Tiba-tiba suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Bo Mingchen menenangkan diri lebih dulu, meminta pelipisnya. Dia tidak tahu jika gadis itu cukup konyol.
"Pokoknya, rumah ini milikku. Semuanya juga milikku. Jangan mengambilnya dariku!" Su Lingyu memberikan peringatan.
"Apakah aku begitu tak tahu malu di matamu?" Sudut mulut Bo Mingchen berkedut.
"Ini bukan soal tak tahu malu, tapi kamu mungkin tidak punya malu karena identitasmu."
"...."
Bo Mingchen rasanya tidak berniat lagi untuk melanjutkan makan malam. Tapi semua makanan di atas meja sangat enak. Ia akui itu. Kapan gadis ini begitu pandai memasak?
Bahkan di luar, Lu Tian bisa mencium aroma makanan yang membuat perutnya keroncongan. Dia menangis diam-diam dalam hatinya.
Ia sendiri belum makan malam.
Tanpa diduga, Xiao Mo datang menghampirinya. "Penjaga Lu, apakah kamu sudah makan sesuatu?" tanyanya sopan.
"Belum." Lu Tian menggelengkan kepala. "Apakah ada makanan yang tersisa?"
Xiao Mo mengangguk. "Tentu saja. Nona menyediakan bagianku sebelumnya. Dia juga menyediakan bagianmu. Datanglah." Ia berjalan menuju ruangan lain.
Lu Tian mengikutinya ke ruang samping. Benar saja, berbagai jenis makanan sudah tersedia di atas meja. Dia akhirnya bisa makan!
"Sebelumnya, aku minta maaf karena telah menyinggung perasaan nona Su sepanjang waktu. Ini tidak akan terjadi lagi."
Setidaknya setelah dia mengetahui sifat asli Ling Hua yang penuh kemunafikan, Su Lingyu bahkan lebih jujur. Meski caranya salah dan tak tahu malu untuk dekat dengan Bo Mingchen, setidaknya tidak terlalu pura-pura.
Xiao Mo mendengkus. "Lupakan saja. Sudah bagus bagi nona mudaku melepaskan obsesinya pada pangeran. Nona muda pasti akan mendapatkan yang terbaik di masa depan."
Lu Tian terdiam. Apakah Su Lingyu benar-benar tidak layak untuk Bo Mingchen?
......................
Sementara itu di ruang makan, setelah menyelesaikan makan malam, Bo Mingchen menyesap secangkir teh beraroma melati dengan sedikit rasa manis. Ia lagi-lagi dikejutkan dengan rasa teh ini.
"Apakah kamu menambah gula ke dalamnya?"
"Bukan gula, tapi madu."
"Teh madu?" Bo Mingchen heran. "Rasanya tidak buruk."
Kebanyakan teh memiliki rasa tawar dan sedikit pahit. Ia sudah terbiasa. Meminum teh yang manis seperti meminum air gula.
"Tentu saja. Kamu tidak akan menemukan hal ini lagi di tempat lain. Mungkin ...."
Su Lingyu tidak yakin apakah Ling Hua yang jiwanya juga berasal dari zaman modern, tahu tentang teh madu ini.
"Benda apa saja yang kamu temukan di rumah ini selain piring dan mangkuk antik, lukisan serta vas?"
"Aku tidak akan memberi tahumu. Tapi yang jelas aku kaya," jawab gadis itu seraya membusungkan dada, pamer.
Namun tanpa diduga, Bo Mingchen bangkit dan duduknya, berencana untuk keluar rumah makan. Su Lingyu terkejut.
"Eh ... Ke mana kamu pergi?"
Bo Mingchen berhenti dan menoleh padanya dengan alis terangkat. "Kamu tidak ingin memberi tahuku. Aku akan mencari tahu sendiri. Rumah dan halaman ini tidak luas, tidak sulit untuk mencari bukan?"
Ia melangkah lebar ke luar ruangan.
Bagaimana mungkin Su Lingyu membiarkan pria itu mencari sesuatu hati di rumahnya. Tidak bisa! Jika dia tahu ini, akan lebih baik sejak awal benda-benda itu tidak dipajang. Jual saja dan dapatkan uang, lebih praktis.
Ia buru-buru mengejar langkah Bo Mingchen dan meraih lengannya. "Jangan! Jangan mencari!"
Pria itu menghentikan langkahnya. "Kalau begitu, apakah kamu akan memberi tahuku?"
"Kenapa aku harus memberi tahumu? Kamu datang hanya untuk merampok bukan?"
Sayangnya Bo Mingchen tidak peduli dengan tuduhannya. Ia melepaskan tangan gadis itu melangkah lagi.
