Chris mendekati pintu depan rumah Anthony. Rekannya Kimberly Potter mengikutinya di belakang. George Floyd, Tim Gannon, bersiaga tak jauh dari sana.
Tok..Tok..Tok.. Tok..Tok..Tok..
Berulang Chris mengetuk pintu rumah Anthony. Tetapi tidak ada terlihat tanda-tanda pemilik rumah akan membukakan pintu.
"Polisi !!! Tuan Anthony. Apakah kau di dalam?"
"Tuan Anthony, Apakah kau bisa mendengarkan aku ?"
Sunyi. Tidak ada jawaban. Chris memalingkan wajah pada ke 3 rekannya. Mereka memberi kode dengan gerakan mata. George dan Tim berputar ke belakang rumah sambil menarik pistol dari sarung yang tersimpan di pinggang mereka. Kimberly sudah siap dengan revolver di tangannya. Chris pun bersiap dengan senjata api genggamnya.
"Tuan Anthony, kami akan masuk."
Chris menghitung dalam hati. Pada hitungan ketiga, dengan bahunya dia mendobrak pintu.
1
2
3
Brak!!!
Pintu terbuka. Suasana dalam rumah tampak sepi. Mereka memindai ruang tamu yang tampak temaram. Chris menarik gorden untuk memberikan akses kepada cahaya matahari masuk ke dalam rumah. Ruang tamu terlihat rapi. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Masih dengan posisi siaga Chris dan Kimberly masuk lebih dalam. Kini mereka berada di area ruang keluarga. Sofa, TV dan mainan anak-anak tampak normal di posisinya. Untuk sementara kesan yang mereka dapatkan, terlihat aneh dan mencurigakan. Rumah itu terlalu rapi untuk ukuran penghuni yang memiliki tiga anak balita.
Chris dan Kimberly melangkah lebih jauh.Tim dan George juga sudah berhasil masuk ke dalam rumah dari pintu belakang. Mereka berempat bertemu di dapur sekaligus tempat yang berfungsi sebagai ruang makan keluarga itu. Semua juga tampak rapi. Rumah itu terkesan telah ditinggalkan oleh pemiliknya, di mana sang penghuni rumah sempat melakukan berisih-bersih terlebih dahulu.
Melanjutkan pemeriksaan itu, mereka menuju ruang tidur. Rumah satu lantai itu terdiri dari tiga kamar tidur. Mereka membuka pintu sebuah kamar yang diduga milik Nyonya Barbara. Di dalam kamar terdapat foto wanita tua itu bersama dengan mendiang suaminya. Semua juga terlihat rapi. Pemilik kamar tidak ditemukan di sana. Begitu juga kamar milik anak-anak Anthony, terlihat bersih dengan dua bed kecil dan deretan mainan yang tersusun rapi di rak. Mereka pun beralih ke sebuah kamar yang terletak paling ujung. Kamar itu merupakan ruangan terakhir yang belum mereka periksa.
Bunyi derap langkah-langkah tertahan berlahan mendekat ke pintu kayu berukir warna coklat alami itu. Begitu tiba di depan pintu, Chris yang berada paling depan, mengulurkan tangan kanannya meraih handel pintu yang berbentuk bulat. Ia kemudian menggenggam dan memutarnya pelan.
Krieeet...
Pintu terbuka perlahan. Seketika aroma tidak sedap menyeruak dari dalam kamar begitu pintu terbuka sempurna.
"Oh My.. !!!" Kimberly berseru. Refleks ia menutup hidungnya dengan lengan kanan bagian atas sambil tetap menggenggam revolver.
Petugas polisi yang lain pun melakukan hal yang sama, begitu aroma pekat yang berasal dari dalam bilik menusuk hidung. Bergegas ke empat petugas merangsek masuk. Kamar tidur itu terlihat gelap karena sinar matahari terhalang gorden jendela yang belum tersibak. Dengan cepat Chris menuju tingkap dengan dua kaca besar setinggi pinggang orang dewasa itu. Ia kemudian menarik kain penutupnya dengan sekali hentakan.
Kreeek...
Begitu tirai terbuka sempurna, terlihat pemandangan yang mengenaskan tersaji dihadapan mereka. 5 jasad terbujur kaku menumpuk di atas tempat tidur dengan kondisi sudah lebam kebiruan.
"Oh my god. Siapa yang telah melakukan ini !!" Seru Chris
Begitu mendapati kenyataan itu, mereka segera bertindak cepat. Chris menghubungi kepala polisi Derek Chauvin, meminta dikirimkan bantuan ambulans dan tenaga penyidik forensik. Rekan-rekan Chris yang lain segera mengamankan lokasi dan memasang garis polisi.
