BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan

Edwin kembali ke ruang rawat Ibu Della bersama dua orang perawat yang akan memindahkan wanita paruh baya itu ke ruang VIP. Andini dan Bima sempat melarangnya namun setelah mendengar biaya rumah sakit akan di tanggung oleh Edwin merekapun setuju karena ruang rawat VIP fasilitasnya lebih bagus dan lengkap.

Andini juga sudah diberi tahu oleh perawat bila biaya tunggakan rumah sakit Ibu Della dan biaya lainnya sudah dibayar oleh Edwin.

Andini senang bercampur haru bertemu orang baik seperti Edwin yang mau menolong dirinya dan membantu membiayai rumah sakit ibunya.

Bima menatap Edwin menyesal karena sudah meragukan pria itu, ia malu, namun ia juga bersyukur sama seperti Andini. Bima tentu saja langsung meminta maaf pada Edwin atas sikapnya yang tidak mengenakan.

Andini diminta oleh Bima untuk menunggu Ibu mereka karena lelaki itu hendak membeli makanan diluar jadilah di ruangan rawat Ibu Della hanya ada Andini, Edwin dan Ibu Della yang terbaring koma.

"Apa alasan anda melakukan semua ini, Pak? Kita bahkan tidak saling mengenal," ucap Andini disaat mereka tengah duduk berdua disofa diruang rawat Ibu Della.

Edwin menoleh pada Andini yang duduk di sebelahnya namun jarak mereka cukup berjauhan. Dilihatnya Andini sedang menatap padanya menantikan jawaban darinya. Sudut bibir Andini terdapat plester yang menempel, menutupi sudut bibir yang tadi terluka.

"Menolong itu tidak harus pada orang yang kita kenal melainkan pada orang yang membutuhkan bantuan," kata Edwin.

Andini tertegun menatap takjub pada sosok pria di sebelahnya. Edwin benar-benar menjadi penolong untuknya, entah apa jadinya bila tadi Edwin tidak ada di sana Andini pasti sudah kehilangan kesuciannya dan juga mendapat siksaan dari Louis.

"Bagaimana cara saya membalas kebaikan anda, Pak?" tanya Andini kemudian.

"Tidak ada," jawab Edwin.

"Jangan seperti itu, Pak, saya merasa tidak enak bila tidak membalas kebaikan anda."

"Saya tulus menolong kamu dan membantu membayar biaya rumah sakit ibu kamu."

"Walau anda mengatakan seperti itu, tapi saya tetap merasa tidak enak, Pak."

"Lalu kamu ingin saya seperti apa? Meminta imbalan padamu?" tanya Edwin menatap Andini yang tengah mengigit bibir bawahnya.

Sejujurnya Andini juga tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan Edwin oleh sebab itu Ia tadi bertanya.

"Terserah anda, Pak, saya bersedia melakukan apa saja untuk membalas kebaikan anda asalkan tidak meminta kesucian saya," ucap Andini kemudian.

Edwin menganggukan kepala, ia paham apa yang Andini maksud. Gadis itu ingin membalas kebaikannya namun tetap ingin menjaga kesuciannya.

"Baiklah saya akan meminta sesuatu dari kamu tapi tidak sekarang, saya akan memintanya nanti kalau saya membutuhkannya."

Andini menggangguk, cukup lega mendengar Edwin akan meminta sesuatu darinya. Andini jadi tidak terbebani oleh kebaikan pria itu dan semoga permintaan Edwin tidak memberatkannya.

Edwin kembali menatap Ibu Della yang masih terbaring koma, setelah mendengar penjelasan Andini ia jadi semakin yakin keputusan menolong gadis itu sudah tepat. Uang yang ia miliki jadi bermanfaat untuk orang lain.

Edwin menoleh pada Andini yang terlihat canggung duduk disofa yang sama dengannya. Sudut bibir Edwin tertarik, ia tersenyum tipis melihat kecanggungan Andini mungkin gadis itu ingin mengajaknya mengobrol tapi tak tahu apa yang hendak dibahas.

Pada akhirnya Edwin berinisiatif mengajaknya mengobrol lebih dulu sembari menunggu Bima yang sedang mencari makanan untuk mereka.

"Siapa nama kamu?"

"Andini, Pak."

"Ahh iya, saya tadi mendengar nama itu saat kakakmu memanggilmu. Berapa usiamu?" tanyanya lagi.

"20 tahun, Pak."

"Muda sekali, kamu seperti anak saya saja," kata Edwin sambil terkekeh.

Andini tertegun melihat Edwin yang terkekeh. Edwin bukan hanya tampan, dia baik dan juga ramah, buktinya dia mau terkekeh saat bersamanya padahal mereka baru saling mengenal.

"Memangnya usia anda berapa, Pak?" tanya Andini balik.

"Hampir dua kali usia kamu," jawab Edwin kembali menoleh pada Andini.

