BAB. 15 Di Kampus

Andini memilih berlama-lama di dapur, dia membiarkan Edwin dan Bima bicara berdua karena dia tahu Edwin pasti bisa meyakinkan Bima untuk menerima keputusannya.

"Saya kira anda tulus menolong kami tapi ternyata ..." Bima tersenyum sinis pada Edwin.

"Anda licik," sambungnya.

Edwin tersenyum dia tak masalah Bima menganggap dirinya seperti itu karena itu memang kenyataannya meski awalnya dia tulus menolong Andini.

"Entah kamu percaya atau tidak yang jelas saat itu saya tulus menolong Andini tanpa berharap imbalan apapun darinya, tapi adikmu lah yang menawarkan imbalan pada saya sebagai ucapan terima kasihnya. Saya sudah memiliki segalanya, saya hanya butuh perhatian dari seseorang karena saya tak mendapatkannya dari istri saya dan saya rasa Andini lah yang mampu memberikan perhatian itu pada saya."

Bima terdiam dia tidak tahu apa yang Edwin rasakan selama menikah dengan istrinya tapi yang jelas dia ingin Andini tidak dipermainkan oleh pria itu.

Edwin menoleh pada Andini yang berada di dapur, dia lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri gadis itu.

"Kenapa lama sekali, saya lapar," kata Edwin membuat Andini tersentak.

"Eh, Pak, anda disini?"

"Bukannya kamu mengajak saya sarapan?"

Andini menggangguk. "Bisa minta tolong bawakan piring ini ke sana." Andini memberikan piring yang sudah dia tumpuk pada Edwin.

"Bawa kemana?" tanya Edwin sambil menerima piring yang Andini berikan padanya.

"Bawa kedekat Kak Bima, Pak."

Edwin mengangguk lalu membawa piring tersebut kedekat Bima. Bima melirik tak suka pada Edwin namun Edwin justru tersenyum dan kembali menghampiri Andini dan membantu membawakan air minum beserta gelasnya, sementara Andini membawa mangkuk besar berisi nasi goreng.

Andini duduk diantara Bima dan Edwin, dia menyendokkan nasi goreng kepiring Bima lebih dulu barulah menyendokkan kepiring Edwin dan piringnya.

"Kenapa kamu tidak bilang, An, kalau jadi simpanan pria tua ini?" tanya Bima, dia melirik sinis pada Edwin yang makan dengan lahap.

Sepertinya dia benar-benar lapar.

"Maaf, Kak," ucap Andini lirih.

"Bagaimana bisa kamu memiliki hubungan dengan pria tua? Kamu lihat sendiri, An, dia seperti tidak makan tiga hari saja," sindir Edwin.

Andini menatap Edwin yang sedang menyuapkan nasi goreng kemulutnya, pria itu benar-benar makan dengan lahap membuat bibir Andini tersenyum. Semalam saat Edwin dan dirinya makan bersama diapartement, pria itu juga makan dengan lahap.

Andini jadi bertanya-tanya, apa Edwin biasa makan selahap ini?

"Saya buka tidak makan tiga hari tapi saya sangat menikmati nasi goreng yang sangat lezat ini," sahut Edwin membuat Bima berdecih.

Tak lama mereka selesai dengan sarapannya dan Andini langsung membereskan bekas makan mereka dengan dibantu oleh Edwin. Sungguh Edwin sangat menikmati ini seolah dia menjadi suami yang sedang membantu istrinya membereskan rumah.

Andini pergi dengan Edwin menuju kampus dimana dia pernah berkuliah, sementara Bima akan berangkat kerja dimana dia menjadi staf disana. Bima lebih beruntung ketimbang Andini karena dia sempat menyelesaikan kuliahnya sebelum ibunya jatuh sakit. Saat siang hari dia bekerja sebagai karyawan kantor dan malam hari dia bekerja sebagai bartender di Louis club. Semua Bima lakukan untuk biaya pengobatan sang ibu.

"Kamu pintar masak juga ternyata," ucap Edwin yang sedang menyetir. Mobil Edwin sudah berada dijalan raya sehingga Edwin berbicara tanpa menoleh pada Andini.

"Hanya masakan rumahan, Pak."

"Itu juga sudah luar biasa loh mengingat sekarang banyak wanita yang tidak bisa masak."

"Apa istri anda juga begitu?"

"Ya, istri saya juga begitu. Dia tidak bisa masak."

"Mungkin karena istri anda sibuk, Pak, jadi dia tidak sempat belajar masak."

"Dia memang tidak suka masak."

