BAB. 7 Jadi Membandingkan

"Kenapa, An?" tanya Bima mendengar adiknya yang tadi bergumam.

Andini buru-buru menghampiri sang kakak yang masih duduk di tempatnya.

"Ini Kak, pria yang tadi itu ternyata CEO di tempat aku kerja," ucap Andini sambil menunjukkan kartu nama Edwin pada Bima.

Bima mengambil kartu nama tersebut dari tangan Andini lalu memeriksanya, 'Edwin Pranata CEO restoran Hamara' itulah yang Bima baca.

"Iya An, dia CEO di tempat kamu kerja. Tapi kok bisa kebetulan seperti ini ya kamu ditolong olehnya.

"Aku rasa kita harus membalas kebaikan pak Edwin karena sudah membayarkan biaya rumah sakit ibu, Kak."

"Bagaimana caranya, An, kamu tahu sendiri kalau kita tidak akan mungkin bisa mengembalikan uangnya."

"Aku tahu, Kak, tadi aku mengatakan pada pak Edwin akan mengabulkan permintaannya bila beliau meminta sesuatu untuk membalas kebaikannya. Awalnya beliau menolak tapi aku terus membujukmu dan akhirnya beliau mengatakan akan memintanya bila membutuhkannya."

Bima terkejut mendengar perkataan adiknya, ia tak menyangka bila Andini berani mengambil keputusan seperti itu.

"Kenapa kamu tidak bilang dulu sama Kakak, An. Bagaimana kalau pak Edwin meminta sesuatu yang memberatkan kita? Bagaimana bila dia meminta kesucianmu seperti membelimu?"

"Tidak, Kak, aku yakin pak Edwin tidak akan melakukan itu. Aku melihat beliau orang yang sangat baik, pasti beliau juga mengerti keadaan kita."

"Tapi An_"

"Kak, percaya sama aku. Kalau pak Edwin bukan orang baik dia tidak akan mungkin mau menolong kita," ucap Andini meyakinkan sang Kakak.

"Ya sudah terserahmu, semoga saja benar apa kata kamu bila pak Edwin tidak akan meminta sesuatu yang memberatkan kita apalagi meminta kesucianmu," kata Bima yang diangguki kepala oleh Andini.

"Bagaimana keadaan ibu kita, An, apa dokter sudah ada mengatakan sesuatu?" tanya Bima.

"Belum, Kak, mungkin besok pagi dokter akan mengatakannya pada kita, tapi tentu saja pak Edwin juga harus hadir karena beliaulah yang membiayai rumah sakit ibu."

"Ya, nanti kamu hubungi pak Edwin lebih dulu agar Beliau juga tahu bagaimana kondisi ibu."

"Iya, Kak, semoga pak Edwin lagi tidak sibuk dan bisa datang."

...****************...

Sepulang dari rumah sakit Edwin beristirahat sejenak di rumah, kira-kira hanya 3 jam karena dia pulang sudah menjelang pagi.

Saat membuka mata dadanya terasa di remat karena lagi-lagi Ia hanya tidur sendiri. Beberapa hari ini tidak ada sosok sang istri yang menemaninya tidur apa lagi membangunkannya. Edwin hanya tidur sendiri dan bangun tidur juga masih sendiri.

Edwin pantas dijuluki sebagai duda beristri, memiliki seorang istri namun ia merasa dirinya seperti seorang duda.

Menurunkan kedua kakinya dari ranjang Ia pun menuju kamar mandi lagi-lagi Ia hanya bisa menghembuskan nafas kaca kasar berusaha lebih sabar lagi menghadapi sang istri.

Drrtt.. Drrtt..

Keluar dari kamar mandi Edwin mendapati ponselnya bergetar membuatnya segera mengambilnya.

Keningnya mengkerut saat melihat nomor baru yang ditampilkan dilayar ponselnya, tapi setelah mengingat bila tadi malam ia memberikan kartu nama pada Andini, Edwin pun menekan gagang telepon berwarna hijau.

"Selamat pagi, Pak, maaf mengganggu waktu anda, saya Andini," ucap Andini dari seberang telepon.

Benar dugaan Edwin bila nomor baru yang menghubunginya itu ialah nomor milik Andini.

"Iya Andini ada apa?" tanya Edwin.

"Saya mau memberitahukan bila nanti pukul 08.00 pagi dokter yang merawat ibu akan menjelaskan mengenai kondisi ibu. Apa anda bisa datang ke rumah sakit?"

Edwin melirik jam dinding sekarang masih pukul 06.30. "Ya, saya akan datang ke rumah sakit."

"Baik, Pak, terima kasih. Saya tunggu kedatangan anda."

