BAB. 8 Pria yang Sangat Baik

"Ayo, Pak, saya antar sarapan nasi uduk di warung makan," ajak Andini setelah tadi membuang sampah dan mencuci tangan.

"Apa kita bisa kembali tepat waktu saat dokter memeriksa ibu kamu?" tanya Edwin memastikan. Edwin tak mau karena Andini mengantarnya sarapan, mereka jadi melewatkan penjelasan dokter saat memeriksa Ibu Della.

"Tenang, Pak, kita akan kembali tepat waktu. Lagi pula warung nasi uduknya ada di seberang rumah sakit ini kok, jadi kita tidak akan lama," kata Andini meyakinkan.

Edwin berpikir sebentar kemudian menganggukkan kepala. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Andini.

"Kak, aku keluar dulu ya nemenin Pak Edwin cari sarapan," kata Andini pamit pada Bima yang sedang duduk di tepi ranjang Ibu Della.

"Iya, An, hati-hati."

Andini menggangguk kemudian berjalan lebih dulu keluar dari ruangan Ibu Della barulah Edwin mengikutinya dari belakang. Setelah di luar Edwin mensejajarkan langkah kaki mereka yang sama-sama berjalan di koridor rumah sakit.

Tak jarang Andini menyapa perawatan dan dokter yang dijumpainya meskipun mereka tidak begitu mengenal dirinya.

"Hati-hati, Pak, tengok kiri dan kanan dulu kalau mau nyebrang," kata Andini saat mereka sudah dipinggir jalan.

Andini bahkan menggandeng tangan Edwin yang sudah akan menyebrang, menengok kiri dan kanan setelah tidak ada kendaraan lewat barulah dia menyebrang sembari menggandeng tangan Edwin.

Edwin mengikuti Andini yang menariknya untuk menyebrang. Pandangannya tidak lepas menatap tangannya yang digandeng Andini. Entah sadar atau tidak Andini memperlakukannya seperti anak kecil yang tidak tahu cara menyeberang jalan. Kedua sudut bibir Edwin terangkat ia pun tersenyum.

Tak pernah sekalipun Mona memperlakukannya seperti ini membuat hati Edwin jadi menghangat.

Andini membawa Edwin menyeberang jalan menuju warung nasi uduk yang letaknya tepat di depan rumah sakit.

Tiba disana Andini meminta Edwin untuk duduk lebih dulu barulah ia memesankan satu porsi nasi uduk dan satu gelas teh hangat untuk Edwin.

Andini sendiri yang membawakan nasi uduk dan teh hangat itu pada Edwin lalu meletakkannya di hadapan pria itu.

"Kamu tidak makan lagi?" tanya Edwin.

"Tidak, Pak, saya sudah kenyang. Silakan dimakan, saya akan menemani di sini sampai anda selesai makan."

Edwin mengangguk lalu mulai memakan sarapannya. Mulai dari suapan pertama hingga suapan ke-5 Andini terus menatap Edwin melihat bagaimana ekspresi orang kaya makan nasi uduk.

"Kenapa?" tanya Edwin yang sadar sejak tadi Andini terus menatapnya.

"Ternyata anda beneran mau makan nasi uduk ya."

Edwin terkekeh.

"Nasi uduk ini enak. Saya suka," kata Edwin lalu kembali menyuapkan lagi nasi uduk kedalam mulutnya.

Andini mengangguk.

"Saya dan kak Bima hampir setiap pagi sarapan nasi uduk dari warung ini."

"Oh ya?"

"Heem. Selain harganya terjangkau makanannya juga enak."

Edwin mengacungkan jempol setuju dengan perkataan Andini. Nasi uduk yang ia makan enak dan harganya juga terjangkau.

"Jadi selama ibu kamu sakit kamu dan kakakmu tinggal di rumah sakit?" tanya Edwin setelah selesai dengan sarapannya.

"Tidak juga. Saya di rumah sakit hanya waktu malam saja karena siang harus bekerja itu juga kadang kak Bima minta aku untuk tidur dikontrakan."

"Kontrakan?" Edwin cukup tertarik dengan kehidupan Andini sehingga ia bertanya lagi karena ingin mendengar ceritanya.

"Iya kontrakan, Pak, kami tinggal dikontrakan. Rumah kami sudah dijual kak Bima setahun yang lalu untuk biaya pengobatan ibu."

"Oh Astaga. Jadi kamu tidak punya rumah?"

"Iya, Pak."

"Lalu sekarang kamu bekerja dimana?"