Su Lingyu khawatir jika Bo Mingchen benar-benar akan menggeledah rumah yang telah susah payah dia dekorasi ulang. Jadi mau tidak mau, dia akhirnya mengaku.
Benar-benar pemeran utama pria yang tidak kenal takut. Tidak heran Ling Hua terpesona oleh Bo Mingchen sejak awal bertemu. Keduanya benar-benar ditakdirkan.
Ia buru-buru meraih lengannya lagi dan berkata, "Baiklah, baiklah. Aku akan mengatakannya. Aku akan memberi tahumu. Tapi kamu harus berjanji dulu padaku."
Kali ini nada bicara Bo Mingchen sedikit melembut. "Katakan."
"Jangan beri tahu siapa pun. Aku akan memberimu sedikit harta itu, tapi jangan beri tahu siapa pun."
"Oh? Harta?" Bo Mingchen menaikkan sebelah alisnya. "Mendengar dari nada bicaramu, tampaknya ada lebih dari sedikit harta?"
"..." Su Lingyu tak bisa menyangkalnya.
Kiwi yang kini berada di ruang spiritual hanya memakan biji bunga matahari yang telah dimasak dan diberi rasa.
"Tuan, tidak ada salahnya memberi tahu dia. Bukankah dia pemeran utama pria di dunia novel ini?" tanyanya bingung.
Meski Kiwi tidak tahu isi novelnya seperti apa, ia merasa Bo Mingchen bukan pria ba*ingan.
Su Lingyu tidak memikirkan perkataan Kiwi. Ia hanya merasa jika Bo Mingchen ini menyebalkan. Dia terlalu licik. Lebih licik darinya. Jelas keduanya tidak lagi terikat, kenapa dia harus terus menerus bertemu dengannya?
"Kenapa diam? Apakah kamu berubah pikiran lagi?" Bo Mingchen mendengkus dan bersiap untuk pergi.
Su Lingyu memegang lengannya lebih erat. "Tidak, tidak. Aku akan mengantarmu ke sana."
Akhirnya Su Lingyu mengajak Bo Mingchen ke halaman belakang. Xiao Mo diminta untuk membersihkan meja makan.
Sebelum menuju halaman, Su Lingyu menyalakan obor dan memberikannya pada Bo Mingchen. Ia juga melemparkan Kiwi ke bajunya.
Wajah Bo Mingchen berubah hijau (menunjukkan ekspresi jijik). "Kamu memelihara tikus?" tanyanya ingin menyingkirkan hewan kecil berbulu itu.
Su Lingyu memutar bola matanya. "Ini Kiwi, hamster peliharaanku. Bukankah kamu melihatnya juga siang tadi?"
"..." Kiwi tidak senang disebut tikus.
Apakah dia benar-benar mirip tikus?
Ia lebih imut dari tikus.
Bo Mingchen tidak terlalu memperhatikan hewan kecil itu sebelumnya. Tapi ketika Kiwi mencicit tidak senang, ia terdiam. Setidaknya hewan kecil ini tidak memiliki ekor seperti tikus. Jadi dia tidak terlalu jijik.
"Kenapa harus aku yang membawa obor? Kamu benar-benar tidak sopan."
"Kapan aku sopan padamu?"
"...."
Gadis itu memang tidak pernah sopan sekali pun padanya selama di Istana Pangeran Bupati.
Keduanya tidak berjalan jauh dan akhirnya tiba di depan batu besar yang ditutupi oleh banyak sulur hijau.
"Ini hanya baru besar?" tanya Bo Mingchen.
"Ketika kamu membeli rumah ini, apakah kamu tidak mengeceknya?"
Bo Mingchen menggelengkan kepala. "Semuanya diserahkan pada bawahan."
Melihat gadis itu meraba-raba permukaan baru, Bo Mingchen mengira dia gila. Tidak mungkin ada pintu di batu tersebut bukan?
Bo Mingchen benar-benar bingung.
Apakah gadis ini sengaja mengerjainya?
"Bisakah kamu serius? Apa yang kamu lakukan dengan mengelus batu?" tanyanya.
Namun saat melihat Su Lingyu menyingkirkan sulur hijau dan membuka pintu batu yang hampir tak terlihat, ia terkejut lagi.
Ada tempat rahasia di dalam batu ini?
Namun ketika pintu batu dibuka, ada banyak tangga menuju ruang bawah tanah. Di dalam sangat gelap sehingga Bo Mingchen menyalakan satu persatu obor yang terpasang di dinding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Sandisalbiah
semoga si BoBo ini gak menyesal menyerahkan rumah itu ke Su Lingyu begitu saja..
2024-02-25
2
Fifid Dwi Ariyani
truserkarya
2024-01-30
0
Kartika Lina
di zaman bareto ga kenal dengan hewan sejenis hamster 😁😁😁
2023-12-16
1