BAB. 14 Memberitahu Bima

"Aku berangkat ya, Mas. Cup."

Mona berangkat ke kantor lebih dulu di saat Edwin baru saja bangun dari tidurnya. Edwin hanya mampu menatap nanar pada pintu yang baru saja Mona tutup, menghembuskan nafas kasar dia menyibak selimut dan turun dari ranjang.

Edwin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah semalam menghabiskan malam panas dengan sang istri.

Edwin memang puas tadi malam kebutuhan biologisnya terpenuhi tapi mengingat dirinya tidak diprioritaskan seperti ini hatinya begitu sakit.

Tentang pembicaraan semalam Mona menganggap Edwin sedang membual karena nyatanya hingga saat ini pria itu masih sabar menunggu dirinya hamil. Mona tidak tahu saja bila sikapnya masih seperti ini maka Edwin benar-benar memilih memiliki anak dari wanita lain.

Setelah selesai membersihkan diri, Edwin meraih ponselnya melihat ada pesan masuk dari Andini satu jam yang lalu.

"Pak, anda sibuk tidak hari ini?"

Edwin tak membalas pesan Andini dia memilih langsung menghubungi gadis itu melalui panggilan vidio. Andini ibarat obat yang mampu meredakan rasa sakit yang tengah dia rasakan karena Mona lagi-lagi tak memprioritaskannya.

"Astaga, Pak, kenapa anda tidak pakai baju?" tanya Andini dari sebrang telepon. Dia terkejut Edwin melakukan panggilan vidio dan lebih terkejut lagi saat panggilan vidio dijawab wajah Edwin dan dada pria itu dia lihat.

Edwin terkekeh. Dia sengaja tidak pakai baju lebih dulu karena sudah tak sabar ingin mendengar suara Andini.

"Saya baru saja mandi. Ada apa kamu kirim pesan?" tanya Edwin memilih mengabaikan pertanyaan Andini.

"Pagi ini anda sibuk tidak, Pak?"

Edwin diam sejenak dia mengingat-ingat jadwalnya hari ini dia ada meeting dengan para stafnya tapi sepertinya Andini sedang membutuhkannya.

"Tidak. Memangnya kenapa?" tanya Edwin lagi.

"Saya bisa minta tolong antarkan ke kampus?"

"Bisa," jawab Edwin cepat. Urusan meeting dengan stafnya bisa dia tunda dilain waktu.

"Anda bisa jemput saya di kontrakan, Pak, kebetulan juga Kak Bima ada dikontrakan jadi anda bisa memberi tahu dia tentang hubungan kita."

"Oke, saya bersiap dulu. Sampai jumpa di kontrakan."

"Iya, Pak, sampai jumpa."

Edwin masih menggenggam ponselnya, bibirnya tersenyum dia yakin setelah memberi tahu hubungannya dengan Andini pada Bima, Andini bisa segera pindah ke apartemen dan dia bisa sering mengunjungi gadis itu. Ah, Edwin sudah tidak sabar.

Edwin lalu bersiap. Dia menggenakan celana bahan berwarna coklat dan kemeja putih yang dimasukkan, lengannya dia lipat hingga sikut. Menata rambut sesuai dengan seleranya lalu menyemprotkan parfume banyak-banyak kebajunya. Edwin sudah seperti orang yang sedang kasmaran.

Setelah selesai dengan bersiapannya Edwin bergegas keluar dari kamar, dia sama sekai tidak melirik meja makan dan terus melangkah menuju garasi.

Tiba di kontrakan Andini, Edwin mengatur nafasnya yang entah kenapa jantungnya berdegup lebih kencang, gugup seperti remaja yang hendak mengapeli kekasihnya. Setelah merasa lebih baik, Edwin turun dari mobil dan mengetuk pintu kontrakan Andini.

Tok tok tok.

"Pak Edwin?"

Bima yang membukakan pintu merasa heran karena tamu yang mengetuk pintu kontrakannya itu ialah Edwin.

"Hai, Bim."

"Ada apa anda kemari?" tanya Bima dia juga menelisik penampilan Edwin yang memang selalu rapih tapi aroma parfume Edwin membuat kepala Bima jadi sakit. Menyengat sekali.

"Andini ada?" tanya Edwin.

Bima memicingkan matanya curiga dengan Edwin yang menanyakan keberadaan Andini. Belum sempat Bima menjawab, Andini muncul dengan baju casual yang dia kenakan.

"Kak Bima, biarkan Pak Edwin masuk," kata Andini.