"Kerja direstoran, Pak, biasa kalau lulusan SMA cuma jadi pelayan."

"Tidak kuliah?"

"Saya sempat kuliah tapi hanya sampai semester 2 karena tak sanggup dengan biayanya jadilah saya berhenti."

"Sayang sekali, padahal bila dilanjutkan kuliahnya kamu pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik."

"Saya juga inginnya seperti itu, Pak, tapi masalahnya terkendala biaya."

"Kalau begitu jadi simpanan saya saja nanti saya biayain kuliah kamu," kata Edwin seketika membuat Andini terbatuk.

Uhuk.. Uhuk..

Karena tak ada lagi air minum di sana, Andini jadi meminum teh hangat milik Edwin yang baru diminum setengah oleh pemiliknya.

"Yah, Pak, air teh anda habis."

"Tidak apa-apa saya sudah juga minumnya."

"Saya pesankan lagi ya."

"Tidak usah, An, sebaiknya kita kembali saja ke rumah sakit."

"Oh ya sudah kalau begitu. Anda tunggu sebentar biar saya yang bayar."

"Tidak udah, saya akan bayar sendiri."

"Tidak, Pak, Saya ingin mentraktir anda."

"Tapi saya tidak mau ditraktir."

"Kenapa? Ah, pasti ini karena anda mengira hutang budi saya lunas dengan nasi uduk, iya kan?"

Edwin tergelak bisa-bisanya Andini berpikir seperti itu padahal dirinya sama sekali tak mengingatnya.

"Anda tenang saja, Pak, saya akan tetap berhutang budi meski sudah mentraktir anda nasi uduk," sambung Andini.

"Saya bahkan tidak mengingatnya," kata Edwin.

"Ah, benarkah? Kalau begitu mari kita kembali ke rumah sakit."

Edwin mengangguk setuju, membiarkan Andini bangkit lebih dulu karena hendak membayar ke kasir. Setelah melihat Andini selesai barulah ia menghampirinya.

Sama seperti menyebrang tadi, Andini kembali menggandeng tangan Edwin saat mereka hendak menyebrang kembali dan melepasnya setelah tiba didepan rumah sakit.

Lagi-lagi Edwin tersenyum diperlakukan seperti itu oleh gadis muda bernama Andini itu. Ada desiran aneh ditubuhnya saat Andini menyentuh tangannya, membuatnya menginginkan Andini untuk terus menggandengnya.

Tidak lama setelah Edwin dan Andini tiba di ruangan Ibu Della, dokter yang memeriksa kondisi ibu Della datang.

"Kondisi Ibu Della masih sama, tidak ada perkembangan. Kami pihak rumah sakit tidak bisa melakukan operasi bila kondisi pasien masih koma," terang dokter Seira yang baru saja selesai memeriksa Ibu Della.

"Berarti operasi bisa dilakukan bila ibu kami sadar, Dok?" tanya Andini memastikan.

"Betul Andini, Ibu Della harus sadar dulu baru kami bisa mengoperasinya dan untuk membuat Ibu Della sadar kami akan melakukan metode akupuntur."

"Lakukan yang terbaik untuk ibu Della, urusan biaya saya yang akan menanggungnya."

Andini dan Bima sontak saja menoleh pada Edwin yang baru saja berkata demikian. Edwin tak main-main membantu pengobatan ibu Della, bahkan setelah menghabiskan uang 400 juta pria itu masih saja bersedia menanggung biaya lainnya.

"Baik, Pak. Kami akan menjadwalkan metode akupuntur untuk ibu Della agar beliau cepat sadar."

Edwin mengangguk. Setelahnya dokter Seira itu pergi dari ruang rawat ibu Della.

Andini menatap Edwin dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Andai saja Edwin belum menikah, Andini ingin dijadikan istri oleh pria itu.

Memiliki suami sebaik Edwin adalah impian setiap wanita termasuk dirinya. Andini yakin diluaran sana tidak akan pernah menemukan pria sebaik Edwin.

Bila seperti ini rasanya Andini ingin jadi pelakor saja.

Terpopuler

Comments

Greenenly

Greenenly

dasar bibit felakor... tpi saya agak mendukungmu felakor/Chuckle//Chuckle/

2024-08-23

0

Dona Venalonza Ena

Dona Venalonza Ena

hidup pelakorr🤣🤣🤣🤣

2024-03-30

0

Nenk Jelita

Nenk Jelita

akuh juga mau jadi pelakor ny EDWIN /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2023-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!