balasnya.

Bunda Alka manggut-manggut, "Padahal ini masih pagi loh. Kamu udah pakai seragam lagi"

"Iya, sengaja, bun. Biar gak kesiangan." Ucapnya "Kalo gitu Alka ke ruang keluarga ya, bun." Bunda Alka hanya mengangguk.

Alka langsung beranjak dari dapur menuju ruang tamu, dia menyalakan televisi, karena masih pagi kebanyakan siarannya seputar tentang berita.

30 menit Alka di ruang keluarga.

"Masih pagi udah di depan televisi aja, Al." Alka menoleh ke arah sumber suara. Dari arah tangga, ayahnya dan Edward berjalan beriringan, sudah rapi dengan setelan jasnya.

"Iya, nih, rajin amat sih ade gue." Seru Edward.

"Apaan sih, bang?"

Bunda Alka terlihat berjalan menuju ruang keluarga, "Eh, kalian semuanya ternyata ada disini. Ayo sarapan dulu, semuanya udah siap." Mereka hanya mengangguk.

Terpopuler

Comments

Lina agustin

Lina agustin

bantu like dulu ya... baru baca satu"

2020-09-07

0

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

lanjut baca

2020-08-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!