Bima menatap Andini sebentar lalu menatap Edwin yang tengah menatapnya. "Masuk Pak," kata Bima.

"Iya Bim."

Bima kembali masuk kedalam kontrakannya meninggalkan Andini dan Edwin yang masih berada diluar.

"Sudah sarapan belum, Pak?" tanya Andini.

"Belum," jawab Edwin.

"Kalau begitu kita sarapan dulu, Pak, tadi saya masak nasi goreng."

"Heem, kebetulan saya lapar sekali."

Andini mengangguk kemudian membuka lebar-lebar pintu kontrakannya dan mempersilahkan Edwin masuk.

Edwin duduk dikarpet bersama Bima yang sedang berbalas pesan sementara Andini pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan.

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu, Bim," kata Edwin.

Bima menoleh pada Edwin lalu meletakkan ponselnya. "Apa?" tanyanya kemudian.

"Saya menjadikan adik kamu sebagai simpanan saya," kata Edwin.

"Apa!" pekik Bima terkejut.

Andini yang sedang menyiapkan sarapan menoleh pada Bima dan Edwin. Dia bisa menduga bila Edwin tengah mengatakan hubungannya dengan pria itu pada Bima.

"Seperti ekspektasi saya, reaksimu sangat berlebihan," cibir Edwin.

Bima menggeram sebal, dia lalu menatap tajam pada Edwin yang duduk disebelahnya tak perduli bila usia Edwin 10 tahun lebih tua darinya.

"Anda jangan main-main dengan ucapan anda, Pak," ucap Bima memperingati.

"Saya tidak main-main, saya sungguhan telah menjadikan Andini sebagai simpanan saya," kata Edwin sungguh-sungguh.

"Apa untuk balas budi?" tanya Bima.

"Salah satunya itu. Tapi saya sendiri benar-benar membutuhkan sosok seperti Andini untuk menemani hari-hari saya yang kesepian."

"Bukannya anda sudah punya istri? Lalu bagaimana dengan istri anda?"

"Istri saya baik-baik saja dia tak akan tahu bila saya punya simpanan."

"Tapi kalau begini namanya anda menghianati istri anda, Pak."

"Saya tahu."

"Lalu anda masih tetap berselingkuh."

Edwin mengangguk, dia lalu menceritakan pada Bima tentang rumah tangganya yang tidak baik-baik saja berharap lelaki itu mengerti keadaannya.

"Tapi, Pak, masalahnya ini adik saya yang anda jadikan simpanan, saya tidak bisa jamin anda tidak macam-macam padanya."

"Kamu tenang saja, saya sudah berjanji pada Andini tidak akan macam-macam padanya tapi bila dia yang menginginkannya tentu saja saya akan sangat senang."

Bima melotot. Dia tentu saja tahu bagaimana para sugar daddy memperlakukan sugar babbynya dan yang dia khawatirkan adiknya hanya dipermainkan oleh Edwin atau lebih parahnya diserang oleh istri sah pria itu.

"Jangan permainkan adik saya, Pak." Bima kembali memperingati Edwin.

Edwin tersenyum, dia menepuk bahu Bima.

"Mulai nanti malam Andini akan tinggal diapartement yang saya belikan," kata Edwin memberi tahu.

Bima lagi-lagi terkejut mendengar apa yang Edwin katakan tapi apalah daya karena ini bentuk terima kasihnya pada Edwin yang telah menolong ibunya jadilah Bima hanya bisa menerima keputusan Andini yang mau dijadikan simpanan oleh Edwin.

Edwin juga menjelaskan pada Bima bila dia akan menguliahkan Andini yang sempat putus kuliah. Bima memang senang mendengarnya, setidaknya setelah lulus kuliah Andini bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tapi Bima tidak suka pada kenyataannya kebaikan Edwin dibalas dengan adiknya yang menjadi simpanan pria itu.

"Saya kira anda tulus menolong kami tapi ternyata ..." Bima tersenyum sinis pada Edwin.

Terpopuler

Comments

Greenenly

Greenenly

terlalu menyengat/Chuckle//Chuckle/

2024-08-23

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

lag elumah bim ga nyadar kamu ya adik kamu di jual hampir di lecehkan,kalo ga ada edwin yang menolong udah jadi pelacur tu si dini

2024-01-15

0

sunshine wings

sunshine wings

Memang Edwin tulus menolong keluargamu Bima tapi siapa yang tau hal perasaan kan.. Hargailah pengorbanan adekmu Bima..
💞💞💞💞💞

2023-12-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!