"Tapi anda mencintainya."

Edwin tersenyum, menoleh sebentar pada Andini lalu kembali fokus menyetir tanpa menyahuti perkataan Andini. Edwin merasa menjadi pria bodoh yang dibutakan oleh cinta hingga hampir sepuluh tahun menikah dirinya masih bertahan dengan Mona padahal dia selalu diabaikan dan tak dihargai.

Edwin membelokkan mobilnya menuju area parkiran kampus, menghentikan mobilnya disana lalu menoleh pada Andini.

"Saya temani daftar atau tunggu disini?" tanya Edwin.

"Tunggu disini saja, Pak, takut nanti ada yang lihat kita bersama."

"Ya sudah saya tunggu dimobil, kamu selesaikan urusanmu."

"Iya Pak."

Andini turun dari mobil Edwin lalu berjalan menuju kantor dimana dia bisa mendaftar kuliah. Tak jarang Andini menyapa orang-orang yang dia jumpai karena sikap ramahnya sudah melekat pada dirinya sejak dia masih kecil.

Edwin memainkan ponselnya sembari menunggu Andini kembali. Dia menghubungi bawahannya direstoran untuk mengatakan bila dia hari ini tidak datang ke restoran dan meetingnya dibatalkan.

Edwin menggulir ponselnya mencari nomor sang istri lalu menghubunginya. Dua kali dia menelpon Mona, wanita itu tak menjawab panggilan teleponnya membuat Edwin mendengus sebal.

Edwin memilih keluar dari mobilnya untuk mencari sesuatu yang bisa menyegarkan tenggorokannya tapi niatnya Edwin urungkan karena Andini menghubunginya.

"Pak, bisa anda datang kekantor?" tanya Andini disebrang telepon, suaranya terdengar berbisik membuat Edwin mengerutkan kening.

"Ada masalah?"

"Saya butuh anda untuk wali saya, Pak, katakan saja bila anda Om saya."

Edwin tertawa merasa lucu dengan permintaan Andini. Rupanya selain menjadi sugar daddy Andini, gadis itu akan memperkenalkan dirinya sebagai Om-nya.

"Kenapa anda tertawa. Cepat kemari, Pak."

"Iya saya kesana sekarang," kata Edwin lalu mematikan sambungan teleponnya.

Dia lalu berjalan memasuki area kampus untuk menuju kantor. Edwin menoleh kesana kemari tak tahu dimana letak kantor itu berada. Edwin memilih bertanya pada mahasiswa yang sedang berjalan tak jauh dari tempatnya berhenti.

"Maaf mengganggu waktunya. Bisa saya tahu dimana letak kantor kampus ini?" tanya Edwin.

"Kantornya ada di lantai tiga, Pak, kebetulan saya juga mau kekantor. Mari sekalian saya antar," kata mahasiswa itu.

Edwin mengangguk kemudian sama-sama berjalan menuju kantor. Mereka tak ada yang bicara karena tak saling mengenal, hingga saat tiba dilantai 3 pandangan Edwin melihat Andini sedang duduk sendiri menunggu kedatangannya.

"An."

Baru saja Edwin hendak memanggil Andini, mahasiswa yang mengantarnya itu justru memanggil Andini lebih dulu.

Andini menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya, namun seketika matanya melebar saat melihat Edwin bersama Angga.

Ya, mahasiswa yang mengantarkan Edwin itu ialah Angga teman Andini. Angga langsung mempercepat langkah kakinya dan menghampiri Andini.

"Kamu lagi apa disini?" tanya Angga.

"Aku mau kuliah lagi," jawab Andini lalu menoleh pada Edwin yang sudah sampai didekatnya. Edwin menghentikan langkah kakinya didekat Andini dan Angga, dia juga memperhatikan interaksi keduanya.

"Yang benar kamu mau kuliah lagi, An?" tanya Angga senang.

"Iya, Ga, aku mau kuliah lagi," ucap Andini menatap Angga sebentar lalu beralih menatap Edwin.

Sungguh jantung Andini berdegup kencang dia gugup melihat Edwin yang menatapnya penuh tanya.

Terpopuler

Comments

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

laki laki bodoh kamu win,udah tua juga masih di butakan cinta

2024-01-15

1

Murni Zain

Murni Zain

Buta Krn cinta benar itu hanya orang bodoh.
padahal Edwin berpendidikan tp msh bertahan dgn istri yg hubungan ya toxic

2023-12-14

0

As Lamiah

As Lamiah

wah sepertinya Andini bakal kesulitan nih menghadapi Angga🤭

2023-12-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!