BAB. 11 Kebersamaan di Apartement

Edwin mengajak Andini melihat-lihat isi apartement, di sana terdapat dua kamar dengan satu kamarnya memiliki ukuran lebih kecil dan satu kamar lagi lebih besar.

Masing-masing kamar sudah ada kamar mandinya serta perabotan kamar seperti ranjang, lemari dan meja rias. Dikamar utama bahkan Edwin juga mengisi sofa panjang beserta meja dan televisi yang digantung didinding.

"Kamarnya ada dua, ya Pak?"

"Sengaja, supaya saya bisa menginap disini."

"Apa tidak di cari istri anda?"

"Tidak akan."

Andini menggeleng, sebegitu tak perdulinya kah istri Edwin hingga tidak akan mencari pria itu meski tak pulang kerumah.

"Ini lemari tinggal kamu isi saja dengan baju-baju kamu, belilah menggunakan ATM yang saya kasih tadi."

"Tapi baju saya di kontrakan masih bagus, Pak."

"Yang di kontrakan biar saja ditinggal di sana, kamu beli lagi saja sekalian beli perlengkapan untuk kuliah kamu."

"Iya Pak."

"Kita lanjut lihat yang lain." Edwin menggandeng tangan Andini mengajaknya keluar dari kamar lalu menuju dapur.

Didapur juga sudah lengkap dengan perabotan dapur. Ada kitchen set, meja makan dengan 4 kursi, kompor, rice cooker, oven, kulkas dan lain-lain.

"Kulkasnya belum saya isi, nanti habis ini kita belanja di supermarket sekalian mengisi bahan-bahan dapur juga."

Andini mengangguk, mereka lalu menuju balkon apartement. Disana sudah ada dua buah kursi empuk dan satu meja bundar yang bisa digunakan untuk bersantai. Dari ketinggian lantai 10 ini Andini bisa melihat suasana ibu kota Jakarta yang ramai dengan gedung-gedung tinggi dan kendaraan yang tak pernah hentinya memenuhi jalanan.

Andini berdiri memegang besi pembatas balkon menatap langit yang hanya tersisa semburat orange dari cahaya matahari yang terbenam.

Edwin mendekat pada Andini, mereka sama-sama menikmati indahnya suasana disore hari.

"Saya harap besok kamu pindah ke apartemen ini," kata Edwin.

"Pak, saya belum bilang sama kak Bima kalau saya menjadi simpanan anda."

"Kalau begitu tidak usah bilang."

"Tidak bisa, Pak, kak Bima pasti akan curiga saya tidak lagi tinggal dikontrakan tapi kalau bilang saya khawatir kak Bima akan marah."

"Ya sudah urusan Bima biar saya yang urus, kamu tidak usah memikirkannya. Sekarang kita masuk ke dalam karena sebentar lagi malam."

"Iya, Pak."

Andini berjalan lebih dulu masuk ke dalam apartemen barulah Edwin menyusulnya setelah mengunci pintu balkon terlebih dahulu.

"Kita makan dulu ya saya pesankan makanan."

Edwin duduk di sebelah Andini, lalu merogoh ponselnya dan memesan makanan.

"Kenapa diam saja, hem?" Edwin menarik dagu Andini agar menatap padanya.

"Saya hanya merasa bila hubungan kita ini salah, Pak."

"Tidak ada yang namanya hubungan salah, yang salah itu orang yang menjalin hubungan itu," ucap Edwin sambil terkekeh.

"Aww! Sakit, An."

"Rasain, siapa suruh malah ketawa," ketus Andini sehabis memberi cubitan diperut Edwin.

Bukannya marah Edwin justru tersenyum. Tangannya ia rentangkan kebelakang tubuh Andini lalu mendekap gadis itu untuk mendekat padanya.

"Kamu tahu An, saya ingin sekali melakukan ini bersama dengan istri saya. Duduk berdua, bercanda bersama, bercerita tentang apa yang dilakukan hari ini, tapi sayangnya kami tak pernah bisa melakukan itu. Istri saya sangat sibuk dengan karirnya. Saya bersyukur sekali dipertemukan denganmu sehingga bisa merasakan kebersamaan seperti ini."

Ada perasaan haru mendengar penjelasan Edwin, yang ternyata dirinya benar-benar diinginkan oleh pria itu. Tapi mengingat bila dia hanya simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicampakkan Andini merasa sedih.

Tak lama terdengar bunyi bel apartemen. Edwin melepas dekapannya lalu membukakan pintu yang ternyata kurir makanan dari restoran yang ia pesan.

