BAB. 17 Tentang Perjanjian

Andini benar-benar menang banyak karena Edwin sangat memanjakan dirinya. Setelah membeli laptop dan ponsel, tanpa diminta Edwin membelikan satu set perhiasan lalu menemani Andini membeli semua yang gadis itu inginkan.

Tak seperti tadi menolak, sekarang Andini bertindak sesukanya. Dia benar-benar belanja apa pun yang dia inginkan, mulai dari pakaian, skincare, buku, tas dan lain-lain.

Tangan Edwin sudah banyak menenteng paper bag dan semua itu milik Andini tapi gadis itu masih sibuk memilih pakaian dan membelinya lagi. Edwin mengambil paperbag yang kasir berikan padanya menenteng lagi bersama belanjaan lainnya.

"Terima kasih, Pak, anda baik sekali," kata Andini senang.

Edwin hanya tersenyum, andai tangannya sedang kosong tidak sedang membawa belanjaan dia pasti akan menarik Andini untuk dia dekap lalu menciumnya.

Eh.

Edwin menggelengkan kepala menghilangkan pikiran seperti itu dari kepalanya. Bisa-bisanya dia punya pikiran seperti itu.

"Masih ada yang ingin kamu beli?" tanya Edwin.

"Tidak ada, Pak, semuanya sudah saya beli."

"Berarti kamu sudah bisa pindah keapartement?" tanya Edwin dan Andini mengangguk.

Edwin tersenyum lagi. Ah, sejak tadi dia memang terus tersenyum merasa senang menghabiskan waktu menemani Andini belanja.

"Kita sekalian makan siang ya ini sudah jam 14.00," kata Edwin.

"Ya ampun, Pak, tidak terasa ya hampir 4 jam kita dimall," kata Andini.

"Tak apa, saya senang menemani kamu belanja."

"Memangnya anda tidak pernah menemani istri anda belanja?" tanya Andini dan Edwin menjawabnya dengan gelengan kepala.

Andini jadi semakin kasihan pada Edwin, sebenarnya pernikahan macam apa yang dijalani pria itu?

Mereka lalu mendatangi restoran yang letaknya berada dilantai satu mall. Disana Edwin memesan banyak makanan mengingat dirinya bila makan bersama Andini selalu makan dengan lahap. Tak lupa Edwin memesan makanan kesukaannya, lobster bakar dengan saus dabu-dabu seperti yang tadi malam dia makan besama dengan Mona.

"Banyak sekali, Pak, makanannya?" tanya Andini yang melihat mejanya penuh dengan makanan.

"Sengaja," jawab Edwin santai.

"Tapi sayang, Pak, nanti mubazir kalau tidak habis," kata Andini.

"Pasti habis, kita sama-sama makannya banyak," ucap Edwin sembari terkekeh sementara Andini memanyunkan bibirnya.

Mereka mulai dengan makannya. Edwin menyuapkan daging lobster kemulutnya lalu mengulurkan tangannya hendak menyuapkan pada Andini.

"Malu, Pak," kata Andini menjauhkan mulutnya.

"Malu kenapa? Bukannya tadi malam kita suap-suapan?" tanya Edwin.

"Ihh, Pak, disinikan banyak orang, kalau diapartement kan tidak."

"Oh, berarti kalau diapartement kamu tidak akan menolak saya suapi?" tanya Edwin menaik turunkan alisnya.

Andini mengigit bibir bawahnya lalu mengangguk membuat Edwin tersenyum lebar.

"Rasanya saya ingin bungkus saja makananya terus kita makan diapartemen supaya saya bisa nyuapin kamu," kata Edwin namun ditanggapi cebikkan bibir oleh Andini.

Edwin tergelak membuat beberapa pengunjung menatapnya aneh. Beruntung tak ada yang mengenal mereka sehingga keduanya menyelesaikan makannya dengan tenang.

...****************...

Edwin meminta Andini masuk lebih dulu kedalam mobil, sementara dirinya menyusun belanjaan milik Andini ke bagasi.

Drrtt.. Drrtt..

Ponsel Edwin bergetar membuat pria itu merogoh ponselnya dari dalam saku celana.

'Si Cantik Istriku'

Edwin menghembuskan nafas berat saat tahu yang menghubunginya itu ialah Mona. Dia memilih memasukkan kembali ponselnya kedalam saku, mengabaikan panggilan telepon tersebut lalu menutup bagasi mobil.

Biarkan saja sekali-sekali Mona merasakan apa yang dia rasakan saat panggilan teleponnya diabaikan. Edwin lalu masuk kedalam mobil dan duduk dibalik kemudi.

"Lelah?" tanya Edwin menoleh pada Andini yang sedang memejamkan mata sembari bersandar dikursi.

"Sedikit," kata Andini lalu membuka matanya dan tersenyum pada Edwin.