"Ya."

Panggilan telepon pun berakhir, Edwin tidak langsung meletakkan ponselnya, ia menyimpan nomor ponsel Andini lalu membuka ruang chat sang istri. Disana tidak ada chat masuk atau panggilan tak terjawab dari Mona, istrinya sama sekali tidak menghubunginya padahal karena kejadian semalam dirinya nyaris meminum minuman haram.

"Kamu benar-benar kelewatan, Mon." Edwin menghempaskan begitu saja ponselnya di atas nakas.

Setelah selesai bersiap dengan setelan baju kerjanya. Edwin keluar dari kamar menuju meja makan. Beberapa hari ini juga Edwin sarapan sendiri tidak ada sang istri yang menemaninya makan.

"Mau sarapan apa, Pak?" tanya pelayan.

Edwin sudah duduk menghadap berbagai menu sarapan yang bisa ia pilih. Semuanya sangat lezat namun Edwin sama sekali tak berselera sarapan.

Ia pun memilih bangkit dari duduknya.

"Loh, Pak, tidak jadi sarapan?" tanya pelayan itu lagi.

"Tidak," sahutnya sambil berjalan menuju pintu keluar.

Edwin menuju garasi, mengambil mobilnya disana lalu ia kemudikan menuju rumah sakit. Edwin yang bertanggung jawab atas biaya pengobatan ibu Della sehingga apapun yang berurusan mengenai pengobatan wanita paruh baya itu Edwin yang akan menanggungnya.

Tiba di rumah sakit bertepatan dengan Andini dan Bima yang tengah sarapan bersama. Adik kakak itu cukup terkejut mendapati Edwin yang datang kerumah sakit 30 menit lebih awal dari jam yang Andini katakan.

"Sarapan, Pak," tawar Bima.

"Iya silahkan, sebaiknya saya tunggu di luar." Edwin sudah hendak kembali keluar namun bima buru-buru mencegahnya.

"Eh, jangan Pak, silakan anda duduk di sini saya akan duduk dikursi." Bima bangkit duduknya lalu berjalan menuju kursi yang tadi malam ia pakai.

Edwin mengangguk lalu berjalan mendekat pada sofa bekas Bima duduk lalu menyandarkan punggungnya disana.

Disebelahnya ada Andini yang juga tengah sarapan. Gadis itu langsung menoleh kearahnya.

"Anda sudah sarapan, Pak?" tanya Andini.

"Belum," jawab Edwin.

"Ya ampun, Pak, maaf, anda jadi belum sarapan gara-gara saya menghubungi anda terlalu pagi jadinya anda langsung pergi ke sini," ucap Andini tak enak hati.

Edwin tersenyum kecil, bukan karena itu ia tidak sarapan melainkan karena tidak ada yang menemaninya sarapan.

"Tidak apa-apa," ucap Edwin.

"Kalau begitu tunggu saya selesai sarapan, ya, Pak. Nanti saya antar beli nasi uduk."

Eh.

Seolah tersadar bila Edwin ialah orang kaya, Andini buru-buru bertanya.

"Anda makan nasi uduk kan?"

"Seperti yang saya makan ini," sambung Andini sambil menunjukan nasi uduk miliknya.

Edwin melirik pada menu sarapan yang Andini makan lalu mengangguk. "Saya makan itu."

"Ah, syukurlah kalau anda makan nasi uduk. Soalnya saya nggak sanggup kalau traktir anda makanan yang mahal. Hehehe."

Edwin geleng-geleng. "Siapa juga yang minta ditraktir kamu."

"Ya siapa tahu saja, Pak, balas budi saya terbayarkan oleh nasi uduk. Hehehe."

Lagi-lagi Andini menyengir membuat Edwin juga menarik sudut bibirnya ikut tersenyum. Entah Sudah berapa kali dirinya tersenyum dan terkekeh saat bersama Andini, padahal mereka baru mengenal dalam hitungan jam.

Berbeda dengan dirinya saat bersama Mona yang hampir tidak pernah tersenyum apa lagi tertawa karena tak ada sesuatu yang membuatnya tersenyum dan tertawa.

Ah. Kenapa Edwin jadi membandingkannya sih?

Terpopuler

Comments

Mella Sasaq

Mella Sasaq

Win tau g berjuang sendiri itu sakit karna ku pernah merasakan di posisimu, cintaku begitu tulus buat suamiku tapi di mata nya ku bukan lah ap² dan siapa²

2025-01-04

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

saya suka baca cerita yang seperti ini

2024-01-15

0

Salsa Bila

Salsa Bila

🤔🤔😄😄😄

2024-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!