BAB. 12 Jadi Merindukan

Andini sedang berjalan kaki dari apartemennya menuju rumah sakit dimana ibunya dirawat. Perasaannya tak menentu setelah tadi Edwin meninggalkannya untuk menemui istri sah pria itu.

"Kenapa sih pak Edwin masih mau menemui istrinya padahalkan dia tidak pernah diprioritaskan." Andini bicara sendiri sembari berjalan kaki.

Ditangannya ada kimbab yang tadi dia bungkus. Andini kesal padahal tadi dia dan Edwin setelah makan malam akan belanja bahan dapur dan mengisi kulkas tapi harus batal karena Mona menelpon Edwin. Meski kesal tapi Andini tidak bisa berbuat apa-apa mengingat dirinya hanya seorang simpanan.

Andini terus berjalan ditrotoar hingga dia melewati supermarket tidak sengaja tubuhnya ditabrak oleh seseorang.

Brukk!

"Maaf. Loh Andini?"

"Angga?"

Andini hampir saja jatuh bila lelaki bernama Angga itu tidak langsung menahannya.

Andini kembali berdiri dia menatap lelaki di hadapannya yang juga sedang menatapnya.

"Kamu kemana aja, An? Lama kita tidak bertemu," tanya Angga.

Andini tersenyum kecil. "Beresin dulu belanjaan kamu, Ga."

Angga menggangguk lalu berjongkok untuk membereskan belanjaannya yang berhamburan diikuti Andini yang juga berjongkok untuk membantunya.

"Setelah kamu berhenti kuliah aku datang kerumah kamu tapi ternyata rumah itu sudah dijual. Kamu tinggal di mana sekarang?" tanya Angga menatap Andini yang sedang memunguti belanjaan pria itu.

Andini menatap Angga sebentar lalu kembali memunguti belanjaan. "Aku tinggal di kontrakan."

"Sama Kak Bima?" tanya Angga dan Andini menggangguk.

Andini menepuk tangannya setelah selesai membereskan belanjaan Angga.

"Kita ngobrol dulu yuk, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan sama kamu, An."

"Tapi aku harus ke rumah sakit," kata Andini.

"Apa ibu kamu masih belum sembuh?"

"Belum," lirih Andini.

"Kalau begitu aku ikut kerumah sakit sekalian aku ingin membesuk ibu kamu."

"Belanjaan kamu?"

"Aku titipkan satpam supermarket."

"Ya sudah aku tunggu," kata Andini. Angga tersenyum senang lalu kembali kearea supermarket dan menitipkan belanjaannya pada satpam di sana.

Angga kembali menghampiri Andini, mereka berjalan bersama menuju rumah sakit. Ini bukan yang pertama untuk Angga membesuk Ibu Della. Sejak Ibu Della masih dirawat di rumah oleh Andini, Angga sering kali membesuknya bahkan membantu Andini membeli obat yang sudah diresepkan dokter.

Angga sangat terkejut saat tiba di rumah sakit Andini membawanya menuju ruang rawat VIP dan Ibu Della dirawat diruang rawat tersebut.

"Bagaimana kondisi ibu kamu?"

"Kondisi Ibu justru semakin parah, beliau sekarang koma."

"Lalu biaya pengobatan ibu kamu bagaimana?"

Andini gugup dia tidak mungkin mengatakan pada Angga bila ada seseorang yang membiayai pengobatan ibunya khawatir dirinya yang menjadi simpanan Edwin akan diketahui banyak orang.

"Kak Bima dan aku bekerja sama untuk membiayai pengobatan ibu. Rumah yang kami jual juga uangnya untuk pengobatan ibu."

"Aku turut prihatin dengan keadaan kamu, An. Terus terang saja aku kaget saat tahu kamu berhenti kuliah, aku menghubungi kamu tapi nomor ponselmu tidak aktif, aku datang ke rumahmu ternyata rumah itu sudah dijual."

"Iya, Ga, makasih juga selama ini kamu sudah banyak membantu aku. Aku tidak bermaksud menghilang hanya saja saat itu kondisi Ibu memburuk jadi aku berhenti kuliah dan kak Bima menjual rumah. Tentang nomor ponsel ku yang tidak bisa dihubungi itu karena ponselnya aku jual juga buat menambah biaya pengobatan ibu."

"Tapi sekarang kamu sudah punya ponsel lagi kan?" tanya Angga.

"Sudah, Ga."

"Boleh aku minta nomormu?"

Andini mengangguk lalu mengetik nomornya diponsel Angga.

...****************...

Di tempat berbeda, di restoran Cempaka.

