'Apakah aku akan mati?'
Kematian, sebuah konsep bagi akhir dari kehidupan.
'Haruskah aku mati?'
Lalu pertanyaan itu berubah lagi.
'Kapan aku akan mati?'
Menjadi semakin putus asa.
Itu adalah masa dimana Yinghua begitu menginginkan kematian, sebuah peristirahatan abadi. Sambil berharap seperti itu dalam hati, tubuh fisiknya malah kesana kemari tersenyum seperti tidak apa apa, seperti dirinya tidak terluka, demi menjaga perasaan ibunya yang sedang sakit saat itu.
Kini dia mendekati kematian. Kematian yang sangat menyakitkan, jiwanya akan pecah dan dia akan menjadi hantu untuk selamanya, tidak akan pernah mendapat peristirahatan abadi, dan hanya sebuah jiwa mati yang berkeliaran. Namun belum, dia belum mati.
Kulitnya mulai meleleh, panas yang terasa sampai bisa membuat seseorang menjadi gila dan harusnya dia menjadi abu dengan panas yang dia rasakan, tapi kulitnya hanya meleleh.
Kepalanya berdengung sangat keras, pikirannya kacau dan matanya tidak fokus, sementara darah keluar dari 7 lubang di wajahnya. Mata, telinga, mulut, dan hidungnya mengeluarkan darah tanpa henti.
Tidak hanya itu saja, satu per satu pori pori di tubuhnya seperti dipaksa terbuka, perlahan darah merah segar keluar dari ribuan pori pori kecil di tubuhnya dan rasanya bahkan kata ribuan jarum menusuk tubuhnya tidak cukup untuk rasa sakit yang dia rasakan. Di dalam pikirannya, saking sakitnya yang dia rasakan dia berhalusinasi tentang sebuah tempat gelap dimana dia terbakar menjadi abu dan jarum jarum hitam raksasa memenuhi penglihatannya.
Belum cukup itu saja, selang beberapa saat suara 'kretek' berbunyi di seluruh tubuhnya, satu per satu tulangnya patah oleh tekanan misterius yang menekan tubuhnya dari segala arah.
Kini, tekanan luar biasa menekannya dari segala arah seperti ingin menjadikannya gumpalan bola daging, tulang tulangnya patah dan dia duduk tertunduk dan bersimpuh seperti sebuah kain yang dilipat dua kali, pori porinya yang terbuka mengeluarkan begitu banyak darah, dan seluruh tubuhnya sangat panas seperti yang terbakar bukanlah fisik atau bahkan pikiran melainkan jiwanya.
Pikirannya tidak berjalan sama sekali, yang tersisa hanyalah secuil kesadaran yang entah bagaimana bertahan hanya untuk merasakan rasa sakit yang sedemikian rupa, hingga rambutnya mulai jatuh ke tanah dan cairan ditubuhnya diperas hingga kering.
Siapapun yang melihatnya akan percaya dia sudah mati, tapi kedua matanya terbakar oleh kobaran api berwarna emas, dan kesadarannya masih tersisa.
Namun tubuhnya sudah terlalu hancur untuk merasakan rasa sakit, dan disaat rasa sakitnya sudah mulai mereda itulah, malah kesadarannya semakin pudar, dan dia benar benar hampir mati, jika saja suara itu tidak memilih untuk bersuara.
"Congkel matamu."
Disaat itu, Yinghua memperoleh kembali kesadarannya, pikirannya mulai berjalan sedikit meskipun yang ada hanyalah keterkejutan dan kebingungan.
Alhasil, dia diam dan belum melakukan apapun.
"Tidakkah kau ingin hidup?"
Saat suara itu berkata demikian, pikirannya langsung berjalan seolah menyambung kalimatnya, 'bukankah orang yang melakukan segala hal ini padamu masih hidup dan tertawa di luar sana? Apa yang kau lakukan disini, menyerah hanya karena terlalu sakit rasanya?'
"Dengarlah, anak muda, hidupmu, masa depanmu, sebagai manusia, sebagai makhluk hidup, kau tidak menanggungnya sendirian."
Pikirannya lagi lagi menyambung perkataan suara itu, 'hidupmu bukanlah milik dirimu seorang, Yinghua,' dan bayangan seorang wanita yang tersenyum hangat tergambar di pikirannya.
"Tidakkah kau ingin hidup?" Suara itu mengulang pertanyaannya.
"Jika iya adalah jawabanmu, maka congkel lah kedua matamu dengan tanganmu sendiri."
