BAB. 19 Saling Perhatian

Mona sudah tiba di Medan tiga jam yang lalu dan dia langsung mendatangi galeri yang baru dua minggu dibuka.

Galeri itu banyak terdapat lukisan hasil karyanya sendiri tapi ada seseorang yang mengakui salah satu lukisan miliknya dan mengira Mona meniru karya milik orang lain.

"Ini, Bu, lukisan yang diakui oleh orang itu," kata Mega karyawan Mona yang sudah dia percayakan mengurus galeri.

Mega menunjukan pada Mona lukisan bergambar taman hiburan yang terdapat sepasang kekasih sedang tertawa bersama menaiki komedi putar.

"Bagaimana bisa orang itu mengakui lukisan ini miliknya padahal jelas-jelas saya membuatnya sendiri dan tidak meniru lukisan miliknya?" tanya Mona tak habis fikir.

"Saya kurang tahu, Bu, tapi beliau selalu mengatakan seperti itu bahkan bila Anda tidak mau mencopot lukisan ini anda akan dituntut," kata Mega membuat Mona terbelalak

"Aturkan jadwal saya agar bisa bertemu dengannya," titah Mona.

"Baik Bu."

Mona menghembuskan nafas kasar, dia lalu menghubungi asistennya yang ada di Jakarta untuk mengirim pekerjaan yang bisa dikerjakan dari jarak jauh.

Saat Mona hendak pergi ke Medan dia meninggalkan banyak pekerjaan sehingga kini dia harus mengerjakannya meski berada diluar kota.

Mona lupa belum menghubungi Edwin bila dirinya sudah tiba di Medan. Biasanya bila Mona tidak kunjung memberi kabar, Edwin akan menghubunginya lebih dulu, tapi sekarang Edwin juga belum menghubunginya karena pria itu sedang menikmati waktu bersama dengan Andini.

...****************...

"Anda suka buah apa, Pak?" tanya Andini.

Saat ini mereka sedang berada di supermarket, belanja perlengkapan dapur dan mengisi kulkas yang masih kosong.

Edwin medorong troli dan Andini berjalan didepannya mengambil bahan makanan lalu memasukkannya ke dalam troli. Tak jarang orang-orang yang melihatnya mengira mereka sepasang suami istri.

Troli mereka sudah penuh dengan belanjaan dan hanya tinggal membeli buah, sayur, ikan dan daging saja setelah itu Andini akan memasak makan malam.

"Saya suka semua jenis buah, kamu beli saja buah yang kamu suka saya akan memakannya."

Andini mengangguk lalu mengambil beberapa jenis buah lalu memasukkannya ke troli begitu juga dengan sayur, ikan dan daging.

Setelah selesai dengan belanjanya mereka kembali keapartement. Edwin menyusun bahan dapur dipantri sementara Andini mulai dengan memasaknya.

"Saya tadi siang melihat anda makan lobster bakar lahap sekali," kata Andini.

"Lobster bakar itu makanan kesukaan saya," kata Edwin menoleh sebentar pada Andini kemudian lanjut menyusun bahan makanan.

"Tahu begitu tadi kita beli lobster juga, Pak."

"Lain kali saja, saya sudah sering makan lobster khawatir nanti kolesterol," kata Edwin sambil terkekeh.

"Ah iya, Pak, kurangi berarti makan lobsternya dan jaga pola makannya."

Edwin yang sudah selesai menyusun bahan makanan segera menghampiri Andini. Dia sangat terkesan dengan perhatian Andini karena Mona mana pernah mengingatkan seperti itu.

Edwin memeluk Andini yang sedang masak dari belakang lalu meletakkan dagunya dibahu gadis itu.

"Terima kasih kamu sudah sangat perhatian pada saya. Andai istri saya seperti kamu sudah dipastikan saya akan bahagia dan tak akan menghianatinya," kata Edwin lirih.

Andini tertegun dia bahkan menghentikan tangannya yang sedang memotong wortel. Ada rasa kasihan dihati Andini melihat Edwin seperti itu. Mona sangat beruntung dicintai Edwin begitu besar hingga pria itu bertahan sangat lama meski diabaikan dan tak dihargai.

Andini jadi berandai-andai. Andai saja dia jadi Mona yang dicintai begitu besar oleh Edwin maka dia tidak akan menyia-nyiakannya.

"Aww!"