Mona yang datang lebih dulu langsung memesankan makanan kesukaan Edwin. Sambil menunggu Edwin datang Mona membuka tabletnya mengerjakan sesuatu di sana. Mona tidak mau rugi waktunya terbuang sia-sia karena baginya waktu adalah uang.

Edwin masuk ke restoran Cempaka, mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Mona. Setelah melihat Mona dia segera menghampirinya. Langkah kaki Edwin melambat saat melihat Mona sedang memegang tabletnya.

Sudah Edwin duga bila makan malamnya bersama Mona tidak seperti ekspektasinya. Edwin menduduki kursi dihadapan Mona membuat Mona meletakkan tabletnya di atas meja.

"Kita langsung makan saja ya, Mas, terus pulang aku masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan."

"Kamu bawa pekerjaan ke rumah?"

"Iya Mas, soalnya besok mau dipakai meeting."

Edwin tersenyum kecut, bila Mona membawa pekerjaannya ke rumah sudah dipastikan wanita itu semalaman berkutat diruang kerjanya.

"Bukannya kamu masih mau menginap di rumah orang tuamu?" tanya Edwin.

"Tadinya sih begitu, Mas, tapi aku kasihan sama kamu kalau aku tinggal lagi. Aku sudah hampir dua minggu ninggalin kamu."

"Kasihan?" tanya Edwin.

"Iya Mas."

"Seharusnya kamu pulang ke rumah itu bukan karena kasihan sama aku, Mon, tapi karena sudah seharusnya kamu pulang kerumah ku karena kamu istriku."

"Mas, please kita jangan berdebat di sini."

Edwin menarik nafasnya kemudian menghembuskan. Hampir saja dia lupa kalau sedang berada di tempat umum.

"Ya sudah ayo kita makan malam, terus pulang," kata Edwin dengan tenang.

Mona mengangguk kemudian menyodorkan piring berisi menu kesukaan Edwin, lobster bakar dengan sambal dabu-dabu dimangkuk yang terpisah.

Edwin memulai makannya, dia mengambil daging lobster lalu mencolekkan pada sambal dan menyodorkan pada Mona berniat hendak menyuapkan pada sang istri.

"Mas, aku tidak suka disuapi."

"Sekali saja," pinta Edwin.

Mona mendorong tangan Edwin untuk menjauh dari mulutnya.

"Aku bisa makan sendiri," kata Mona.

Edwin menarik tangannya lalu menyuapkan lobster itu kemulutnya sendiri. Lagi-lagi Edwin dikecewakan dengan sikap mandiri Mona. Sejak dulu Mona tak pernah mau diperlakukan manja olehnya bahkan saat berduaan saja wanita itu tak betah dia pangku lama-lama karena harus berkutat dengan pekerjaannya.

Tiba-tiba Edwin teringat saat makan bersama Andini. Gadis itu tak menolak saat dirinya menyuapi bahkan tadi juga Andini menyuapi Edwin balik. Dan saat dipangku juga Andini tak menolak meski masih terlihat gugup tapi Edwin memakluminya.

Edwin selesai lebih dulu dengan makanan, melihat piring Mona masih berisi separuh makanannya.

"Mau pulang sendiri atau pulang denganku?" tanya Edwin.

"Pulang sendiri, Mas, kan aku bawa mobil," jawab Mona.

Edwin mengangguk, lalu menunggu Mona menghabiskan makanannya. Edwin hanya diam tidak berbicara satu katapun dan hanya memperhatikan Mona yang sedang makan.

Ting.

Suara notifikasi dari ponsel Edwin berbunyi membuat pria itu langsung membukanya.

Notifikasi M-banking dari ATM yang dia berikan pada Andini memberitahukan bila ada saldo keluar sejumlah 5 juta.

Edwin tersenyum senang akhirnya Andini menarik saldo diatm yang dia berikan, artinya Andini menghargai pemberian darinya tak seperti Mona yang tak pernah menghargainya bahkan saat makan malam di luar seperti ini saja Mona membayar sendiri bill-nya.

Edwin jadi merindukan Andini namun dia hanya bisa menghembuskan nafas berat.

Terpopuler

Comments

Greenenly

Greenenly

nah... bibit felakor mulai merasa kesepian

2024-08-23

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

aku mau nyari om om seperti edwin di mana ya,di dunia nyata susah bangt mungkin jarang ada

2024-01-15

2

dika edsel

dika edsel

hanya didunia novel duit gkada harga dirinya,mona diberi uang gkmau..beda klo q..suami blm ngasih..aku dah minta duluan😅,ini jg andini tinggal tarik tunai tanpa mikir berapa isinya...nah klo q sblm narik duit liat dulu isi saldonya ,hadooh apa dayaku cuma bs berhalu andai aku mandi uang gmna yah rasanya??🤔🤣🤣

2023-12-12

2

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!