Begitu suara tersebut berbicara, kedua tangan Yinghua, dimana kulit meleleh, tulang patah, darah tidak mengalir, sebuah kekuatan misterius menopangnya untuk bangkit.
Dan begitu suara itu selesai berbicara, sepuluh jari telah tertancap hingga menyentuh bagian belakang bola matanya, dan dua bola mata coklat yang terbakar oleh api emas jatuh ke tanah begitu saja.
Bukan dari kuat tubuh fisiknya dia bisa mengangkat tangannya, sebab tulangnya telah hancur, kulit telah meleleh, otot tidak lagi tersambung, namun tangannya terangkat. Bukan lagi oleh kekuatan fisik, namun dari kehendak jiwanya yang ingin melakukan.
Seketika, rasa sakit luar biasa kembali menyerang tubuhnya, suara 'kretek' kembali terdengar karena tulangnya kembali tersambung, darah dan ototnya mulai beregenerasi, rambut hitam pekat tumbuh dari kepalanya, dan yang terakhir, dua bola mata, hijau dan kuning muncul dengan rasa sakit yang membakar.
Yinghua tidak menyerah dengan rasa sakitnya, karena itu adalah bukti dirinya yang hidup. Bukti keberadaannya selama ini adalah rasa sakit yang dia rasakan.
Disaat pikirannya masih kusut karena rasa sakit yang masih terus mengalir di setiap sel tubuhnya, suara pria yang dia dengar tadi kembali terdengar.
"Kumpulkan Qi mu dan energi kehidupan yang kau peroleh, dan salurkan di batang pohon besar itu."
Sekarang, Yinghua hanya mengikuti arahan dari suara tersebut. Dia mengumpulkan seluruh Qi nya, yang masih berwarna hijau, dengan 'energi kehidupan' yang tadinya berwarna hitam namun kini berwarna kuning, lalu dia bangun, meletakkan tangannya pada pohon hitam rindang di hadapannya.
Lalu, energi hitam merembes masuk ke tubuhnya, Yinghua langsung bersiap menerima rasa sakit yang luar biasa sekali lagi, namun tidak, dia tidak merasakan lebih banyak kesakitan.
Energi hitam itu langsung berubah menjadi kuning begitu memasuki tubuhnya, dan proses itu berlangsung untuk waktu yang lama, sampai tubuhnya tidak lagi merasakan sakit apapun dan dia hanya duduk diam di depan pohon besar tersebut dengan kedua tangan yang menyentuh batang pohonnya dan kedua mata yang tertutup.
Waktu berlalu seperti itu, sampai akhirnya energi hitam tidak lagi mengalir ke tubuhnya karena sudah tidak ada lagi yang tersisa, barulah suara yang familiar kembali terdengar setelah begitu lama.
"Sekarang, beristirahatlah."
Saat itu juga, tubuh Yinghua jatuh ke tanah, dimana tanah yang tadinya hitam pekat menjadi coklat dan subur, air rawa telah menjadi jernih, dan pohon besar di depannya, berubah sepenuhnya, menjadi pohon besar dengan batang putih dan daun daun yang berwarna kuning. Sementara pohon yang jauh dari rawa masih hitam, sehingga Rawa Misteri terlihat seperti taman surga yang terletak diantara kebusukan.
Sayangnya, Yinghua belum akan melihat pemandangan Rawa Misteri yang baru, karena pria dibalik suara yang memberinya arahan di tengah rasa sakitnya itu langsung membawanya ke atas puncak gunung tertinggi yang tidak pernah dijelajahi manusia, sebuah gunung yang pria itu namakan Bai Shangao.
Yinghua tidak melihat atau bahkan tau tentang Rawa Misteri yang baru, namun dalam tidurnya, dia memimpikan sebuah pemandangan indah, dimana pohon besar dengan batang putih dan daun kuning berdiri tegak di depannya, daun daunnya seperti tangan yang memeluk Yinghua dengan kehangatan, lalu dibawah pohon tersebut terdapat danau yang sangat jernih yang memantulkan awan dan langit biru.
Tiba tiba sebuah tangan meraih pundaknya, dan Yinghua menoleh untuk melihat seorang pria berambut panjang dengan rambut putih keperakan seperti batang pohon ajaib yang melingkupinya dengan bayangannya yang teduh, sementara mata pria itu berwarna kuning keemasan seperti daun daun pohon yang memeluknya dengan kehangatan. Wajah itu berekspresi dingin, namun jiwa yang Yinghua rasakan adalah api emas yang begitu murni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
get up
lanjutm
2024-01-03
1
malest
bagus,,
2023-12-29
1
malest
bsgus,,
2023-12-29
1