"Anda beli makanan apa, Pak?" tanya Andini yang melihat Edwin menenteng box makanan berlogo restoran Korea.

"Saya beli beberapa makanan Korea, kamu bisa memilihnya."

Edwin meletakkan box makanan itu di meja lalu membukanya, ada tiga jenis makanan Korea yang Edwin beli tteokbokki, jajangmyeon dan kimbab.

"Wah." Mata Andini berbinar, dia sudah lama sekali ingin memakan itu tapi selalu ia tahan karena walau bekerja dia harus mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit.

"Kamu suka?"

"Iya, Pak, saya suka."

"Kalau suka makan lah," titah Edwin lalu mendekatkan box makanan itu ke hadapan Andini.

"Anda tidak makan?"

"Untukmu saja."

"Jangan, Pak. Bagaimana kalau kita makan sama-sama saja?"

"Asal semangkuk berdua, saya mau."

"Iya, Pak, semangkuk berdua."

Edwin tersenyum kecil tadinya dia hanya memancing saja tapi siapa sangka Andini mau makan semangkuk berdua dengannya.

...****************...

"Pak Edwin ada?" tanya Mona pada salah satu karyawan Edwin.

Dia mendatangi restoran Hamara ingin mengajak Edwin makan malam bersama karena sudah lama mereka tidak melakukan. Mona bahkan meninggalkan beberapa pekerjaannya yang belum selesai demi bisa menemui Edwin.

"Pak Edwin sudah pulang, Bu."

"Oh benarkah? Jam berapa dia pulang?" tanya Mona lagi.

"Jam 17.00 lewat, Bu."

Mona menggangguk, kemudian kembali kemobilnya dan duduk disana. Dia tidak langsung mengemudikan mobilnya melainkan membuka ponselnya terlebih dahulu melihat pesan yang dia kirim tadi hanya dibalas dengan 'iya'.

Mona lalu menghubungi Edwin dan tidak lama kemudian panggilan telepon itu dijawab.

"Iya Sayang," kata Edwin saat menjawab panggilan telepon dari Mona. Edwin melirik sekilas pada Andini yang duduk disebelahnya. Andini nampak biasa saja justru makan dengan lahap.

"Aku tadi ke restorant, Mas, tapi kamu tidak ada," kata Mona memberitahu Edwin.

"Tumben sekali kamu ke restoran?"

"Aku ingin mengajak kamu makan malam."

"Oh kebetulan aku masih dijalan, kita ketemu di restoran cempaka saja kalau begitu?"

"Iya, Mas. Ya sudah aku tutup teleponnya."

"Iya Sayang, kamu hati-hati bawa mobilnya."

"Iya Mas."

Edwin menoleh pada Andini. Tadi dia dan Andini sudah menghabiskan jajangmyeon dan tteokbokki semangkuk berdua tapi mengetahui Mona mengajaknya makan malam bersama tentu saja dia tidak akan menolaknya.

"An, sepertinya saya harus pergi. Kita belanjanya besok saja ya," kata Edwin.

"Iya, Pak, pergilah."

"Kamu tidak apa-apa kan kerumah sakit sendiri?"

"Tiidak apa-apa, Pak."

Edwin mengusap puncak kepala Andini lalu melangkah keluar dari apartemen.

Andini yang tadi makan dengan lahap kini menghentikan makannya setelah Edwin keluar dari apartement.

"Pada dasarnya istri sah yang akan lebih diprioritaskan," kata Andini lalu menghembuskan nafas panjang.

Andini membereskan bekas makanan yang sudah habis. Hanya tersisa 5 potong kimbab disana lalu dia bungkus dan akan dia bawa kerumah sakit untuk jaga-jaga kalau lapar dimalam hari.

Andini keluar dari apartementnya lalu berjalan kaki menuju rumah sakit yang jaraknya hanya 200 meter.

Brukk!

Tanpa Andini duga ada seseorang yang menubruknya membuatnya nyaris saja terjatuh.

"Maaf. Loh Andini?"

"Angga?"

Terpopuler

Comments

🌺awan's wife🌺

🌺awan's wife🌺

keasikan. baca terus ampe lupa komen

2023-12-13

0

dika edsel

dika edsel

entah pak edwin nantinya pilih siapa, bertahan sama istri atau berpaling ke andini?? nasib simpanan memang begitu an..,selalu jd yg kedua..?! aktif dikitlah jgn kaku gitu..niat jd pelakor hrs totalitas,,gimna mau jd pelakor sukses klo kamu malu2 meong..,sat set gitu lho an..,putusin tuh urat malumu klo mau jd prioritasnya pak edwin ok..

2023-12-11

1

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!