"Hah? Yang benar, Pak?" tanya Andini tak percaya pasalnya wajah Edwin terlihat masih muda seperti pria berusia 25-30 tahunan dan Andini pikir Edwin masih berusia 28 tahun.

Edwin mengangguk mengisyaratkan bila ia tak berbohong mengenai usianya yang hampir kepala 4.

"Saya pikir usia anda 28 tahun, Pak," ucap Andini polos membuat Edwin seketika tergelak. Edwin tak menyangka bila dirinya terlihat 7 tahun lebih muda dari usia sebenarnya.

"Kamu ada-ada saja Andini, usia saya hampir kepala 4 mana mungkin saya seperti pria berusia 28 tahun," ucap Edwin.

"Tapi benar, Pak, Anda sungguh seperti pria berusia 28 tahun," ucap Andini lagi.

"Sudah Andini kamu masih saja mengira saya masih muda. Saya sudah tua dan juga sudah menikah," ucap Edwin.

Andini mengangguk mengiyakan perkataan Edwin tapi tidak bisa ia pungkiri bila dirinya sedikit kecewa setelah tahu pria tampan yang sedang bersamanya sudah menikah.

'Ya, jelas saja sudah menikah, usianya saja hampir kepala 4,' batin Andiri.

Andini pun hanya bisa mengagumi sosok Edwin yang sudah berjasa untuk dirinya, ia mana berani menyukai apa lagi ingin memiliki pria itu, rasanya tidak tahu diri sekali.

Tidak lama, pintu kamar rawat Ibu Della dibuka. Bima datang membawa kantong keresek berisi makanan dan minuman untuk mereka makan.

"Kak Bima beli apa?" tanya Andini.

"Kamu lihat saja sendiri." Bima meletakkan kantong kresek di tangannya keatas meja.

"Aku buka ya."

"Bukalah."

Andini pun membuka kantong kresek yang tadi Bima bawa, mengeluarkan isinya ternyata ada tiga porsi pecel lele dan 3 botol air mineral.

"Wahh, ini pasti enak, Kak," kata Andini pada Bima yang sedang menarik kursi.

"Kakak tahu kamu suka makan pecel lele jadi Kakak belikan itu," ucap Bima menduduki kursi yang baru saja ia tarik.

Kini Bima duduk menghadap pada Edwin dan Andini yang duduk bersisian di sofa.

"Silahkan, Pak, anda makan juga." Bima menyodorkan satu porsi pecel lele dan satu botol air mineral di hadapan Edwin.

Edwin mengangguk kemudian membuka kotak pecel lele miliknya untuk menghargai pemberian dari Bima. Merekapun makan bersama.

Edwin jadi teringat pada Mona, apakah istrinya sudah makan? Edwin khawatir Mona melewatkan waktu makannya, pasalnya wanita itu selalu sibuk dan makan setelah dirinya mengingatkan.

Helaan nafas keluar dari mulutnya. Ada perasaan rindu yang tak terkira, namun apakah Mona juga merindukan dirinya?

Melihat Edwin yang menghentikan makannya, Andini dan Bima saling pandang. Mereka jadi bertanya-tanya. Apakah Makanannya tidak enak? Apakah Edwin tidak menyukai pecel lele?

Ya, jelas saja Edwin tidak menyukai pecel lele karena itu makanan pinggir jalan dan Edwin pasti tidak pernah memakannya, itulah yang ada dipikiran Bima dan Andini.

"Apa makanannya tidak enak, Pak?" tanya Andini ragu-ragu.

Edwin menoleh pada Andini. "Oh, tidak. Makanan ini enak, saya suka." Edwin kembali melanjutkan makannya yang tadi sempat terhenti.

Tak lama mereka selesai dengan makannya. Edwin mengeluarkan kartu nama dari dompetnya lalu memberikan pada Andini.

"Saya pulang dulu, hubungi saya bila ada apa-apa dengan ibu kamu," ucap Edwin.

"Iya, Pak, terima kasih banyak," ucap Andini.

Edwin mengganggukan kepala kemudian pergi dari sana. Setelah memastikan Edwin pergi, barulah Andini berani membaca kartu nama yang Edwin berikan padanya.

"Edwin Pranata, CEO Restoran Hamara. Ini kan restoran tempat aku kerja."

Terpopuler

Comments

Sabella Mojang

Sabella Mojang

mona hanya fokus pd karirnya,smpai lupa suami jg sgt mmbthkannya NNT KLO SDH prgi nyesel deh

2025-01-07

0

Siti Uswatun Khasanah

Siti Uswatun Khasanah

sudah Saya Duga ,, Andini Pasti kerja Di restoran Edwin

2025-02-14

0

Mella Sasaq

Mella Sasaq

wah wah dari restoran bisa kepelaminan ya pak edwin

2025-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!