Melihat polisi sigap memasang pita berwarna kuning menyala di sekeliling rumah Anthony, sontak kota kecil yang tenang itu langsung menjadi gempar. Berita tersebar begitu cepat dari mulut ke mulut mengalahkan berita gosip dari lambe turah. Masyarakat berkerumun dengan tertib beberapa ratus meter di luar police line. Mereka menanti dengan sabar pernyataan resmi kepolisian terhadap apa yang telah terjadi dengan keluarga salah seorang warga kota mereka.
Tak membutuhkan waktu lama 5 mobil ambulans pun datang, diikuti oleh sebuah mobil sedan di belakangnya. Petugas medis turun dari dalam mobil ambulans, menurunkan brankar dan mendorongnya masuk ke dalam rumah. Derek Chauvin kepala polisi Colma pun turun dari mobil milikinya, tak beberapa lama kemudian. Ia berjalan di belakang petugas medis, mengikuti mereka masuk ke tempat kejadian perkara.
Satu jam kemudian, satu persatu kantung jenazah dibawa keluar dari dalam rumah. Jenazah dibawa dengan menggunakan brankar ambulans. Frank dan istrinya Helena yang menunggu bersama dengan kerumunan warga menatap tak percaya. Sambil memeluk lengan suaminya ia mengelus dada.
"Oh Tuhan. Frank sebenarnya apa yang telah terjadi dengan keluaga Anthony ?"
"Aku tidak tau, sayang." Frank mengusap punggung tangan Helena yang genggaman tangannya terasa makin erat di lengannya.
Begitu kantung ke lima naik ke ambulans, pertanyaan kembali dilontarkan Helena.
"Frank. Tadi kantung jenazah ada 5 kan?"
"Iya sayang. Kalau aku tidak salah hitung."
"Keluarga Anthony kan ada 6 orang. Apakah ada kemungkinan, salah seorang dari mereka masih hidup ?"
"Bisa jadi, sayang. Semoga benar yang kau katakan itu."
"Apakah kota kita sekarang sudah tidak aman lagi, Frank?"
"Sayang. Kita jangan berspekulasi apa-apa dahulu. Kita tunggu saja pernyataan resmi dari polisi."
"Ya kau benar, sayang."
Sementara itu ke lima jenazah segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan analisis forensik.
Dr. Henry Lee yang memimpin dilakukannya otopsi terhadap ke lima jenazah. Ia dibantu oleh dua rekannya Laci Peterson dan Danny Casolaro. Kelima jenazah itu di identifikasi bernama Barbara, Anthony Chavez, Dorothy, Ethan Chavez, dan Fred Chavez
Dari ciri fisik ke lima jenazah memiliki tanda yang sama. Yaitu lebam berwarna hitam kebiruan yang disebabkan oleh racun. Lebam mayat merah terang atau cherry red, biasa muncul 2 jam setelah korban meninggal, bertahan paling lama 12 jam setelah kematian. Namun ke 5 jenazah tidak terlihat lagi berwarna merah terang. Dari ciri tersebut kemungkinan jenazah telah meninggal dunia lebih dari 12 jam.
Untuk memastikan jenis racun yang jadi penyebab kematian para korban, kemudian dilakukan pembedahan. Setelah rongga dada terbuka, terlihat adanya edema paru (paru yang mengalami pembengkakan) dan perdarahan pada alat dalam tubuh. Mereka kemudian mengambil sampel darah, organ dalam dan air seni, untuk dilakukan uji laboratorium.
Hasil laboratorium toksikologi yang keluar tak berapa lama kemudian, menguatkan dugaan para ahli. Warna lebam ini pada umumnya muncul pada mayat dengan sebab kematian racun sianida karena terjadinya peningkatan kadar oksigen dalam pembuluh darah vena.
Berhari-hari polisi melakukan olah tempat kejadian perkara. Polisi menyisir tiap sudut rumah dengan teliti. Berharap menemukan sedikit bukti yang ditinggalkan oleh pelaku di sana.
Keberadaan putri bungsu Anthony, Patricia Chavez, juga menjadi pekerjaan rumah aparat. Bayi berusia 8 bulan itu seakan-akan raib ditelan bumi bersamaan dengan masih misterinya pembunuhan keluarga Anthony. Polisi juga sempat mencurigai sepupu Anthony, Julian Chavez. Karena helaian rambutnya di temukan dalam celah karpet bulu yang ada di ruang keluarga. Namun dugaan itu terpatahkan dengan alibi yang dimiliki oleh Julian. Pada hari naas itu, Julian sedang berada di New York untuk melakukan perjalanan bisnis.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
adi_nata
hari naas yang mana ? hari diketemukan kelima mayat itu ? atau perkiraan hari dibunuhnya Anthony beserta keluarganya ?
2024-11-24
0
ramanda
waktu kematian pastinya kelima jenazah itu kapan ? kalau sudah bengkak membiru mungkin sudah meninggal sejak dua hari yang lalu.
2024-11-07
1
adi_nata
hanya lima jasad padahal anggota anggota keluarga mereka ada enam orang.
2024-11-24
0