"Tidurlah nanti saya bangunkan kalau sudah sampai apartement." Edwin mengusap rambut panjang Andini.

Andini menggeleng. "Nanti saja tidurnya kalau sudah sampai apartement."

"Ya sudah kalau begitu kita langsung pulang saja," kata Edwin.

"Iya, Pak."

Edwin langsung melajukan mobilnya meninggalkan basement mall menuju apartement yang jaraknya memakan waktu setengah jam.

Ditengah perjalanan Edwin merasa ponselnya kembali bergetar namun dia memilih mengabaikannya dan tetap fokus mengemudi.

"Apa anda sudah mengatakan pada kak Bima bila saya akan tinggal diapartemen?" tanya Andini.

"Sudah," jawab Edwin tanpa menoleh pada Andini.

"Lalu bagaimana tanggapan kak Bima, apa dia mengizinkan?" tanya Andini lagi.

"Tidak ada alasan untuk Bima mencegah kamu tinggal diapartement," jawab Edwin.

"Tentu saja ada, Pak, dia kakak saya."

"Tapi semua keputusan yang kamu ambil itu yang akan menjalaninya kamu, bukan Bima dan dia hanya perlu mendukung apapun keputusan yang kamu ambil," kata Edwin.

Andini terdiam. Semua yang dikatakan Edwin itu benar bahwa keputusan yang diam ambil dia juga yang akan menjalaninya. Tak lama mereka tiba diapartement. Edwin langsung memarkirkan mobilnya di basement apartement.

Andini turun dari mobil lalu menunggu Edwin yang sedang mengeluarkan semua belanjaan dari dalam bagasi.

"Saya bantu, Pak," kata Andin hendak meraih beberapa paperbag ditangan Edwin.

"Tidak perlu, biarkan saya yang melakukannya," kata Edwin.

Andini mengangguk kemudian membiarkan Edwin menenteng sendiri belanjaannya seperti saat di mall tadi. Sungguh suami idaman sekali.

Edwin meletakkan belanjaan Andini dikamar utama lalu masuk kedalam kamar mandi, mencuci muka, tangan dan kaki. Setelahnya Edwin kembali kekamar dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

"Pak, anda mau tidur disini?" tanya Andini.

Andini melihat barang miliknya diletakkan dikamar ini tapi Edwin justru meniduri ranjangnya membuat Andini kebingungan dimana letak kamarnya sebenarnya.

"Heem," jawab Edwin.

"Kalau begitu saya tidur dikamar sebelah, Pak."

Andini sudah hendak pergi namun tangannya ditarik oleh Edwin membuat gadis itu jatuh diatas tubuh Edwin.

"Pak!" pekik Andini terkejut.

Edwin terkekeh lalu meletakan kedua tangannya dipinggang Andini membuat gadis itu sangat gugup.

"Tidak usah pergi kekamar sebelah, ini kamarmu," kata Edwin menatap Andini yang berada diatas tubuhnya.

"Tapi anda mau tidur disini," kata Andini.

"Memangnya kenapa kalau kita tidur disini sama-sama?"

"Tidak boleh."

"Kenapa tidak boleh?"

"Karena kita belum menikah."

"Untuk tidur bersama kita tidak perlu menikah, An."

"Tapi, Pak_"

"Kamu lupa dengan perjanjian kita?" tanya Edwin dan Andini menggeleng karena dia sama sekali tidak melupakan perjanjian itu.

"Kamu akan ada saat saya membutuhkanmu," kata Edwin mengingatkan.

"Dan sekarang saya sedang membutuhkanmu," sambungnya.

"Pak_"

Andini tak melanjutkan ucapannya karena Edwin membalikan tubuhnya membuat posisi Andini berada dibawah tubuh Edwin. Seketika Andini merasa takut dengan jantung berdegup kencang, khawatir Edwin akan meminta kesuciannya mengingat sudah banyak uang yang dihabiskan Edwin untuknya.

Edwin menatap lekat wajah Andini, menelisik mulai dari alis, mata, hidung dan bibir.

"Dalam perjanjian kita saya hanya tidak boleh meminta kesucian kamu yang artinya saya boleh melakukan yang lainnya termasuk meminta kamu memuaskan saya."

Belum sempat Andini protes bibirnya sudah lebih dulu dibungkam oleh ciuman panas dari pria yang ada diatas tubuhnya.

Terpopuler

Comments

Mella Sasaq

Mella Sasaq

saya sudah kembali setelah loncat ke ending dan tengah² nya,tp msih ada yg kurang galih sm riko blm ada pasangan dan blm bahagia😅

2025-01-05

0

Sabella Mojang

Sabella Mojang

tim gak suka loncat JD bingung

2025-01-07

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

gimana kalo istrinya karungin dulu sementara kasian edwin biar dia senang senang dulu sama andini

2024-01-15

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!