Karena melamun tidak sengaja jari telunjuk Andini terkena pisau. Edwin buru-buru melepas pelukannya lalu meraih tangan Andini mendekatkan pada wastafel dan mencici luka Andini diair mengalir.

"Hati-hati kalau masak, pasti pedih ya?" tanya Edwin.

Andini tersenyum, Edwin sangat perhatian padanya bahkan luka sekecil ini saja pria itu sangat mengkhawatirkannya.

"Ini lukanya kecil, Pak, hanya pedih sedikit."

"Sini biar saya obati," kata Edwin sambil menggandeng tangan Andini membawanya duduk diruang tamu.

"Ya ampun saya lupa belum beli obat p3k, An," kata Edwin.

"Tidak apa-apa, Pak, ini hanya luka kecil."

"Tidak, An, lukamu harus segera diobati. Sebentar saya pergi ke apotek dulu."

"Tidak usah, Pak ... Pak ...."

Edwin tidak mendengarkan perkataan Andini, pria itu sudah menghilang dibalik pintu apartement yang baru saja tertutup. Edwin benar-benar pergi keapotek. Beruntung apotek letaknya berada dilantai satu apartement ini sehingga tidak membutuhkan waktu lama dia sudah kembali menemui Andini.

"Sudah saya katakan ini tidak apa-apa, Pak," kata Andini.

"Biar tidak pedih." Edwin memasang plaster dijari tangan Andini yang terluka.

"Terima kasih, Pak," ucap Andini.

Edwin mengangguk.

"Kita makannya beli saja, kamu tidak usah masak." Edwin pun memesankan makanan untuk mereka makan malam.

...****************...

Andini duduk dikursi, disamping ranjang Ibu Della menatap wanita paruh baya yang sudah melahirkannya sedang terbaring koma dan entah kapan beliau akan sadar.

"Bu, kapan Ibu sadar? Apa Ibu tidak ingin melihat aku dan Kak Bima menikah dengan seseorang yang kami cintai? Ayolah Bu, sadarlah. Ada aku dan Kak Bima yang masih membutuhkan kehadiran Ibu."

Andini mengusap air matanya yang tanpa permisi keluar begitu saja.

Kata dokter Seira Ibu Della baru bisa dilakukan akupuntur seminggu lagi. Meski terkesan kelamaan tapi Andini tak bisa protes karena dokter sudah pasti tahu mana yang terbaik untuk pasiennya.

Andini datang kerumah sakit bersama Edwin, namun pria itu hanya bisa mengantarkan saja karena bertepatan dengan mertuanya yang menelpon memintanya datang kerumahnya.

Meski Edwin tahu mertuanya tidak menyukainya tapi Edwin menghormati undangannya sehingga pria itu mendatanginya.

Tak lama pintu ruang rawat Ibu Della dibuka oleh Bima yang menenteng kantong kresek berisi buah apel.

"Apel buat kamu," kata Bima saat menyerahkan kantong kresek ditangannya.

"Terima kasih, Kak."

"Heem. Gimana keadaan Ibu, apa dokter Seira ada mengatakan sesuatu?" tanya Bima.

"Kata dokter Seira akupunturnya baru bisa dilakukan seminggu lagi, Kak."

"Lama sekali," keluh Bima.

"Iya Kak, lama tapi tidak apa-apa yang terpenting ibu kita bisa sembuh dan kembali bersama kita."

"Iya, An."

Mereka pun sama-sama menatap ibu mereka dengan perasaan tak menentu, sedih bercampur khawatir.

"Oh iya, An, Kakak belum tahu dimana kamu tinggal sekarang. Boleh antar Kakak melihat tempat tinggal baru kamu?"

"Memangnya Kakak tidak kerja?"

"Kakak libur malam ini mau lembur, tadi bawa kerjaan kerumah."

"Kalau begitu sekarang saja keapartementnya sekalian aku mau pulang juga."

Bima mengangguk kemudian bersama Andini keluar meninggalkan ruangan Ibu Della untuk pergi ke apartement.

Tiba diapartement Bima terkejut melihat Edwin langsung memeluk Andini dan menangis.

Terpopuler

Comments

naimah

naimah

knp ya pk edwin ...

2023-12-15

0

As Lamiah

As Lamiah

wah jangan bilang kalok Edwin di ceraikan nih sama mertuanya ??🤦

2023-12-15

0

🌺awan's wife🌺

🌺awan's wife🌺

pak Edwin kenapa nangis

2023-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!